Mohon tunggu...
Irma Pratiwi
Irma Pratiwi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah

Kaum kerdil penyuka jendela baru :)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Nekat Wisata: Sebuah Abnormalitas di Tengah Pandemi

3 Juni 2020   17:15 Diperbarui: 3 Juni 2020   17:29 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebaran telah usai, terbitlah tradisi wisata. Begitulah biasanya kegiatan masyarakat Indonesia pasca lebaran. Hal ini sudah menjadi lumrah dilakukan, mengingat kita sudah melaksanakan puasa dan melakukan amalan-amalan saleh di bulan Ramadan selama 30 hari, dengan penuh segala syukur dan nikmat tiada tara. 

Maka dari itu, biasanya untuk merayakan kemenangan tersebut tidak afdol rasanya jika tidak menunaikan tradisi seperti pergi berwisata apalagi ke tempat-tempat yang belum pernah disambangi.

Hakikat Tradisi Wisata

Ide tradisi wisata ini  timbul dan dilakukan untuk mengisi waktu luang quality time bersama keluarga, berkumpul dengan orang-orang terkasih. Sebab di hari-hari biasa, orang pasti sibuk dengan rutinitasnya bekerja, sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah, dan sebagainya.

Menurut penelitian yang dilansir dari TheHealthSite jika pergi berwisata menjadikan mereka melepaskan beban yang ada seperti menghilangkan rasa stress, penat, menjadikan bahagia, menambah daya imajinatif dan kreativitas, mendetoksi paru-paru, serta meningkatkan stamina dan kesehatan mental. Berwisata merupakan cara terjitu dan efektif terlebih masih mempunyai jatah waktu untuk berlibur.

Lebih bagus lagi jika masih keadaan lebaran dan syawalan melakukan wisata rohani, berkunjung ke tempat-tempat berbau agamis seperti makam (Nabi, syekh, sunan), masjid, tempat bersejarah islam, dan lainnya. Agar senantiasa kita terus mendekatkan diri secara ruhaniah kepada Rasulullah beserta para sahabatnya, serta lebih utama kepada-Nya.

Abnormalitas di Masa Pandemi

Akan tetapi pergi wisata ketika pandemi memang menjadi abnormal dan menjadi momok. Mengapa tidak? Covid-19 yang berasal dari pasar kota Wuhan, negara Cina ini merupakan virus yang sangat membahayakan bagi organ pernafasan manusia sampai menyebabkan kematian.

Covid-19 juga mudah dan cepat menyebar penularannya terhadap manusia, hewan dan menempel pada benda-benda yang sudah terpapar Covid-19 dari tangan ke tangan lainnya. Virus tersebut  menyerang pada siapa saja, baik kepada bayi, anak-anak, remaja, dewasa, maupun lansia.

Seluruh dunia gempar karena virus Covid-19, banyak manusia meninggal karena virus yang sangat berbahaya ini, termasuk di Indonesia yang indeks kematian akibat Covid-19 pun semakin meningkat. WHO menyatakan bahwa virus Covid-19 merupakan pandemi karena telah banyak memakan korban.

Cara efektif yang dilakukan jika Covid-19 cepat menghilang yaitu kita mengisolasikan secara mandiri selama kurun waktu 14 hari untuk berdiam diri di dalam rumah dan tidak berinteraksi secara fisik dengan siapapun. Rajin berjemur di bawah terik matahari di pagi hari dan menjaga imunitas, serta tentunya cuci tangan setiap hari selepas menyentuh benda-benda yang takutnya sudah terpapar covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun