Mohon tunggu...
Irwan E. Siregar
Irwan E. Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Bebas Berkreasi

Wartawan freelance, pemerhati sosial dan kemasyarakatan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengalaman Jadi Guru Ngaji Anak-Anak

8 Maret 2023   15:09 Diperbarui: 8 Maret 2023   15:12 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: dok. Pribadi)

USAI Magrib biasanya enggan pulang ke rumah. Sebab, kalau sudah makan malam akan malas untuk kembali sholat Isya di mesjid. Maka, daripada plongoh-plongoh saja di mesjid, mendingan buka Quran. Dapat pahala, dan tak terasa sudah masuk Isya.

Anak-anak yang bermain di mesjid sebaiknya juga coba-coba diajak baca Quran. Daripada mereka bikin bising dan memporakporandakan sajadah dan perlengkapan mesjid lainnya.

Kebanyakan anak-anak usia sembilan tahun ke bawah ini ternyata belum bisa baca Quran. Terpaksalah diajari Iqra lebih dulu. Seru juga, karena saya sendiri tak pernah belajar Iqra.

Tapi pede sajalah. Dengan melihat sebentar saja buku Iqra kan sudah faham bagaimana cara mempelajarinya. Lebih terbantu lagi dari adanya anak-anak yang sudah belajar Iqra di sekolah atau pun madrasah. Mereka bisa dijadikan mentor membimbing adik-adiknya.

Alhamdulillah, sudah ada beberapa orang yang selesai belajar Iqra. Lebih bersyukur lagi karena mereka pun minta dilanjutkan belajar baca Quran. Terpaksalah diupayakan mengajari mereka dengan tajwid yang masih pas-pas. Panjang pendek bacaan, cara membaca huruf bersambung, dan lainnya. Huruf yang ada suara dengung, dan yang susah-susah dilewatkan saja dulu. Biarlah guru tilawah yang nanti mengajarinya.

Melihat antusiasnya anak-anak mengaji, senang juga rasanya hati. Apalagi disebutkan dalam sebuah hadits, pelajari Quran dan ajarkan kembali. Saya sebenarnya belajar Quran hanya sampai kelas empat  SD. Selebihnya bisa begitu saja, setelah mendengar rekaman orang mengaji.

Baca di sebuah grup facebook, ada guru yang menurunkan bacaan muridnya dari Quran kembali ke Iqra. Bahkan sampai ke Iqra 3 pula. Bukan ke Iqra 6, yang terakhir. Alasannya karena si murid dianggap belum bisa baca Quran.

Menurut saya, itu akan menurunkan semangat si anak untuk membaca Quran. Memang, saat belajar Iqra terasa ada kebosanan bagi anak-anak. Kalau tetap dipaksakan juga, besok-besok mereka tak mau lagi  datang mengaji.

Untuk mengatasinya, biarkan saja mereka belajar dengan melompat-lompati pelajaran. Sebab, saya baca dibuku petunjuk, kalau anak sudah mengerti maka dapat dilompati ke tingkat berikutnya. Lagipula di Quran huruf dan kalimatnya kan banyak yang berulang-ulang. Dengan begitu, kalau sering diulang maka dia akan tahu sendiri.

Banyak manfaat yang didapat dalam mengajari anak-anak membaca Quran. Emosi menjadi lebih bisa  ditahan. Sebab mengaji sekarang bukan seperti mengaji dulu yang gurunya pakai rotan.  Kalau sekarang, misalnya seorang murid membaca "Musa", dia langsung menimpali dengan: "Sebelah rumah saya." Bagaimana mau marah kepada murid seperti ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun