Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mencermati Afghanistan dan Pelajaran bagi Indonesia, Betapa Mahalnya Persatuan

24 Agustus 2021   09:00 Diperbarui: 24 Agustus 2021   09:09 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konferensi Pers dari anggota kantor politik Taliban|Foto: Reuters/Tatyana Makeyeva, via Tempo.co

Melihat sudah puluhan tahun Afghanistan dilanda konflik yang tidak berkesudahan, membuat pembangunan di sana tidak bisa berlangsung dengan lancar. Bahkan, apa yang sudah dibangun bisa dihancurkan oleh pihak yang berseberangan dengan pemerintah.

Tidak hanya Afghanistan, beberapa negara lain seperti Suriah, Irak dan Libya, juga didera konflik internal yang berkepanjangan. 

Perlu disadari, pada setiap konflik internal, biasanya juga melibatkan beberapa negara asing yang berniat memperluas pengaruhnya.

Belum lagi jika dimasukkan konflik "abadi" Israel-Palestina. Hingga saat ini, kemerdekaan secara penuh belum lagi diperoleh rakyat Palestina di tanahnya sendiri.

Nah, sekarang kita berpindah ke kondisi di tanah air. Pelajaran apa yang dapat kita petik dari mencermati perkembangan di Afghanistan dan beberapa negara lain yang mengalami kasus yang mirip.

Jika dipikir-pikir, kita di Indonesia pantas untuk selalu bersyukur. Berdirinya NKRI betul-betul kurnia Illahi. Bayangkan, banyak sekali suku, bahasa, adat, budaya, dan agama, ternyata tidak menjadi penghalang untuk terciptanya persatuan.

Bahkan kita punya semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang merekatkan semua perbedaan itu. Perbedaan menjadi rahmat yang memperkaya dan memperindah keharmonisan kita.

Betapa mahalnya harga persatuan nasional, harus kita sadari bersama. Makanya, anugerah Tuhan yang luar biasa harus senantiasa kita pelihara.

Beruntung pula, di negara kita kaum wanita menduduki tempat terhormat, sama hak dan kewajibannya dengan laki-laki. Secara ketentuan dalam konstitusi, hak-hak wanita diakui, termasuk dalam berpolitik.

Tidak heran, NKRI pernah dipimpin oleh Presiden wanita. Ketua DPR, Gubernur, Bupati, Wali Kota, dan jabatan publik lainnya, sudah hal biasa bila dijabat seorang wanita.

Bahkan, para dokter dan tenaga kesehatan yang berjibaku mengatasi banyak sekali pasien yang terpapar Covid-19, justru mayoritas adalah wanita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun