Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Flu Berat, Pertama Kali dalam Empat Tahun Terakhir

1 Agustus 2022   15:31 Diperbarui: 2 Agustus 2022   20:54 1870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya ada satu hal yang muncul: Saya tidak bisa membau apapun. Saya berusaha untuk tidak panik. Bisa saja di kamar saya memang sedang tidak ada bau apa-apa.

Saya harus melakukan satu tes, sebelum saya memberi tahu adik-adik saya tentang kondisi itu.

Tesnya sederhana saja. Setiap hari, saya membuat bubur nasi untuk mama. Dalam beberapa pekan terakhir, saya selalu menambahkan sepotong sereh. Baunya wangi dan juga membuat bubur lebih nikmat untuk disantap, katanya.

Tapi, pagi itu saya sama sekali tidak mencium wangi sereh. Sama sekali. Tes berakhir. Saatnya memberi tahu orang rumah. Dan, justru mereka yang rada panik. Mereka meminta saya untuk tes Covid-19.

Adik saya yang laki-laki dibekali satu boks besar rapid test antigen Covid-19. Tiap akhir pekan, ia melakukan tes untuk dirinya sendiri, hasilnya dikirim via WhatsApp ke kantor. Jika hasilnya negatif, maka ia boleh ke kantor keesokan harinya.

Saya pun diberi crash course tes Covid-19 oleh adik saya itu. Tes pertama saya, dilakukan sendiri. Di rumah. Adik saya memberi tahu sampai mana itu cotton bud bertangkai panjang itu harus masuk ke hidung.

Rasanya saya sukses melakukannya, sebab saya menangis tanpa basa-basi setelah hidung saya dicolok. Sakitnya minta ampun! Akhirnya hidung saya tak lagi perawan. Hiks!

Setelah dinanti hasilnya, ternyata saya negatif, karena hanya ada satu garis yang muncul di pengukurnya atau apa itu namanya, bukan dua garis. Alhamdulillah.

Tapi, mengapa saya jadi kehilangan daya cium, ya? Anosmia adalah salah satu gejala Covid-19 ‘kan ya? Akhirnya saya pun browsing di internet untuk mencari tahu.

Menurut situs Halodoc, ada bedanya antara anosmia akibat flu berat dengan Covid-19. Kalau pada penderita flu berat, anosmia diawali oleh hidung meler dan tersumbat, keduanya bisa membuat indra penciuman raib.

Pada penderita Covid-19, indra penciuman akan kehilangan kemampuannya secara tiba-tiba dan parah. Bukan karena hidung yang beringus dan tersumbat, melainkan berhubungan dengan sistem saraf pusat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun