Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Jadi Pilot di Papua Memang Bikin Cemas Keluarga

20 September 2019   07:46 Diperbarui: 20 September 2019   21:18 4090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Personel Brimob tengah bersiap menaiki Helikopter Caracal milik TNI AU untuk melakukan pencarian di wilayah Distrik Jila, Kamis (19/9/2019) (Kompas.com | IRSUL PANCA ADITRA))

Adapun para pilotnya sendiri, mungkin karena sudah menjadi pekerjaan sehari-hari dan juga sudah dilatih menghadapi situasi darurat, seperti yang saya lihat pada keponakan saya tersebut, mengaku tidak punya kemecasan berlebihan. 

Sedangkan keluarga karena memang tidak tahu masalah teknis penerbangan, tak bisa menghilangkan kecemasannya. Celakanya berita tentang kecelakaan pesawat di Papua relatif sering terjadi dan tampaknya menjadi daerah paling rawan di Indonesia.

Adapun pesawat yang baru saja mengalami kehilangan kontak dan masih dicari keberadaannya adalah pesawat Twin Otter milik maskapai Rimbun Air. Pesawat tersebut kehilangan kontak saat dalam perjalanan dari Timika ke Ilaga, Rabu (18/9/2019) lalu.

Tidak mudah mencari pesawat yang hilang di pedalaman Papua. Sama halnya dengan faktor kesulitan yang harus dihadapi para pilot, tim pencari harus mampu bekerja di tengah cuaca yang sangat mudah berubah dan sulit diprediksi. Dari sangat cerah bisa tiba-tiba berkabut dan turun hujan. Jalur penerbangannya rumit, harus melintasi jalur sempit di sela-sela bukit dan gunung.

Saya sendiri pernah beberapa kali naik pesawat Susy Air yang berkapasitas 12 orang. Pesawat seperti ini banyak beroperasi di Papua. Tapi saya mencobanya bukan di Papua, namun saat melakukan perjalanan dinas dari Banda Aceh ke Meulaboh, Meulaboh ke Tapak Tuan, berlanjut ke Kutacane dan berakhir di Medan.

Salah satu yang membedakan pesawat besar dan kecil, pada pesawat kecil yang saya tumpangi itu, tak ada pembatas antara ruang pilot dengan penumpang. Apa yang dilakukan pilot serta apa saja gambar yang muncul di dashboard, kelihatan oleh penumpang.

Bila cuaca cerah terlihat warna hijau pada peta di depan pilot. Jalur hijau itu yang harus dilewatinya. Bila ada daerah merah artinya banyak sekali gumpalan awan, dan ini dihindari oleh pilot.

Namun kalau daerah merah sedemikian luasnya dan tidak ada celah berwarna kuning atau hijau, mau tak mau pilot akan menembus awan tersebut. Saya hanya bisa membaca doa saja karena goncangannya lumayan keras. Setelah ketemu daerah hijau, pilot terlihat santai banget, bahkan bisa sambil baca koran.

Melihat gaya pilot menerbangkan pesawat demikian pede, saya tidak heran kalau keponakan saya tidak cemas dengan profesi yang dilakoninya. Tinggal risikonya bagi keluarga, apakah bisa menghilangkan rasa cemas setiap mendapat berita pesawat yang kehilangan kontak di wilayah Papua? 

Saya tidak mengerti seluk-beluk dunia penerbangan. Tapi saya sungguh berharap pada pemerintah dan pihak lain terkait untuk segera melakukan tindakan pembenahan, agar tingkat kecelakaan pesawat di Papua bisa jauh berkurang,  kalau tidak bisa dinihilkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun