Mohon tunggu...
Irwan Lalegit
Irwan Lalegit Mohon Tunggu... Konsultan - Nama Lengkap Saya: Irwan Gustaf Lalegit

ADVOKAT, Alumni Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi Manado.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

"Jangan Pernah Melupakan Aku" di Kota Bogor

15 Februari 2018   19:32 Diperbarui: 9 Maret 2018   03:21 1100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu Lady Raffles (Lady Raffles Monument) di KRB --Foto: Irwan Lalegit

Dianugerahi pemandangan alam nan asri dengan pepohonan yang rindang berjuta jenis, udara yang sejuk, lembut dan bersih, tentu menjadikan Bogor sebagai kota yang nyaman untuk jadi tempat tinggal.

Ya Kota Bogor, inilah kota yang dibangun selama lima abad lebih diatas bentang alam bumi Parahyangan yang elok dan subur. Karena itu, ia yang juga dijuluki sebagai 'kota Hujan, kota Petir, kota Kujang' tentu menyimpan berlaksa-laksa kenangan cinta kasih abadi bagi siapapun yang pernah mengunjungi atau pun pernah menjadi bagian dari ritmenya.

Bahwa ada banyak catatan, tugu, prasati, peninggalan sejarah, bahkan lambang kehidupan dan cinta kasih bernilai tinggi di kota ini yang sangat sayang untuk tidak diceritakan, termasuk monumen "Jangan Pernah Melupakan Aku" yang (mungkin akan) tertanam abadi disana.

Sudah tentu bagi yang pernah bertamasya di kota Bogor, jelas mengenal salah satu tempat yang menjadi ikonnya : "Istana dan Kebun Raya". Keduanya selalu jadi destinasi wisata paling favorit, bahkan kebanyakan wisatawan masih ada yang mengira hanya istana dan kebun rayalah tempat wisata utama di kota Bogor, sehingga tak heran, pada setiap akhir pekan atau di hari libur nasional, kebun raya yang melingkari istana Bogor itu selalu ramai di 'serbu' wisatawan dari berbagai penjuru di Indonesia dan mancanegara, meski sebenarnya pemerintah kota Bogor melalui situs onlinenya (www.bogor.go.id) mencantumkan banyak tempat wisata seperti hutan Cifor, Situ Gede, Rancamaya Golf, Prasasti Batutulis, Museum PETA, dan lain-lain.

Para wisatawan antri untuk mengabadikan foto di KRB (Foto: Irwan Lalelgit)
Para wisatawan antri untuk mengabadikan foto di KRB (Foto: Irwan Lalelgit)
Tentu harus kita akui bahwa sejak jaman kerajaan-kerajaan kuno di nusantara, kota Bogor telah menawan hati para penguasa untuk dijadikan ibukota dan tempat mendirikan istana terbaiknya. Ada banyak tinggalan sejarah yang menyebut daerah ini pernah menjadi ibukota kerajaan-kerajaan Sunda, terutama karena ia begitu strategis dan taktis sebagai benteng alam terbaik untuk pertahanan kerajaan dari gempuran pasukan musuh, juga sebagai daerah pertanian dan tempat membangun lumbung pangan terbaik bagi warganya.

Pun ketika para kolonialis mencengkeram wilayah nusantara, penguasa-penguasa di Batavia itu, menjadikannya sebagai tempat tinggal sementara, tujuan berwisata, lokasi penyembuhan bagi si sakit, bahkan dengan adanya istana dan kebun raya yang cantik menawan tepat di jatungnya, ia pun jadi kota tinggal resmi puluhan gubernur jenderal Hindia Belanda. Saat ini, istana menjadi tempat kediaman resmi Presiden kita Bapak Joko Widodo, karenanya ia jadi tempat menyambut tamu-tamu negara dan lokasi diselenggarakannya acara-acara resmi kenegaraan.

Saya juga demikian, sejak menetap di Jakarta, berulang kali mengunjungi kota Bogor, menginap beberapa malam dan sudah pasti rajin mendatangi kebun rayanya yang sarat nilai-nilai historis dan kesohor itu, sembari menjadikan sudut-sudut tertentu di KRB sebagai tempat terbaik untuk membayar hutang hobi membaca, menghabiskan helai demi helai buku-buku kesukaanku.

Seakan tak pernah bosan dengan kecantikan alaminya Bogor, saya pikir saya terpesona dan telah jatuh cinta pada kota ini. Apalagi tinggalan-tinggalan sejarahnya yang berjuta koleksi, memikat naluri jurnalistikku untuk terus menggalinya lalu (akan) menuliskannya satu-persatu, juga karena ia dan memori-memori kisahnya makin memaksaku untuk lebih dalam lagi merasakan denyut nadi pembangunannya, bahkan mungkin untuk menemukan makna hakiki "kehidupan" atau (mungkin) juga "cinta" di kota yang tahun 2016 kemarin dinominasikan menjadi salah satu dari 45 kota di seluruh dunia sebagai "The Most Loveable City", dan berniat menjadi "Kota Pusaka/Heritage City, Hijau/Green City dan Cerdas/Smart City".

Bangku Taman diantara pohon-pohon di Kebun Raya Bogor (Foto: Irwan Lalegit)
Bangku Taman diantara pohon-pohon di Kebun Raya Bogor (Foto: Irwan Lalegit)
Bagi saya, ada banyak perspektif dan kisah historis kota Bogor yang terus memesona hingga merasa perlu menuliskannya, terutama karena saya pun telah terpikat pesona istana dengan kebun raksasanya itu. Iya, karena di tempat itu, saya menemukan monumen-monumen cinta abadi yang sudah selayaklah ia menjadi catatan pengingat bagi kita, dilestarikan juga kepada generasi mendatang.

Pertama, ayo kita ke Kebun Raya Bogor (KRB). Ia tentu jadi monumen cinta abadi para botanis yang mendedikasikan jiwa dan raganya demi pengembangan ilmu pengetahuan biologi terutama botani (ilmu tentang tumbuh-tumbuhan) dan menjadi pusat pengembangan pertanian dan holtikultura di Indonesia.

Ia (KRB) didirikan pada 18 Mei 1817 oleh profesor Caspar Georg Karl Reinwardt, sebagai Direktur Pertanian, Seni, dan Ilmu Pengetahuan untuk Pulau Jawa pada pemerintahan Hindia-Belanda. Reinwardt yang ahli botani, biokimiawan dan pakar sejarah alam asal Jerman itu, bersama timnya, ditugaskan melakukan penelitian berbagai manfaat tumbuhan untuk kesehatan serta pembibitan koleksi tanaman yang bernilai ekonomis dari seluruh tanah jajahan Hindia-Belanda dan juga dari mancanegara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun