Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Jadi Pilot di Papua Memang Bikin Cemas Keluarga

20 September 2019   07:46 Diperbarui: 20 September 2019   21:18 4090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Personel Brimob tengah bersiap menaiki Helikopter Caracal milik TNI AU untuk melakukan pencarian di wilayah Distrik Jila, Kamis (19/9/2019) (Kompas.com | IRSUL PANCA ADITRA))

Setiap ada berita pesawat terbang yang kehilangan kontak di Papua, saya dan istri selalu cemas, sampai ada kejelasan pesawat apa yang hilang dan siapa nama pilotnya.

Soalnya ada keponakan istri saya yang menjadi pilot di sebuah maskapai penerbangan yang melayani perjalanan secara carteran. Ia khusus menerbangkan pesawat di seputar Papua dengan homebase di Jayapura.

Sampai sekarang sudah sekitar 4 tahun si keponakan menjadi pilot dan boleh dikatakan semua bandara di kota-kota kabupaten di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat sudah pernah didaratinya. Jangan mengira jumlah bandara di Papua hanya sebanyak jari tangan seperti jumlah bandara di provinsi lain di Indonesia.

Dari data tahun 2012 saja, tercatat 300 bandara yang terdapat di Papua (antaranews.com, 4/12/2012). Namun dari sejumlah itu, hanya 30 persen yang bisa didarati pesawat terbang perintis. Selebihnya hanya bandara amat kecil dengan landasan tanah dan rumput.

Adapun bandara yang tergolong bagus,  setara dengan bandara di ibu kota provinsi lain, adalah yang terdapat di Jayapura, Sorong, Manokwari, Biak, Merauke, Wamena, dan Timika. Ini bandara yang secara reguler didarati pesawat komersial dari dan ke luar Papua, terutama ke Makassar, Surabaya, dan Jakarta.

Kenapa demikian banyak bandara di Papua? Karena di banyak tempat hanya bisa ditempuh melalui jalur udara, saking terisolasinya. Makanya dapat dimengerti kalau pemerintah sangat antusias untuk menuntaskan proyek pembangunan jalan raya Trans Papua yang akan menjadi kunci agar tidak ada lagi kawasan yang terisolasi.

Jangan heran kalau melihat banyak pesawat kecil yang lagi parkir di Bandara Sentani, Jayapura. Inilah pesawat yang menerbangkan penumpang dan barang ke kota-kota di pelosok Papua.

Usia keponakan saya tersebut sekarang sudah 29 tahun. Ia punya istri dan seorang anak berusia satu tahun. Ia juga punya ibu, sedangkan ayahnya belum lama meninggal dunia. Tentu saja semua anggota keluarganya tersebut juga harap-harap cemas setiap ada berita kecelakaan pesawat di Papua.

Karena jumlah pesawat yang beroperasi di Papua demikian banyak, tentu jumlah pilotnya sebanding dengan jumlah pesawat. Rata-rata pilotnya bukanlah warga asli Papua, tapi berasal dari luar Papua.

Istri dan anak-anaknya pun, seperti juga keponakan saya, ditinggal di luar Papua yang hanya bertemu selama 10 hari dalam satu bulan, tergantung kebijakan masing-masing maskapai.

Tapi yang ingin saya kemukakan, ada demikian banyak orang-orang yang cemas bila punya anggota keluarga yang bertugas sebagai pilot di kawasan paling timur di negara kita.

Adapun para pilotnya sendiri, mungkin karena sudah menjadi pekerjaan sehari-hari dan juga sudah dilatih menghadapi situasi darurat, seperti yang saya lihat pada keponakan saya tersebut, mengaku tidak punya kemecasan berlebihan. 

Sedangkan keluarga karena memang tidak tahu masalah teknis penerbangan, tak bisa menghilangkan kecemasannya. Celakanya berita tentang kecelakaan pesawat di Papua relatif sering terjadi dan tampaknya menjadi daerah paling rawan di Indonesia.

Adapun pesawat yang baru saja mengalami kehilangan kontak dan masih dicari keberadaannya adalah pesawat Twin Otter milik maskapai Rimbun Air. Pesawat tersebut kehilangan kontak saat dalam perjalanan dari Timika ke Ilaga, Rabu (18/9/2019) lalu.

Tidak mudah mencari pesawat yang hilang di pedalaman Papua. Sama halnya dengan faktor kesulitan yang harus dihadapi para pilot, tim pencari harus mampu bekerja di tengah cuaca yang sangat mudah berubah dan sulit diprediksi. Dari sangat cerah bisa tiba-tiba berkabut dan turun hujan. Jalur penerbangannya rumit, harus melintasi jalur sempit di sela-sela bukit dan gunung.

Saya sendiri pernah beberapa kali naik pesawat Susy Air yang berkapasitas 12 orang. Pesawat seperti ini banyak beroperasi di Papua. Tapi saya mencobanya bukan di Papua, namun saat melakukan perjalanan dinas dari Banda Aceh ke Meulaboh, Meulaboh ke Tapak Tuan, berlanjut ke Kutacane dan berakhir di Medan.

Salah satu yang membedakan pesawat besar dan kecil, pada pesawat kecil yang saya tumpangi itu, tak ada pembatas antara ruang pilot dengan penumpang. Apa yang dilakukan pilot serta apa saja gambar yang muncul di dashboard, kelihatan oleh penumpang.

Bila cuaca cerah terlihat warna hijau pada peta di depan pilot. Jalur hijau itu yang harus dilewatinya. Bila ada daerah merah artinya banyak sekali gumpalan awan, dan ini dihindari oleh pilot.

Namun kalau daerah merah sedemikian luasnya dan tidak ada celah berwarna kuning atau hijau, mau tak mau pilot akan menembus awan tersebut. Saya hanya bisa membaca doa saja karena goncangannya lumayan keras. Setelah ketemu daerah hijau, pilot terlihat santai banget, bahkan bisa sambil baca koran.

Melihat gaya pilot menerbangkan pesawat demikian pede, saya tidak heran kalau keponakan saya tidak cemas dengan profesi yang dilakoninya. Tinggal risikonya bagi keluarga, apakah bisa menghilangkan rasa cemas setiap mendapat berita pesawat yang kehilangan kontak di wilayah Papua? 

Saya tidak mengerti seluk-beluk dunia penerbangan. Tapi saya sungguh berharap pada pemerintah dan pihak lain terkait untuk segera melakukan tindakan pembenahan, agar tingkat kecelakaan pesawat di Papua bisa jauh berkurang,  kalau tidak bisa dinihilkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun