Mohon tunggu...
Irin Oktaviani
Irin Oktaviani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

A learner who continuously learning. Have a nice day, everyone..

Selanjutnya

Tutup

Money

Investasi FinTech dan Budaya Risiko

18 September 2021   23:13 Diperbarui: 18 September 2021   23:23 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Investasi FinTech merupakan investasi yang sedang populer di kalangan milenial dan Generasi Z.  Perkembangan investasi FinTech semakin pesat dengan adanya media sosial seperti Instagram, Facebook, maupun TikTok. 

Pada dasarnya, investasi FinTech merupakan investasi (penanaman uang/modal) yang dilakukan dengan teknologi finansial. Semua dilakukan serba digital dan hanya ada dalam genggaman tangan. Mulai dari investasi saham, emas, obligasi, peer to peer lending, crypto, sampai NFT (Non-Fungible Token) yang saat ini lagi 'happening'. Semua bisa diakses hanya dengan gadget dan internet. 

Di masa pandemi, minat dan pengaruh untuk berinvestasi semakin besar dan meluas. Dari teman-teman terdekat, keluarga, bahkan orang yang tidak dikenal pun menjadi pengaruh dalam berinvestasi. Kemudahan dalam berinvestasi serta testimoni yang diterima seringkali membuat orang  terbuai dan tergoda melakukan investasi berdasarkan saran teman yang sudah 'berhasil' dalam investasi. 

Sebagai contoh, Investasi X yang dikatakan oleh komunitas B sangat menguntungkan dan kebanyakan orang akan terbuai untuk melakukan investasi yang sama dengan komunitas B tanpa menganalisa risiko yang kemungkinan muncul. 

Setiap kegiatan selalu ada risikonya karena risiko melekat dalam proses bisnis dan merupakan potensi terjadi kerugian.

Risiko inilah yang perlu diperhatikan oleh para investor ketika ingin menanamkan uang/modal mereka. Diperlukan strategi risiko sebagai tindakan mitigasi untuk meminimalkan risiko tersebut. Tindakan mitigasi risiko yang dapat dilakukan ketika ingin berinvestasi adalah dengan mempelajari secara rinci dan juga perencanaan yang matang melalui literasi investasi. 

Terdapat pepatah yang berkata bahwa lebih mudah berkata daripada melakukan. Kata-kata ini ada karena tindakan tersebut belumlah menjadi budaya. Apabila suatu tindakan sudah menjadi budaya, maka tindakan itu sudah menjadi suatu kebiasaan. Maka dari itu, budaya risiko diperlukan dan sangat penting untuk dibangun. 

Yang dimaksud dari budaya risiko di sini merupakan sistem nilai dan perilaku yang ada di seluruh organisasi dalam bentuk pengambilan keputusan terkait dengan risiko. (Embun Prowanta, 2019:20)

Dalam membangun budaya risiko ini, tentulah merupakan hal yang tidak mudah. Namun, hal ini merupakan hal yang harus dilakukan sehingga dapat meminimalisir bahkan terhindar dari risiko yang dapat menimbulkan kerugian. 

Adapun lima tahapan dalam membangun budaya risiko (Embun Prowanta, 2019:24)

Tahu -> Sadar -> Mampu -> Mau -> Perubahan Pola Pikir dan Perilaku -> Budaya Risiko

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun