Teman saya contohnya, dulu dia tak pintar secara akademis namun, memiliki ketertarikan yang besar terhadap dunia make up. Selepas SMA meskipun ia memilih kuliah di jurusan kesehatan akan tetapi sekarang bekerja sebagai seorang make up artist yang terkenal.Â
Nilai secara akademis tak menjamin masa depan seseorang. Seharusnya sistem pendidikan juga berbenah karena tak semua anak mampu di semua bidang pelajaran.Â
Guru saja hanya mengerti satu pelajaran, mengapa murid dipaksa untuk memahami semua mata pelajaran?. Jika memang agar murid dapat memahami dasar-dasar pelajaran, cukup ajarkan matematika dasar, IPA dasar, agama, dan pengetahuan kebahasaan.Â
Berhenti mengatakan "kamu buat apa asik menggambar saja, memangnya menggambar bisa menjamin masa depan cerah". Guru tersebut tak tahu ada jurusan desain komunikasi visual yang memerlukan kemampuan yang baik.
Di kehidupan nyata harus berani untuk "keluar dari zona nyaman"Â
Kebanyakan teman-teman saya yang pintar memiliki keinginan untuk bekerja di perusahaan ternama setelah lulus kuliah. Ada yang berhasil tentu saja ada yang gagal.Â
Sementara teman saya yang tak pintar secara akademis memiliki pemikiran lain. Mereka rata-rata punya ketertarikan pada satu bidang dan ingin membangun bisnis di bidang tersebut.Â
Sama seperti teman saya yang pintar secara akademis, tentu ada yang gagal dan ada yang berhasil. Resepnya untuk berhasil adalah harus berani keluar dari zona nyaman. Ternyata perjalanan merintis usaha tak mudah, ada jatuh bangun sampai ingin menyerah.Â
Saya tidak menjudge seseorang yang ingin pintar secara akademis namun, hanya ingin meluruskan jika ingin sekolah maka kejar ilmu bukan nilai. Jangan sekolah hanya untuk mencari nilai karena ketika ada di kehidupan nyata hidup tak melulu berpihak pada ijazah. Terima kasih.Â