PSSI berharap pada Liga Putri gesekan antar suporter tidak terjadi. Persija dan Persib satu grup semata-mata karena kedekatan geografis. Klub lain yang masih satu grup dengan Persija dan Persib adalah Tira Persikabo Bogor, PSS Sleman dan PSIS Semarang.
Sedangkan di grup satu lagi, terdiri dari Arema Malang, Persebaya Surabaya, Bali United, PSM Makassar dan Persipura Jayapura. Grup ini termasuk berat secara geografis karena terbentang dari Jawa Timur sampai Papua.
Tapi untunglah sistem yang dipakai bukan home and away seperti di Liga 1 yang butuh waktu hampir 1 tahun untuk satu musim kompetisi. Biaya transportasi di Liga 1 menjadi salah satu komponen biaya yang besar bagi masing-masing klub.
Sesuai jadwal, Liga Putri tersebut akan dimulai tanggal 6 Oktober 2019. Pada babak penyisihan, berlangsung secara bergiliran di empat kota yang berbeda. Setiap seri akan memakan waktu 6 hari.
Dua klub teratas di masing-masing klub berhak maju ke babak semifinal yang berlangsung dengan sistem gugur dan dua kali pertandingan, sekali di kandang sendiri dan sekali di kandang lawan. Demikian pula untuk partai final juga dengan format dua kali laga.
Dilihat dari jumlah klub peserta yang hanya 10, berarti ada 8 klub Liga 1 yang belum punya atau belum siap dengan para pemain putri. Tapi ini sudah terbilang lumayan, asal PSSI bisa serius dalam menciptakan iklim yang kondusif sehingga kompetisi berlangsung secara reguler setiap tahun.
Memang selama ini tidak terdengar berita tentang kiprah klub-klub sepak bola putri Indonesia. Ternyata 10Â klub elit sepak bola putra telah menyiapkan pemain putri.
Ada keuntungan bila klub putri menyatu dengan klub putra yang sudah ada selama ini, karena sudah ada basis suporternya. Toh selama ini banyak suporter wanita yang menonton sepak bola laki-laki.
Di luar negeri pun, terutama di negara-negara yang maju persepakbolaannya, klub-klub besarnya juga punya kelompok pemain putri yang dikelola secara profesional.
Hanya saja harus diakui, kucuran  dana dari sponsor untuk klub putri akan sangat jauh di bawah klub putra. Jelas kalau sumber dana klub tidak kuat, alamat bisa saja ada klub yang kehabisan nafas sebelum kompetisi berakhir.
Tapi dengan menempel ke klub putra, harapannya akan terjadi sistem subsidi silang. Dana dari sponsor untuk klub putra sebagian bisa dialokasikan buat pemain putri.