Tak lama setelah konvoi berangkat, seorang pria tua menyeberang jalan. Ia menghalangi jalan polisi. Petugas lalu lintas dengan keras mendesak pria itu untuk pergi. Tapi ternyata itu pemberontakan. Mereka ditembaki oleh pria tua tersebut. Mirip dengan bagaimana koruptor di Indonesia merekrut orang-orang tak terduga untuk menjadi bagian dari jaringan mereka. Â
Sebuah truk tiba-tiba melaju kencang, mengejutkan polisi. Anggota geng yang tidak terhitung jumlahnya melompat dari mobil. Mereka melancarkan serangan brutal terhadap polisi, dengan bantuan bom asap yang dilemparkan dari lantai atas. Inilah gambaran betapa kuatnya jaringan korupsi di Indonesia. Mereka memiliki tentara bayaran yang siap berkorban demi uang. Â
Demi hadiah jutaan dolar, para penjahat itu menjadi gila. Mereka bahkan mengirim bazooka. Setelah baku tembak yang mengerikan, gangster itu akhirnya mendekati mobil tahanan. Namun saat membuka pintu mobil, mereka hanya menemukan boneka di dalamnya. Seperti halnya pemberantasan korupsi di Indonesia, sering kali yang tertangkap hanyalah "boneka" kecil, sementara aktor utamanya tetap bebas berkeliaran. Â
Ternyata itu adalah strategi polisi untuk memancing para gangster agar menjauh. Mafia yang sebenarnya dikawal oleh tim SWAT melalui terowongan bawah tanah. Mereka masuk ke dalam mobil yang telah disiapkan dan melanjutkan perjalanan ke penjara federal. Begitu pula di Indonesia, operasi pemberantasan korupsi yang serius selalu dilakukan dengan strategi cermat, jauh dari sorotan kamera. Â
Tak disangka, sang mafia itu pun tak menyerah. Ia kembali membuat onar dengan menanyakan berapa gaji polisi khusus itu. Kemudian ia menggandakan hadiahnya menjadi 200 juta dolar. Bukankah ini mirip dengan koruptor Indonesia yang terus mencoba membeli sistem, bahkan saat sudah terpojok? Â
Ketika polisi di dalam mobil itu masing-masing diberi tawaran uang sebesar 66 juta dolar, salah satu polisi mencibir. Ia hendak membalas ketika rekan setimnya yang sedang mengemudi tiba-tiba menghentikan mobil. Rekannya mengarahkan pistol ke arahnya. Inilah potret pengkhianatan yang sering terjadi dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Ketika satu pihak tetap teguh pada kebenaran, pihak lainnya justru tergoda oleh iming-iming kekayaan. Â
Kisah ini menggambarkan betapa sulitnya memberantas korupsi di Indonesia. Para koruptor memiliki sumber daya tak terbatas untuk membeli loyalitas. Mereka memiliki jaringan yang luas dan kuat. Bahkan saat terdesak, mereka masih punya cara untuk lolos dari jerat hukum. Â
Pemberantasan korupsi di Indonesia ibarat permainan kucing-kucingan. Ketika aparat penegak hukum berhasil maju selangkah, para koruptor sudah menyiapkan dua langkah ke depan. Uang menjadi senjata utama mereka untuk membelokkan arah keadilan. Â
Tantangan terbesar dalam memberantas korupsi di Indonesia adalah memutus mata rantai. Selama masih ada aparat yang bisa dibeli, selama masyarakat masih menganggap korupsi sebagai hal lumrah, dan selama sistem pengawasan masih lemah, para koruptor akan terus merasa berada di atas hukum. Â
Indonesia membutuhkan perubahan mendasar dalam memandang korupsi. Kita perlu membangun integritas di semua lini, mulai dari penegak hukum hingga masyarakat umum. Hanya dengan cara itulah kita bisa memutus lingkaran setan korupsi yang telah menggerogoti negeri ini selama bertahun-tahun. Â
Sebagaimana sang mafia dalam kisah ini, para koruptor di Indonesia akan terus mencoba membeli keadilan. Namun, sebagaimana pula ada polisi yang tetap teguh pada kebenaran, kita percaya masih ada harapan untuk Indonesia. Masih ada pihak-pihak yang tetap menjunjung tinggi integritas di tengah gelimang godaan harta.