Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ayam dan Telur Tak Ada Matinya, Jadi Penyelamat Jutaan Jiwa

29 Desember 2020   06:11 Diperbarui: 29 Desember 2020   06:29 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal, gerai makanan siap saji berbahan baku daging ayam, demikian banyak. Tidak hanya waralaba asing, tapi yang lokal pun berjaya. Nama dagangnya pun rada unik, ada nama berbahasa Inggris, bahasa Indonesia, maupun bahasa daerah. 

Gaya masakannya, selain ayam goreng, ayam gulai atau ayam bakar yang sudah biasa, juga ada ayam penyet, ayam pop, ayam kremes, ayam geprek, dan sebagainya. Belum lagi bila diperlebar dengan soto ayam, sate ayam, bakmi ayam, burger ayam, lemper ayam, dan entah apa lagi namanya.

Kemudian kalau berbicara telur, ada telur bulat balado, telur gulai, telur dadar, telur mata sapi, kerak telur, lontong sayur pakai telur, gado-gado pakai telur, martabak spesial pakai telur, dan sebagainya. Yang jelas, makanan berbasis ayam dan telur jauh lebih banyak peminatnya dibanding daging sapi, ikan, atau yang lainnya.

Itu baru berbicara dunia per-ayam-an di sektor hilirnya. Kalau dicermati di sektor hulu berupa peternakan ayam, baik yang  berlabel peternakan rakyat maupun yang diusahakan grup usaha besar sekelas konglomerat, ini nilainya tidak main-main. Dalam hal ini ada peternakan ayam pedaging dan juga ayam petelur. 

Belum lagi industri pendukung seperti penyediaan pakan ternaknya, bibit, obat serta vaksin untuk ayam. Begitu pula sektor transportasi atau ekspedisi yang jadi pengantar, dan sebagainya. Mereka yang berkecimpung di bagian perkreditan di sebuah bank, sangat memahami bagaimana prospek keuntungan peternakan ayam, meskipun ada risiko penyakit yang perlu diwaspadai.

Jika masing-masing orang yang hidup dari ayam dan telur berstatus sebagai kepala keluarga yang menanggung seorang istri dan dua atau tiga orang anak, di seluruh Indonesia barangkali sudah jutaan jiwa yang terselamatkan oleh ayam dan telur, termasuk di era pandemi ini. 

Toh, angka satu juta, baru sekitar 0,4 persen dari total penduduk Indonesia. Padahal, demikian banyak orang yang penghasilannya berkaitan dengan ayam dan telur dan segala hal yang bisa dikaitkan dengan itu.

Jadi, ayam dan telur itu besar jasanya, tidak saja menyumpal mulut mereka yang lapar dalam arti sesungguhnya, tapi juga penyelamat ekonomi banyak keluarga. Makanya, jangan main-main dengan ayam dan telur.

tribunnews.com
tribunnews.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun