Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mentang-mentang Bekerja dari Rumah, Jangan Bertingkah Seenaknya

21 April 2020   10:10 Diperbarui: 21 April 2020   10:07 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sidang virtual (manadopost.id)

Saya mulai tulisan ini dengan mengutip seutuhnya berita pendek di harian Kompas, Sabtu (18/4/2020) pada tiga alinea berikut ini.

Seorang hakim di Negara Bagian Florida, Amrika Serikat (AS), dibuat pusing gara-gara ulah jaksa dan pengacara dalam sidang virtual melalui aplikasi Zoom di tengah pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19. Mentang-mentang tak harus hadir secara fisik di ruang pengadilan, mereka tampil semaunya dalam sidang-sidang virtual itu.

Dennis Bailey, hakim Broward County, Florida, menumpahkan kekesalan karena ulah para jaksa dan pengacara itu lewat sepucuk surat yang dipublikasi Weston Bar Association. "Luar biasa, banyak jaksa tampil tidak pantas di kamera," tulis Bailey. "Seorang pria pengacara muncul tanpa berpakaian dan seorang perempuan jaksa terlihat berselimut di tempat tidur", ujarnya lebih lanjut.

Bailey juga menyebut beberapa pengacara mengikuti sidang sambil berjemur santai. Sejak pengadilan ditutup mulai 16 Maret lalu terkait kebijakan pembatasan sosial, sistem pengadilan Broward County telah menggelar sekitar 1.200 pertemuan melalui Zoom dan melibatkan sekitar 14.000 orang.

Baik, sekarang giliran saya untuk menanggapi sekaligus membawanya ke konteks pengalaman saya selama bekerja dari rumah.  Memang tidak begitu sering, rata-rata hanya seminggu sekali saya ikut rapat secara online yang lengkap dengan peserta sekitar 25 orang.

Pengamatan saya, mayoritas peserta rapat berpakaian formal sebagaimana layaknya lagi bekerja. Hanya satu orang pejabat yang saya lihat berpakaian santai, tidak terkesan seperti lagi bekerja.

Pakaian kerja di tempat saya berkantor, bagi pria, berkemeja lengan panjang plus dasi pada hari Senin dan Rabu, kemeja batik pada hari Selasa dan Kamis, serta kemeja kasual setiap hari Jumat. Tentu untuk wanita menyesuaikan dengan ketentuan tersebut.

Maka gaya berpakaian seperti yang diatur di atas akan terlihat pula saat rapat secara virtual. Bahkan di mana posisi duduknya pun, meski di rumah sendiri, dicari yang terkesan formal. Kalau memang tidak punya ruang kerja di rumah, biasanya di ruang tamu karena relatif lebih bersih,

Jika bekerja dari rumah hanya sekadar bekerja saja, tanpa melakukan rapat yang penampilan masing-masing terlihat oleh peserta lain, saya yakin mayoritas akan berpakaian seenaknya. Yang laki-laki bisa berbaju kaos, pakai kain sarung atau celana pendek, sedangkan yang wanita mungkin saja pakai daster. 

Tingkahnya pun sesuai selera masing-masing. Boleh sambil rebahan atau duduk lesehan. Ruangannya pun suka-suka, di kamar tidur, di dapur, bahkan bisa jadi sambil buang air besar di toilet.

Jadi, apa yang terjadi pada cerita di awal tulisan ini, dalam persidangan virtual di negara kita, rasanya tidak mungkin meniru gaya di AS. Jangankan persidangan, hanya sekadar rapat internal saja, seperti yang saya alami, sudah terkesan formal.

Hanya saja belum tentu pengalaman saya mewakili banyak perusahaan atau instansi di Indonesia dalam melakukan rapat virtual. Kebetulan saja, tempat saya bekerja merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan nuansa mirip dengan di kantor-kantor pemerintah.

Adapun di perusahaan swasta yang didirikan atau dikelola oleh generasi milenial, khususnya perusahaan startup (rintisan), tanpa ada pandemi Covid-19 pun, mereka sudah terbiasa bekerja di rumah atau di tempat yang disebut dengan coworking space,  yang dapat disewa dengan sistem jam-jaman untuk ruangan seluas yang dibutuhkan.

Bahkan kalaupun mereka bekerja di kantor, tetap bergaya bebas. Ruang kantor memang ditata bukan mirip kantor pada umumnya, malah mirip kafe atau ruang bersantai. 

Maka bagi perusahaan bergaya milenial, bila sekarang melakukan rapat secara virtual, mungkin kurang lebih apa yang terjadi di AS di atas, bukan hal yang tabu bagi mereka.

Ini memang berkaitan dengan titik pandang terkait kepantasan yang sudah bergeser antar generasi. Bagi generasi lama seperti di kantor saya, jelas punya persepsi yang kaku terkait apa yang pantas dan tidak pantas dalam bertingkah laku, termasuk berpakaian, di kantor.

Berpakaian seenaknya bisa dianggap melecehkan rekan kerja. Demikian pula dalam bersikap terhadap orang lain, terutama kepada atasan. Membungkukkan badan sambil tangannya dalam posisi ngapurancang dan memanggil dengan kata "bapak" kepada atasan, merupakan hal yang "wajib".

Sedangkan generasi milenial, saya pernah melihat, antara staf saat berbicara kepada atasannya yang juga masih muda, hanya saling memanggil nama saja, bahkan ada yang ber-lu gue. Saling becanda sudah biasa.

Tapi bagaimanapun juga, pendapat saya pribadi, saat kita bekerja dari rumah yang bisa terlihat oleh rekan kerja secara virtual, janganlah berpakaian dan bertingkah seenaknya. Tentu dengan ukuran yang bersifat relatif. 

Untuk perusahaan ala milenial dengan kelonggaran yang lebih lebar, pasti ada aturan juga. Sedangkan untuk perusahaan yang masih menyisakan gaya feodal, paling tidak masih kental unggah-ungguhnya seperti di tempat saya bekerja, semua karyawan harus mampu menahan diri, meski bekerja di rumah sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun