Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Sepenggal Sejarah Hindia Belanda di Ereveld Ancol

20 Maret 2018   07:00 Diperbarui: 20 Maret 2018   20:36 6442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasianer, coba sebutkan spot-spot tempat wisata kalau sedang mengunjungi Ancol? Pastinya tidak jauh-jauh dari Dunia Fantasi, Gelanggang Samudera, Sea World, Atlantis dan berbagai macam sudut pantai dan restoran bukan?

Tapi tahu tidak, ada satu spot bertemakan wisata sejarah di dalam kompleks Taman Impian Jaya Ancol ini? Namanya Ereveld Ancol. Apa tuh?

Sebenarnya sudah lumayan lama saya mengetahui tempat ini, tapi tidak tahu kalau ternyata juga dibuka untuk umum. Ereveld Ancol adalah kompleks Makam Kehormatan Belanda, sehingga lebih dikenal orang dengan sebutan kuburan atau makam Belanda. Letaknya agak tersembunyi di ujung kompleks Taman Impian Jaya Ancol, dekat Bende Raksasa Ancol. Jadi wajar saja tempat ini kurang mentereng di hadapan pengunjung. Kita akan melewatinya jika akan berkunjung ke beberapa restoran seperti Jimbaran, Segarra atau Ancol Beach City Mall.

Pintu gerbang Ereveld Ancol (Dokpri)
Pintu gerbang Ereveld Ancol (Dokpri)
Ereveld Ancol diresmikan tanggal 14 September 1946 dan merupakan pemakaman pertama yang didirikan oleh dinas pemakaman tentara untuk menghormati para korban Perang Dunia II dalam rentang tahun 1942 -- 1945. Ada sekitar 2,000 korban perang yang dimakamkan pada Ereveld Ancol ini dan para korban perang ini tidak hanya terdiri dari tentara Belanda, tetapi juga tentara negara-negara Commonwealth serta rakyat sipil Belanda dan Indonesia.

Semua korban perang yang dimakamkan di Ereveld Ancol dieksekusi secara kejam oleh tentara Jepang, meski tidak semua dieksekusi di daerah Ancol ini. Banyak korban perang yang tulang belulangnya ditemukan di daerah-daerah lain di Indonesia, kemudian dibawa ke Ancol untuk dimakamkan secara layak. Menurut salah seorang saksi mata, eksekusi tawanan di Ancol dilakukan oleh tentara jepang di bawah pohon Alianthus excelsa atau dikenal juga sebagai Hemelboom (Pohon Surga).

Hemelboom, tempat eksekusi korban oleh tentara Jepang (Dokpri)
Hemelboom, tempat eksekusi korban oleh tentara Jepang (Dokpri)
Hingga kini batang pohon tersebut masih bisa kita lihat di kompleks Ereveld Ancol meski akarnya sudah mati. Pada satu sisi batang pohon yang telah divernis tersebut, terpampang petikan puisi karya Laurence Benyon berjudul "For the Fallen".

They shall grow not old, as we that are left grow old:

Age shall not weary them, nor the years condemn.

At the going down of the sun and in the morning

We shall remember them. We shall remember them.

Korban yang telah dieksekusi kemudian ditumpuk di salah satu sudut yang kini pada sudut tersebut didirikan sebuah monumen bernama Algeement Monument. Pada monumen yang berbentuk figur malaikat ini tertulis moto dinas pemakaman tentara dengan cat emas yakni, "Hun geest heft overwonnen" yang berarti "Jiwa mereka telah menang". 

Sementara itu, pada bagian bawahnya terdapat sebuah lempengan yang bertuliskan "ter eerbiedige nagedachtenis aan de vele ongennoemden die hun leven offerden en niet rusten op de erevelden" yang berarti "dengan penuh hormat dari banyak orang yang tidak disebutkan namanya yang mengorbankan nyawa mereka dan tidak beristirahat di ladang kehormatan".

Algeement Monument (Dokpri)
Algeement Monument (Dokpri)
Korban perang yang diketahui identitasnya, namanya akan ditulis pada nisan. Sementara korban yang tidak teridentifikasi, pada nisannya hanya tertulis "geexecuteerde" (dieksekusi) atau disertai nama lokasi penemuan tulang-belulangnya (jika bisa diketahui). Namun satu hal yang menarik adalah, bentuk nisan yang berbeda ternyata mewakili identitas keyakinan korban. 

Ada lima jenis bentuk nisan berbeda untuk korban pria Kristen, wanita Kristen, Muslim, Buddha, dan Yahudi. Sementara itu, nisan untuk makam massal juga berbeda. Nisan-nisan ini awalnya terbuat dari kayu jati, namun belakangan nisan-nisan tersebut diganti dengan beton supaya tahan dengan cuaca pesisir yang lembab dan asin.

Perbedaan bentuk nisan (Dokpri)
Perbedaan bentuk nisan (Dokpri)
Makam Kehormatan Belanda berada dibawah pengurusan Oorlogsgravenstichting (Yayasan Makam Kehormatan Belanda) yang berpusat di Den Haag, karena Makam Kehormatan Belanda di Indonesia tidak selalu memperoleh perhatian khusus layaknya di Eropa. Dengan dirawatnya Ereveld ini, diharapkan kisah para korban dapat tetap dikenang terutama oleh para keluarga korban dan penggalan sejarah mereka mendapatkan pengakuan yang selayaknya.

Sebelumnya ada 22 Ereveld yang tersebar di seluruh Indonesia yang dibangun dalam rentang tahun 1946 -- 1950 oleh Dinas Pemakaman Tentara milik Tentara Kerajaan Hindia Belanda. Kemudian atas permohonan Pemerintah Indonesia, ke-22 Makam Kehormatan Belanda dikumpulkan di Pulau Jawa. Saat ini ada 7 Makam Kehormatan Belanda tempat hampir 25,000 korban perang dimakamkan, baik dari kalangan militer maupun sipil. Ketujuh Ereveld itu adalah Ereveld Menteng Pulo dan Ereveld Ancol di Jakarta, Ereveld Pandu dan Ereveld Leuwigajah di Bandung, Ereveld Kalibanteng dan Ereveld Candi di Semarang, serta Ereveld Kembang Kuning di Surabaya.

Ada sekitar 2,000 korban perang yang dimakamkan disini (Dokpri)
Ada sekitar 2,000 korban perang yang dimakamkan disini (Dokpri)
Lalu, bagaimana kesan saya setelah berkunjung ke pemakaman ini? Jauh dari kesan horor apalagi angker, Ereveld Ancol tertata sangat rapi, bersih, indah dan tenang (ya iyalah, kuburan). Benar-benar terawat. Bahkan tinggi rumputnya pun sama! Meski diterpa cuaca panas khas pantai, rerumputan tetap tumbuh subur berwarna hijau. Pepohonan di sekitar taman pun sangat terawat. 

Sukar dipercaya bahwa kompleks Ereveld ini pernah beberapa kali kebanjiran akibat rembesan air laut. Maklum, kompleks Ereveld ini berada pada titik terendah dari seluruh kompleks Ancol dan tanggul saat itu hanya berupa tanah, batu dan tembok beton. Akibatnya rumput dan nisan pun menjadi rusak.

Tanggul standar Belanda dibangun pada sebelah kiri taman ini (Dokpri)
Tanggul standar Belanda dibangun pada sebelah kiri taman ini (Dokpri)
Akhirnya pada tahun 2007, sebuah tanggul dengan standar teknologi Belanda dibangun di sekeliling kompleks. Kabarnya tanggul ini sanggup menahan banjir paling sedikit selama 30 tahun ke depan. Tanggul ini diberi nama "Stenen Kustdijk" dan diresmikan bersamaan dengan pembukaan ulang Ereveld Ancol pada tanggal 25 Februari 2010 oleh Mr. R.S. Croll, presiden Oorlogsgravenstichting.

Pendopo tempat pengunjung beristirahat dan mengisi buku tamu (Dokpri)
Pendopo tempat pengunjung beristirahat dan mengisi buku tamu (Dokpri)
So, para pembacaku yang budiman (cieileehh), kalau sedang liburan ke Ancol, jangan main melulu yang dicari. Sempatkan berkunjung ke Ereveld Ancol untuk melihat sepenggal sejarah peninggalan zaman perang dulu. Selain untuk peziarah, Ereveld Ancol juga terbuka untuk umum mulai pukul 7.00 -- 17.00 dan pengunjung tidak dikenakan biaya, alias gratis! Tapi paling tidak jangan lupa mengisi buku tamu dan memberi tip bagi penjaganya yah. Dia akan menjelaskan dan menjawab semua pertanyaanmu tentang sejarah Ereveld Ancol. Vaarwel!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun