Sementara rombongan yang membawa mobil biasa, tidak bisa melanjutkan perjalanan karena kondisi jalan yang menanjak. Para relawan kemudian melanjutkan misi dengan berjalan kaki.
Terkadang di beberapa daerah, perjalanan relawan dibantu dibonceng sepeda motor oleh penduduk, sebab banyak bagian jalan yang patah.
Hari terakhirnya dihabiskan di dusun Baru Murmas, Desa Bentak, Kecamatan Gangga. Jimmy dan para relawan berjumpa dan bermain dengan anak-anak, sambil membagikan susu, permen, biskuit dan coklat.
"Ada dua teman saya yang suka banget main sama anak-anak. Saat yang lain nurunin dan serahin paket sembako, mereka malah keliling mendekati anak-anak. Kebetulan memang baru pertamakali menjadi relawan untuk bencana alam. Kami belanja makanan untuk anak-anak dari dana pribadi dan juga donasi dari temen-temen."
Untuk menjadi seorang relawan, tak hanya soal fisik kuat yang dibutuhkan, namun juga mental yang tangguh. Sebab ada saja pengalaman dan kejadian yang membuat sedih. Jimmy menyebutnya sebagai "Kondisi yang suka bikin lemes."
Di sebuah tenda pengungsian, Jimmy mendapatkan pengalaman semacam ini. Seorang anak bertanya kepada salah satu temannya,
"Kakak, rumah Kakak kena gempa, ga?"
Rekan Jimmy menjawab, "Engga, karena itu, Kakak bisa datang ke sini."
"Rumah aku kena gempa. Rumah aku hancur. Sekarang aku udah ga punya rumah lagi."
*saya menuliskan ini sambil menahan tangis*