Mohon tunggu...
Irhamna  Mjamil
Irhamna Mjamil Mohon Tunggu... Apoteker - A learner

Pharmacist | Skincare Enthusiast | Writer Saya bisa dihubungi melalui email : irhamnamjamil@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Tak Melulu Produktif, 3 Kemalasan Ini Wajib Hukumnya Kamu Lakukan

18 Juni 2022   17:28 Diperbarui: 2 Juli 2022   21:02 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bersantai di rumah. (sumber: PEXELS/ARTEM PODREZ via kompas.com)

Media sosial tak ubah bagai pisau bermata dua. Terlebih di era sekarang, anak muda dituntut untuk memiliki "kesuksesan" di usia muda. Umur 25 harus punya tabungan 100 juta, umur 25 udah harus punya mobil. Rasanya media sosial menuntut kita untuk "kerja kerja kerja agar cepat sukses". Apa iya kita harus selalu produktif tanpa boleh rebahan dan malas-malasan? 

Hustle culture itu benar adanya... 

"Bro, hari Minggu mau ngapain? Liburan kuy!"

"Gak ah, aku harus kerja sampingan" 

Pasti sering kan mendengar jawaban seperti ini ? Tentunya ini akan membuat kita berpikir apa aku terlalu santai ya menjalani hidup ? 

Hustle culture adalah budaya kerja yang terlalu keras melewati kemampuan yang kita miliki. Tentu saja kerja keras ini bertujuan agar kita bisa mencapai kesuksesan, kemakmuran, kekayaan secepat mungkin. 

Rasanya jika kita sehari saja rebahan sambil maraton drama Korea, kita akan dinobatkan sebagai manusia malas. Hustle culture ini bisa saja disebabkan oleh lingkungan dan media sosial. 

Lingkungan menuntut kita untuk jadi anak muda yang harus cepat suksesnya. Bayangkan kalau umur 26 tahun kita masih bekerja dengan gaji UMR, pasti akan banyak nyinyiran yang sering kita dengar. 

Padahal di satu sisi, lebih baik bekerja dengan gaji UMR, dibandingkan tidak bekerja sama sekali ? 

Ditambah lagi, adanya media sosial yang sering dianggap sebagai platform pamer pencapaian. Ada orang yang baru umur 25 udah nikah, udah bisa beli rumah. 

Ada juga yang baru berumur 25 udah punya karir yang mapan. Rasanya hidup kita tertinggal sekali dibandingkan orang-orang ketika membuka media sosial. 

Foto oleh ANTONI SHKRABA
Foto oleh ANTONI SHKRABA

Meskipun sebenarnya dibalik pencapaian tersebut, pasti ada banyak kegagalan yang sudah dicapai atau bisa jadi mereka punya privilese yang mendukung untuk mencapai kesuksesan lebih cepat? Melihat pencapaian orang lain tentu saja membuat kita rasanya ingin selalu produktif kan? 

Tapi produktif tak melulu kerja keras kok, ada kalanya kita harus malas. Gimana tu maksudnya? Yuk, simak 3 kemalasan di bawah ini yang wajib hukumnya dilakukan! 

1. Rebahan setelah deadline 

Siapa bilang kita tidak boleh rebahan? Tentu saja bermalas-malasan setelah melakukan pekerjaan,  wajib kamu lakukan. 

Ada dua alasan mengapa kita harus rebahan setelah menyelesaikan pekerjaan atau to do list yang telah dibuat. Pertama, rebahan sangat baik untuk kesehatan. 

Hal tersebut karena selama bekerja, kita akan memaksa otak untuk berpikir. Ketika pekerjaan tersebut selesai dan memutuskan untuk bermalas-malasan, maka secara tidak langsung membuat otak beristirahat. 

Kedua, rebahan setelah bekerja keras adalah bentuk self reward. Saat melakukan self reward, otak akan memproduksi hormon dopamine yang nantinya akan membuat kita bersemangat kembali untuk bekerja. 

2. Healing dengan rencana 

Healing bisa diartikan sebagai cara kita untuk sembuh dari kesedihan yang sedang melanda. Healing bisa dilakukan dengan liburan, sekedar nongkrong bersama teman, atau berbelanja. 

Healing dengan rencana artinya ada rencana yang akan kita lakukan setelah healing. Contohnya jika healing yang dilakukan karena kegagalan bisnis, maka setelah healing kita harus bangkit lagi. 

3. Malas karena teknologi 

Poin terakhir pastinya sering dilakukan banyak orang. Ketika kita sibuk bekerja, pastinya kita ingin pekerjaan tersebut cepat selesai kan ? 

Contoh kecil dari malas karena teknologi, yakni lebih memilih menggunakan aplikasi yang dapat mempercepat pekerjaan kita dibandingkan dengan cara yang manual. Kalau memang teknologi bisa mempermudah pekerjaan mengapa tidak ? 

***

Tiga kemalasan di atas sah-sah saja dilakukan asal tetap memiliki rencana dan tidak kebabalasan. Walaupun tetap ingin sukses, tidak apa-apa melambat sesekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun