Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Makan Es Krim, Yuk!

8 Oktober 2021   11:54 Diperbarui: 8 Oktober 2021   12:03 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Es krim yang sangat nikmat untuk dinikmati kapan saja. (Sumber: RitaE/Pixabay)

Sepertinya, tidak ada yang tidak tahu dengan kudapan bernama es krim, 'kan? Es krim adalah makanan beku dibuat dari produk susu seperti krim digabung dengan perasa dan pemanis buatan maupun alami.

Saya tidak suka susu, namun bisa dikatakan saya adalah maniak es krim. Saya menyukai segala jenis rasa es krim. Yah, mungkin bukan es krim cabai merah atau yang rasa petai atau jengkol. Saya suka cabai, tapi apa enaknya es krim yang berasa pedas?

Di rumah, yang namanya es krim selalu ada. Jadi, saya bisa menyantap es krim kapan saja. Tengah malam pun tak masalah. Cuaca panas, cuaca dingin. Pokoknya ketika lidah ingin diolesi es krim, santap saja.

Anyway, rasa es krim favorit saya adalah es krim rasa macadamia nut keluaran pabrik es krim beken bernama Haagen-Dazs. Sebut merek tak apa, ya. Bukan mau promosi, lho.

Es krim rasa kacang macadamia bukan main deh rasanya. Sangat lezat. Anda harus mencobanya terlebih dahulu, agar tahu bagaimana rasa es krim macadamia nut.

Saya juga suka es krim rasa durian. Sampai sekarang, saya tidak pernah ragu untuk menyantapnya, merek apapun. Namun, es krim durian terlezat yang pernah saya santap adalah yang dibuat oleh es krim Gentong. Ini sebut merek lagi, ya.

Saya menemukannya di Mall Kelapa Gading. Setiap kali belanja bulanan, pasti beli es krim durian. Sampai-sampai penjualnya sudah hapal dengan wajah-wajah kami yang tidak ada cantik-cantiknya ini. Hahahaha

Durian yang dipakai oleh es krim Gentong sangat asli. Kental dan wangi. Rasanya bukan main lezat. Saya memang suka durian. Menurut saya, lebih aman menyantap durian dalam bentuk es krim, ketimbang durian asli. Kolesterolnya itu konon sangat tinggi.

Sayangnya, saya sudah lama sekali tidak menyantap es krim durian Gentong sejak adanya pandemi Covid-19. Saya tidak berani makan di tempat terbuka. Tidak bisa membayangkan bagaimana virus-virus berkeliaran, berpindah dari satu orang ke orang yang lain, sementara saya menyantap es krim.

Lalu, saya juga pernah beli es krim super enak ketika berada di Barcelona. Ketika itu, Mei 1999, saat saya meliput final Liga Champions antara Manchester United lawan Bayern Muenchen, saya sempat jalan-jalan bersama tuan rumah yang membuka rumahnya untuk saya inapi.

Sehari setelah final, saya dan suami istri tuan rumah mengajak berjalan-jalan di pusat kota Barcelona. Awalnya, kami naik kereta bawah tanah dari rumah. Lumayan jauh. Tempat menginap saya berada tepat di depan Park Guell, salah satu destinasi wisata Barcelona.

Setelah turun dari kereta, kami hanya mengandalkan sepasang kaki untuk berkeliling. Lalu, sampailah kami di area turis, yang penuh dengan toko-toko suvenir. Kami pun menemukan penjual es krim dengan gerobaknya. Tapi, gerobaknya tidak kumuh ya, keren banget. Sayangnya, pada masa itu, yang namanya ponsel belum masuk kategori smart, jadi tidak bisa instan ambil foto. Malas juga saya harus mengeluarkan kamera.

Jadilah saya hanya menikmati es krim. Oleh Luis, si tuan rumah, saya dipilihkan campuran rasa buah. Menurutnya, itu rasa es krim yang paling enak. Saya sih okay saja.

Saya memilih porsi dengan mangkuk sedang. Mangkuk kertas khas es krim itu. Hanya saja ukuran sedang di Barcelona ternyata dua kali lebih besar dibanding porsi besar mangkuk es krim di Jakarta. Harganya saya tidak terlalu ingat, mungkin sekitar 250 peseta, kalau diterjemahkan ke rupiah sekitar 25 ribu rupiah. Waktu itu, belum ada mata uang euro.

Penjualnya sangat senang dengan saya sebagai pembeli. Sangat antusias menurutnya. Dia tidak tahu, saya selalu antusias jika itu berurusan dengan es krim.

Kami lantas menyantap es krim di meja yang terletak di samping gerobak es krim. Duduk bertiga, sambil menikmati pemandangan. Rasa es krim yang saya santap saat itu rupanya campuran dari berbagai beri: Strawberry, blackberry, blueberry, dan mungkin beri lainnya jika ada. Rasanya pun beragam, ada asam, ada manis. Nikmat pokoknya.

Saya menguras habis itu es krim dalam waktu tidak lebih dari 15 menit. Makan es krim tidak boleh berlama-lama. Yang ada malah leleh. Sayang, 'kan? Luis kaget melihat saya sudah menghabiskan es krim dengan kilat.

"I told you I like ice cream," jawab saya ketika Luis mengomentari kecepatan saya menyantap es krim.

Kebetulan, ketika saya berkunjung ke Barcelona, cuaca sangat itu sedang hangat, meski berada di musim semi, yang biasanya suhunya kacau-balau. Jadi, merupakan waktu yang cocok untuk makan es krim.

Sayangnya, saya tidak sempat makan es ketika berkunjung ke Berlin. Saat itu Desember, suhu nol derajat Celsius. Sangat dingin. Saya menemukan restoran es krim saat mengunjungi Christmas Market.

Restoran itu penuh dengan pengunjung yang asyik menyantap es krim, padahal cuaca sangat dingin. Saya pun tak mau kalah. Masuklah saya ke restoran itu. Sampai di dalam, saya berada di waiting list hanya untuk bisa duduk. Sudah saya jelaskan, saya tidak mau dine-in, hanya take away. Tapi, mereka tidak mau tahu. Saya harus antri!

Yah, karena saya tidak punya banyak waktu, akhirnya saya keluar lagi. Kecewa. Tidak bisa mencicipi es krim Berlin. Sebal sekali. Sampai sekarang saya masih penasaran.

Keajaiban Dunia

Kalau saya ditanya barang apa yang bisa dikategorikan sebagai keajaiban dunia, maka saya akan menjawab es krim. Saking ajaibnya, banyak yang ingin mengklaim sebagai tempat asal es krim.

Menurut Book of Firsts, Persia disebut sebagai awal makanan mirip es krim pada 550 Sebelum Masehi. Sementara, Nero, salah satu kaisar Roma, disebut sebagai yang pertama membuat es krim, dengan es yang didatangkan dari Pegunungan Apennine. Lalu, menurut Science of Ice Cream, es krim berasal dari Kerajaan Mongolia yang lantas menyebar ke Cina.

Es krim lantas masuk Eropa melalui petualang beken, Marco Polo, itu menurut The Culinary Institute of America. Marco Polo memperkenalkan makanan penutup mirip es sorbet di Italia, setelah mempelajarinya ketika ia berkelana di Cina.

Lalu, Raja Inggris, Charles I, sangat terkesan dengan yang namanya "salju beku", sampai-sampai ia tetap menggaji pembuat es krim kerajaan yang telah pensiun, supaya mau menyimpan rapat rahasia cara membuat es krim agar tidak bocor ke mana-mana.

Saya bisa mengerti perasaan Charles I soal es krim. Seandainya ia hidup pada masa kini, tidak bisa dibayangkan seperti apa senangnya dia. Demikian beragamnya bentuk dan rasa es krim bisa membuat "kalap" ingin menyantap semuanya.

Menurut artikel di Wikipedia, es krim dibuat dengan campuran sebagai berikut:

10-16% lemak susu
9-12% milk solids-non-fat, yang mengandung protein dan karbohidrat
12-16% pemanis, biasanya kombinasi antara sukrosa dan pemanis sirup
0,2-0,5% zat pengemulsi yang menjaga kestabilan campuran, biasanya agar dari rumput laut
55-64% air, yang berasal dari susu padat atau bahan lain

Tentu saja ada perasa, mungkin perasa alami (buah-buahan dan lainnya) atau hanya perasa sintetis. Menurut saya, rasa ini yang membuat es krim menjadi lezat. Bukan begitu?

Jadi, bagaimana? Mari makan es krim!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun