Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Asah Otak Menguji Wawasan Kebangsaan, Acara Tujuh Belasan di Masa PPKM

17 Agustus 2021   10:10 Diperbarui: 17 Agustus 2021   10:27 1135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta Indonesia Animasi|dok. peta-hd.com

Menurut Prof. Muladi (almarhum), wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Bagi masyarakat Indonesia yang sangat heterogen, bagiamana meningkatkan dan memelihara wawasan kebangsaan dari masing-masing warga, menjadi hal yang penting.

Apalagi bagi anak-anak, para remaja dan generasi muda, perlu sekali membangkitkan semangatnya untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan ke-Indonesia-an.

Bukankah mereka yang sekarang masih anak-anak, 30 tahun mendatang akan menjadi pemimpin, baik di lingkup nasional, maupun hanya skala lokal, katakanlah di level RT-RW.

Tentu kita tidak ingin nasib negara kita kelak akan tercerai berai seperti Uni Soviet atau Yugoslavia yang sudah pecah jadi beberapa negara.

Tidak pula kita inginkan kondisi seperti di Suriah atau Afganistan yang dilanda perang berkepanjangan, sehingga apa yang telah dibangun, malah dihancurkan.

Seperti kata pepatah: "tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta", maka anak-anak di Aceh sebagai misal, perlu memahami punya saudara sebangsa dengan anak-anak di Papua.

Remaja yang berasal dari keluarga kaya di Jakarta perlu menyadari bahwa di pelosok desa banyak anak-anak, yang juga saudaranya sebangsa, yang hidup dalam kondisi sangat sederhana. 

Jangan sampai kita banyak mengenal budaya luar negeri ketimbang budaya negeri sendiri. Keterbukaan informasi sejak adanya internet, membuat hal-hal yang berbau asing makin mendominasi pikiran anak-anak.

Bahkan, tak sedikit yang tergila-gila atau menjadi penggemar garis keras artis asing tertentu. Tak masalah sebetulnya, asal dibarengi dengan kemauan untuk mengenal seni tradisional dari berbagai daerah di negara kita.

Cara berbicara anak sekarang, terutama yang tinggal di perkotaan, sudah banyak bercampur bahasa Inggris. Mereka dengan gampang melantunkan lagu berbahasa asing. Kalau ke mal, yang dipesan juga makanan asal luar negeri.

Serbuan atmosfer asing seperti itu sulit dilawan. Tapi, seperti disinggung di atas, perlu diimbangi dengan pengenalan yang lebih dalam terhadap apa yang dimiliki bangsa kita.

Memang, sekadar mengetahui atau sekadar hafal saja belum cukup, tapi sebagai langkah awal, tentu dimulai dari pengetahuan. 

Cara mendapatkan pengetahuan itu sangat gampang, bisa dari membaca buku, atau berselancar di dunia maya dengan mencari hal yang ingin diketahui.

Namun, ada cara lain yang lebih menghibur, yakni dikemas dengan permainan tebak-tebakan. Cara seperti ini lumayan efektif bagi anak-anak dan remaja, karena ada unsur hiburannya.

Nah, dalam rangka merayakan hari ulang tahun kemerdekaan RI, mengingat masih ada ketentuan PPKM, mari kita ajak anak-anak kita bermain tebak-tebakan yang diharapkan bisa meningkatkan wawasan kebangsaan mereka.

Pemainan ini bisa dilakukan di rumah untuk anggota yang terbatas seisi rumah saja. Bisa juga dengan inisiatif seseorang untuk memposting pertanyaan di grup media sosial yang diikutinya.

Ambil buku Atlas Indonesia, untuk membuat soal. Cari 30 nama kota yang dirasa bukan kota-kota yang telah akrab di telinga anak-anak. 

Contohnya kota Kefamenanu (kota ini bagi orang yang bukan berasal dari Nusa Tenggara Timur diduga tidak banyak yang tahu), dalam versi soal diacak tulisannya, misal menjadi "kemanafune".

Contoh lain, ada yang namanya kota Blangkajeren (sebuah kota di Aceh), bisa ditulis dengan gaya kacau balau menjadi "kalengbenarj".

Dari susunan kata yang tidak beraturan tersebut, silakan anak-anak mengasah otak menebak nama kota yang betul. Siapkan hadiah ala kadarnya untuk yang pertama kali menjawab semua soal dengan benar.

Cara yang sama bisa berlanjut untuk nama-nama gunung, danau, sungai, laut, selat, dan sebagainya yang masih tercantum di atlas.

Selain itu, soal yang berkaitan nama-nama suku atau etnis, nama rumah ibadah, dan kitab suci, hari raya masing-masing agama yang diakui negara, juga penting diketahui anak-anak.

Di bidang seni, judul lagu-lagu wajib, nama tari daerah, nama-nama lagu daerah yang legendaris, nama alat musik tradisional, bisa pula dijadikan soal.

Berikutnya, nama-nama pahlawan, nama-nama kerajaan di nusantara zaman dulu, nama-nama benteng peninggalan era kolonial, dan nama-nama perang yang pernah terjadi di bumi nusantara melawan penjajah. 

Ya, sekadar mengetahui, memang belum berarti seseorang sudah kuat rasa kebangsaannya. Tapi, paling tidak, inilah pintu masuk untuk menambah wawasan kebangsaan kita.

Begitu kita menyadari betapa luasnya negara kita, begitu pula dengan kekayaan alam, kekayaan budaya, kekayaan nilai sejarah, dan sebagainya, diharapkan bisa menggugah kita.

Kita akan menyadari betapa pentingnya mempertahankan kemerdekaan dan mengisinya, dengan cara masing-masing berkontribusi secara positif.

Kontribusi tersebut antara lain dengan menjalankan fungsi kita secara baik, apakah sebagai seorang pelajar, mahasiswa, pekerja kantor, pedagang, petani, dan berbagai profesi lainnya.

Dengan begitu, jika ada pihak lain yang berusaha memecah belah sesama anak bangsa, percayalah, tidak akan mempan.

Soalnya, dengan menyadari peran masing-masing secara baik, kita akan saling menghargai saudara-saudara kita yang berdeda suku, berbeda agama, atau berbeda pilihan politik.

Setiap kita akan berhati-hati menyaring informasi yang bersliweran di media sosial. Informasi yang membahayakan persatuan bangsa, jangan disebarkan.

Jayalah Indonesiaku, NKRI harga mati.

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun