Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pura-pura Tidur, Pelecehan Seksual di Bus Tanpa Rasa Bersalah

25 Juli 2021   11:25 Diperbarui: 25 Juli 2021   11:53 1740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pelecehan seksual|dok. stomp, dimuat sumsel.tribunnews.com

Dengan berpura-pura tidur, tentu si pelaku merasa tidak bersalah. Bukankah orang tidur tidak tahu apa yang terjadi? 

Tapi, ini bukan tidur yang sebenarnya, hanya pura-pura. Maka, bagaimana sensasi tubuhnya ketika menyentuh tubuh si wanita, akan dinikmatinya.

Wanita yang berani akan segera bertindak, misalnya dengan mendorong bahu si lelaki kembali ke posisi normal. Namun, cara begini tetap mengenakkan bagi si lelaki, karena tangan si wanita akan menyentuh tubuhnya.

Dapat dipastikan, beberapa menit setelah itu, kepala si lelaki akan rebah lagi, sambil berharap si wanita akan mendorongnya lagi. Jelas, si wanita akan capek sendiri dan merasa terteror.

Bisa pula si wanita akan mengubah posisi duduknya, tidak lagi bersandar, tapi lebih maju. Akibatnya kepala si lelaki akan makin jauh mengambil sandaran kursi si wanita.

Dengan posisi seperti itu, situasinya makin menguntungkan si lelaki. Sambil masih pura-pura tidur, wajah si lelaki bisa terantuk dengan punggung si wanita.

Apa tindakan yang sebaiknya dilakukan si wanita? Tak ada cara lain, buang rasa takut dan munculkan semangat agar berani melakukan sesuatu.

Pertama, kalau yakin si lelaki di sebelah memang pura-pura, ngomong saja dengan nada cukup keras, tapi masih sopan. Katakan agar si lelaki menggeser posisinya, tidak menyeberang ke wilayah orang lain.

Kedua, bila si lelaki tidak bereaksi, tetap dengan aksi pura-pura tidur, bangunkan ia. Tapi, bukan menyentuhnya dengan telunjuk, cukup diketok-ketok tangannya atau pahanya pakai pulpen atau alat apa yang ada di tas si wanita.

Ketiga, kalau si lelaki tetap ndableg, si wanita boleh saja marah dengan nada bicara agak keras biar terdengar oleh penumpang lain. Harapannya, penumpang lain bisa membantu membangunkan si lelaki dan tidak beraksi lagi.

Keempat, jalan terakhir adalah melapor ke sopir bus. Biarkan sopir bus yang mengatur, agar si lelaki atau si wanita yang dipindahkan ke kursi lain. Bisa juga sopir bus meminta kesediaan penumpang lain agar mau bertukar tempat duduk dengan si wanita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun