Mohon tunggu...
Irna Djajadiningrat
Irna Djajadiningrat Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Literasi

Sejatinya semua penghuni jagat raya memiliki derajat yang sama. Yang membedakan hanya budi baik atau buruk hati. https://bumiseniorcicibey.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jari Jemariku dan Gawai

19 Februari 2021   13:45 Diperbarui: 19 Februari 2021   17:34 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejatinya jari jemari berfungsi untuk membantu aktivitas manusia dalam melakukan beragam hal. Anda bisa mengambil barang yang diinginkan, meraba, menggenggam sesuatu atau menulis.

Jari jemari dan menulis pasti memiliki hubungan yang luar biasa harmonis. Bagaimana tidak, karena apapun media yang digunakan untuk menyampaikan gagasan dalam bentuk tulis, baik menulis tangan, menggunakan mesin tik, komputer, maupun gawai, jari jemari akan membantu menuangkannya.

Menulis kerap kali dianggap sebagai "bakat", padahal sebenarnya ia hanya sebuah keterampilan yang diasah secara terus menerus. Lihat saja hasil "pemanjaan lingkungan", media sosial, yang dapat dengan mudah diakses melalui gawai.  

Tanpa sengaja orang terus menerus "berlatih menulis" menuangkan gagasan baik yang "original" maupun sekadar mengomentari tulisan orang, mengomentari sikap atau gaya hidup orang. 

Tulisan atau komentar tersebut mulai dari yang berbobot dan penting sampai dengan kelas ringan seringan kapas. Seringan apapun ayunan jari jemari pemberian Ilahi di gawai Anda, jangan biarkan ia menghasut, merundung atau menuliskan ujaran kebencian.

Dengan maraknya media sosial, jari jemari menjadi punya "tugas tambahan" yang lebih banyak dibandingkan dengan "tugas utamanya". Mari kita perhatikan, siapa yang banyak digenggam belakangan ini? 

Ternyata bukan tangan suami, istri, kekasih,atau anak, tetapi gawai. Setiap jam, menit bahkan detik, orang akan menoleh ke gawai yang digenggamnya dan kemudian menarilah jari jemari di atas gawai. Cepat dan lancar, bahkan kadang lebih cepat dari proses berpikir manusia itu sendiri.

Rupanya fenomena memainkan jari jemari di atas gawai untuk menulis pesan, atau sekadar meneruskan berita yang sesungguhnya tidak dipahami kebenarannya menjadi "trend". 

Tentu banyak alasan mengapa jari jemari "tiba-tiba" menjadi sangat pandai menari. Salah satunya adalah kekhawatiran orang akan kehilangan eksistensi diri di kalangannya "fear of missing out" (FOMO). 

Oleh karena itu "memunculkan diri" dalam bentuk apapun, misalnya gambar diri, aktivitas, tulisan, "komen", meneruskan pesan di dunia maya menjadi sangat penting. Apakah berita, kabar atau tulisan itu basi, bohong dan tidak memiliki kemaslahatan tidak menjadi masalah karena yang penting "eksis".

Jari jemari dan semua anggota tubuh yang melekat pada tubuh manusia adalah pemberian Sang Pemilik Bumi dan Langit memiliki tugas mulia, tidak pernah ditugasi untuk menyampaikan kemubaziran dan kesia-sian. 

Jika dikaitkan dengan menulis, Ia bertugas menyampaikan pesan kebajikan milik Ilahi. Sayangnya, kebajikan belum melekat pada diri manusia. Memang jelas tidak mudah menanamkan kebajikan tanpa sadar tapi bisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun