Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Haruskah Seluruh Gaji Suami Diserahkan kepada Istri?

4 Juli 2020   10:10 Diperbarui: 4 Juni 2021   07:03 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gaji (Sumber: www.shutterstock.com via money.kompas.com)

Judul di atas menggunakan istilah gaji. Jelas yang disasarnya adalah orang-orang yang mendapatkan gaji dari pekerjaannya, dalam arti profesinya adalah seorang pegawai, baik pegawai negeri maupun swasta. 

Biasanya para pegawai tersebut menerima gaji sekali sebulan, ada yang setiap tanggal 1 seperti pegawai negeri, ada pula yang tanggal 25 seperti karyawan bank atau perusahaan swasta.

Kembali ke judul tulisan di atas, selain pegawai, orang tersebut juga harus laki-laki, karena secara umum yang bertugas mencari nafkah adalah suami, sedangkan istri lebih bertanggung jawab dalam bidang internal rumah tangga. 

Jadi kalau suami istri dua-duanya jadi pegawai, gaji suami tetap diserahkan kepada istri, sementara gaji istri akan disimpan sendiri.

Lelaki yang dimaksud oleh judul tulisan tersebut sudah pasti bukan ayah saya, karena ayah saya seorang pedagang kecil berjualan sepatu. 

Ayah memberi uang belanja setiap pagi ke ibu saya untuk belanja kebutuhan dapur, sebelum ayah ke kios di pasar. Itu kisah zaman dulu, karena ayah dan ibu saya sudah lama meninggalkan dunia yang fana ini.

Baca juga : Gaji Suami Milik Istri, Gaji Istri Milik Sendiri

Makanya saya yang kemudian menjadi orang gajian tidak mengikuti pakem yang dicontohkan ayah saya. Saya memberikan semua gaji bulanan kepada istri pada tahun-tahun awal pernikahan kami, meskipun istri saya juga punya gaji dari tempatnya bekerja. 

Uang yang saya berikan kepada istri akan digunakan untuk keperluan rutin, sedangkan gaji yang diterima istri ditabungkan, nantinya dipakai untuk pengeluaran non rutin.

Tapi ketika kemudian saya mendapatkan promosi jabatan dan gaji yang diterima semakin meningkat, dengan sepengetahuan istri, sebagian dari gaji tersebut tidak lagi diserahkan kepada istri. 

Kelebihan dana saya tempatkan pada beberapa instrumen investasi dan juga untuk berbagai keperluan sosial dan agama. Justru dari investasi ini muncul lagi pendapatan ekstra.

Baca juga : Haruskah Seluruh Gaji Suami Diserahkan kepada Istri?

Nah cara saya tersebut ternyata bagi sebagian teman saya dianggap kurang sesuai pakem, di mana sebaiknya seluruh penghasilan suami diserahkan kepada istri. 

Lalu si istrilah yang akan menjadi "menteri keuangan", termasuk dalam memilih jenis investasi bila misalnya ada penghasilan lebih. Makanya saya menulis dengan judul seperti terbaca di atas.

Lagi pula ada sebuah berita yang menarik, bukan di Indonesia sih, yang menginsiprasi saya. Ada seorang suami di kota Yiyang, Hunan, Tiongkok, yang diam-diam menyimpan uang tanpa sepengetahuan istrinya (tribunnews.com, 23/6/2020). 

Tak tanggung-tangung, sudah tiga tahun Tang, begitu nama lelaki tersebut, tega membohongi istrinya tentang simpanan uang itu.

Setiap bulan Tang selalu memberikan uang pada istrinya, tapi ternyata ada sebagian uang yang disembunyikan di sebuah tempat rahasia di lubang pipa pada tangga rumahnya. Tang berpikiran bahwa dia perlu melakukan sesuatu untuk berhemat. Akibatnya, bila istrinya meminta sesuatu, Tang selalu beralasan tidak memiliki uang lagi.

Akhirnya pada 18 Juni 2020 yang lalu barulah Tang mengatakan semuanya pada istri dan keluarganya. Mereka membutuhkan waktu selama 4 jam untuk membongkar pipa tempat menyimpan uang tersebut. Pasangan suami istri itu lantas terkejut ketika menghitung uang yang terkumpul mencapai 100.000 Yuan atau sekitar Rp 200 juta.

Artinya, jumlah yang disembunyikan suami boleh dinilai relatif besar. Coba saja dihitung, kalau dalam 3 tahun terkumpul uang setara Rp 200 juta, maka rata-rata per bulan ada sekitar Rp 5,5 juta yang dimasukkan ke lubang pipa itu tadi. Sayangnya tak didapat informasi berapa besarnya gaji si suami. 

Baca juga : Perempuan Lebih Dipercaya Kelola Gaji Suami

Bila misalnya yang disimpan masih tidak melebihi seperempat dari gaji, terlepas dari kebohongan yang dilakukannya, jumlah yang ditabung masih terbilang wajar. Tapi bila itu merupakan setengah dari gaji, rasanya perilaku sang suami sudah kebangetan. 

Teganya dia membiarkan sang istri menderita, karena sering menolak permintaan si istri dengan alasan tak punya uang.

Dalam kasus yang viral di media sosial China tersebut, banyak  menuai komentar positif buat aksi si suami. Wajar saja, tentu komentar positif itu karena melihat hasil akhirnya yang berbuah manis, seolah-olah pasangan itu mendapat semacam rezeki nomplok. Tapi prosesnya tetap saja kurang baik, karena si suami berbohong kepada istrinya.

Bagaimanapun juga kejujuran harus nomor satu. Anggaplah di mata suami, istrinya memang seorang yang tak bisa berhemat. 

Namun bukankah bisa dibicarakan secara baik-baik, sehingga disepakati bahwa gaji si suami sebagian akan ditabungkan untuk keperluan di masa datang. Tujuan yang baik harus dilakukan dengan cara yang baik pula.

Lalu tentang jawaban atas pertanyaan yang menjadi judul tulisan ini, menurut saya seorang suami tidak harus menyerahkan semua gajinya kepada istrinya. Asalkan itu telah menjadi kesepakatan bersama, dan tidak ada dusta di antara mereka.

dok. duitologi.com
dok. duitologi.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun