Mohon tunggu...
Irsyad Mohammad
Irsyad Mohammad Mohon Tunggu... Sejarawan - Pengurus PB HMI, Pengurus Pusat Komunitas Persatuan Penulis Indonesia (SATUPENA), dan Alumni Ilmu Sejarah UI.

Seorang aktivis yang banyak meminati beragam bidang mulai dari politik, sejarah militer dan sejarah Islam hingga gerakan Islam. Aktif di PB HMI dan Komunitas SATUPENA. Seorang pembelajar bahasa dan sedang mencoba menjadi poliglot dengan mempelajari Bahasa Arab, Belanda, Spanyol, dan Esperanto.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Banteng Nyeruduk di Rabu Legi: Analisis atas Kemenangan PDIP di Pemilu 2024

4 Maret 2024   14:44 Diperbarui: 5 Maret 2024   08:28 1620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo PDI Perjuangan | Sumber: KOMPAS.com

Para caleg PDIP sadar, bahwa dukungan terhadap paslon Prabowo -- Gibran sangat kuat di masyarakat, bahkan juga di daerah-daerah yang selama ini menjadi kandang Banteng seperti Bali dan Jawa Tengah. Mereka sadar bila salah langkah, mereka bisa saja tidak terpilih kalau terlalu terasosiasi oleh paslon Ganjar -- Mahfud.

Banyak caleg-caleg PDIP adalah para politisi yang sudah malang melintang di dunia politik dan telah berpengalaman, mereka banyak melakukan kerja-kerja politik terutama di detik-detik akhir menjelang masa kampanye berakhir, namun juga berhasil menjaga perasaan konstituennya yang memilih paslon lain yang tidak diusung oleh PDIP. Walhasil beberapa caleg PDIP bisa lolos di daerah-daerah yang merupakan basis pemilih paslon Prabowo -- Gibran.

PDIP selama ini pun banyak terasosiasikan dengan Sukarno dan juga ideologi Sukarnoisme, jadi banyak sekali aktivis ataupun kelompok pengagum Sukarno juga memilih partai ini dan loyal karena faktor ideologi, juga citra PDIP sebagai "partaine wong cilik" sebab PDIP lah yang pada awal Reformasi banyak memberikan kesempatan kepada petani, tukang becak, ataupun nelayan untuk menjadi caleg PDIP.

Cuma dalam pemilu kali ini mereka tidak menyukai Ganjar -- Mahfud, jadi mereka memilih PDIP karena sudah suka dengan partainya atau sudah terbiasa milih PDIP jadi susah pindah ke lain hati.

5. Status keanggotaan Jokowi di PDIP yang masih abu-abu.

Tidak jelasnya status keanggotaan Gibran Rakabuming Raka dan Jokowi di PDIP juga turut mempengaruhi suara PDIP tidak turun drastis. Gibran Rakabuming Raka, kita tahu telah keluar dari PDIP dan Bobby Nasution sendiri malahan dipecat.

Meski Gibran Rakabuming Raka keluar dari PDIP dan konon disebut-sebut mengembalikan KTAnya, namun ia tidak pernah bikin suatu pidato pernyataan yang tegas ke publik kalau dia keluar dari PDIP dan langsung bergabung ke partai lain, maka partai lain ini akan mendapatkan tamabahan suara karena coattail effect dari sosok Gibran sebagai cawapres.

Hal yang sama juga dengan Pak Jokowi, ia sendiri masih berstatus anggota PDIP karena ia sendiri menunggu dipecat oleh PDIP dan berharap bisa memainkan narasi dizalimi. 

Namun PDIP sudah kapok dengan cara ini, karena dulu Bu Mega memecat Pak SBY dan ia menggunakan narasi bahwa ia dizalimi kemudian ia menang di Pilpres 2004.

Oleh karena status Pak Jokowi yang masih menjadi kader PDIP, tentunya masih ada pengagum Pak Jokowi yang akhirnya memilih PDIP. Kita anggap saja, bahwa Pak Jokowi masih punya faksi pendukungnya di PDIP meski tidak dominan dan mereka-mereka ini memilih Prabowo -- Gibran

Lain ceritanya kalau Pak Jokowi secara tegas keluar dari PDIP dan masuk partai lain, mungkin saja suara PDIP jatuh dan partai lain yang dimasuki Pak Jokowi itu suaranya naik serta split-ticket voting bisa saja tidak terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun