Mohon tunggu...
Irfansyah
Irfansyah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir

putra dari bapak Sunaryo dan ibu Rubiah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Revitalisasi Nilai-nilai Qur'ani di Era Modernisasi

27 Desember 2020   23:00 Diperbarui: 27 Desember 2020   23:53 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abad ke-21 ini disebut juga sebagai masa modernisasi yang mana masa modernisasi itu muncul disebabkan meningkatnya kualitas daya berfikir manusia dan juga ke kreatifitasan manusia pada masa ini. Maka dari itulah daya saing manusia pada masa ini pun semakin meningkat.

Ilmu pengetahuan pun semakin meningkat sehingga munculah penemuan-penemuan baru di era moderniasi ini atau yang lebih dikenal masa industri revolusi 4.0 yang mana teknologi yang diciptakan manusia bertujuan untuk memudahkan manusia dalam segala aktifitasnya.

Dibalik segala kemudahan yang ditawarkan pada masa ini terdapat hal yang pudar pada masyarakat muslim dewasa kini, seperti mencairnya batas-batas normatif,Rusaknya moral dan berkurangnya nilai religius pada masyarakat muslim.. Hal ini disebabkan oleh kebudayaan dan informasi dari barat yang dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat muslim kini.

Kaum muslimin diseluruh dunia meyakini bahwa Al-Qur’an merupakan kitab suci dan juga pedoman bagi seluruh manusia dan juga Al-Qur’an menurpakan penutup dari kitab-kitab sebelumnya yakni Taurat, Zabur dan Injil oleh karena itulah maka Al-Qur’an dapat dipastikan memiliki sifat Lilkulli Zaman Wal makan yakni tetap relevan di segala zaman.

Dalam hal ini penulis akan memaparkan apa saja yang terjadi pada masa modernisasi ini dan juga akan menyampaikan solusi yang diberikan Al-Qur’an dengan mengungkap makna yang terkandung dalam Al-Qur’an yaitu dalam surah Ali-Imran ayat 190-191.

Masa modernisasi atau disebut istilahnya yaitu masa industri Revolusi 4.0 yang terdiri dari dua kata yaitu Revolusi dan juga Industri yang didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kata Revolusi memiliki arti perubahan yang sangat cepat, sedangkan pengertian industri adalah usaha pelaksanaan proses produksi. Globalisasi pada abad ke-21 memiliki karakter yang berbeda.


Globalisasi yang sedang berlanngsung dan tengah melanda penduduk Indonesia menampilkan sumber dan watak yang berasal dari barat. Globalisasi pada masa inilah yang dikenal dengan masa modernisasi. Pada masa ini banyak terdapat penemuan-penemuan teknologi modern yang dirancang dan dibuat untuk memudahkan manusia dalam menjalankan aktifitasnya. Terdapat ciri-ciri yang ada pada masa ini yaitu :

Adanya temuan dibidang teknologi khususnya dibidang Informasi Teknologi (IT). penyebaranya sangatlah mudah dan cepat, hal ini terjadi karena mudahnya informasi masuk ke setiap negara. Kehadiran Teknologi IT inilah yang dapat memudahkan interaksi serta tukar menukar informasi, mendekatkan jarak yang jauh namun juga dapat menjauhkan jarak yang dekat. Hal ini dapat terjadi sebab kelalaian manusia dalam menggunakan teknologi ini.

Teknologi yang seharusnya diciptakan untuk memudahkan manusia atas segala aktivitasnya seperti memudahkan untuk berkomunikasi, memudahkan untuk mengakses dan memberikan informasi dan lain sebagainya.

Seiring dengan perkemabangan zaman, maka Teknologi Informasi pun semakin berkembang, banyak kemajuan yang ditawarkan IT untuk memudahkan manusia, baik semakin bertambahnya gadged juga bertambah pula segala software yang berkembang pada masa itu.

Dibalik segala kemudahan teknologi yang diciptakan pada masa itu terdapat pula beberapa hal yang sangat mendasar yang mengurangi kualitas moral, norma, dan juga keimanan pada manusia di era milenian ini.

Perdaban pada masa modernisasi ini tidak dapat dihindari oleh masyarakat milenial, termasuk juga masyarakat muslim. Mayoritas masyarakat muslim di masa modernisasi kini terutama di Indonesia memiliki penurunan kualitas iman. Hal ini ditandai dengan maraknya kriminalisme yang terjadi di berbagai negara.

Walaupun tingkat kemanan suatu negara semakin hari semakin meningkat, kejahatan masih tetap terjadi dengan cara yang cukup cerdik. Hal tersebut terjadi atas dasar tingginya peran akal dan juga penyalah gunaan teknologi yang dapat menurunkan dan bahkan mencairkan iman manusia.

Akal pada masa ini memiliki peran yang cukup banyak, kebanyakan manusia berfikir dengan akal tanpa disadari akan iman. Begitupula dalam Ilmu Agama sangat banyak perkembangan dalam kemajuan ilmu Agama terutama agama islam namun disisi lain kwalitas keimanannya pun berkurang.

Aneka resep dan langkah perubahan pun telah banyak dilakukan. Ada yang mengambil sikap apatis atau acauh tak acuh atas kemajuan itu, mereka yaitu orang-orang yang terbuai oleh kejayaan pada masa lampau. Mereka  inilah yang menghasilkan sesuatu yang dikenal dengan Adab Al-Fakhr wa At-Tamjid, yakni menunjuk zaman keemasan yang telah berlalu dan berbangga dengannya.

Ada juga yang berusaha menghadapi cabaran (tantangan) ini dengan pemurnian ama, seperti yang dilakukan oleh gerakan wahabiyah di Saudi Arabia, As-Sanusiyah di Libia dan Jamaah Islamiah di Pakistan. Mereka beranggapan pada masa Rasulullah SAW adalah masa terbaik berdasarkan Hadits (خيرالقرون قرني ) (sebaik-baik generasi adalah generasiku). Akibatnya, mereka berusaha mempertahankan apa saja yang diterima oleh Rasul tanpa mempertimbangkan factor budaya dan perkembangan positif masyarakat.  

Al-Qur’an merupakan kitab suci umat islam, yang juga merupakan kitab suci penutup ataupun pelengkap dari kitab suci yang ada sebelumnya, maka dalam hal ini Al-Qur’an memiliki peran penting dalam menangani masalah yang terjadi di kalangan masyarakat milenial muslim terutama di Indonesia.

Di dalam Al-Qur’an  surah Ali-Imran ayat 190-191 :

إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٖ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَٰذَا بَٰطِلٗا سُبۡحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ 

“190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. 191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirka tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : “Ya Rabb kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, maha suci engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Dalam tafsir ibnu katsir , makna ayat “Inna fii khalqissamaawaati walardhi” (sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi” yakni langit dengan ketinggian dan keluasannya, bumi dengan kelandaian dan hamparannya termasuk benda yang ada pada keduanya yang merupakan tanda-tanda besar keagungan Allah. Kemudian kata “wakhtilaafillaili wannahaar” (dan silih bergantinya malam dan siang) yakni pergantian keduanya dan perbedaan panjang pendeknya yang terkadang memiliki perbedaan diantara keduanya. Semua itu adalah tatanan dzat yang maha perkasa lagi maha bijaksana.

Oleh karena itu Allah berfirman “liulil albaab” (bagi orang yang berakal) yakni akal yang sempurna lagi cerdik, yang memahami segala sesuatu dengan hakikatnya secara jelas, tidak seperti akal yang tuli lagi bisu yang tidak bekerja, yang mana Allah berfirman tentangnya, dalam surah yusuf ayat 105-106 yang artinya :

“dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling daripadanya. Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sesembahan-sesembahan lain).”

Dari ayat tersebut sangatlah jelas Allah mewajibkan agar setiap manusia dalam berakal pada hakikatnya haruslah berfikir atas segala kekuasaan Allah, atas segala ciptaan Allah. Allah juga menyindir kepada orang yang tidak menggali ilmunya, orang yang berpaling atas Rahmat Allah, atas segala nikmat yang Allah berikan, atas segala apa yang telah Allah ciptakan, terlebih bagi mereka yang tidak beriman kepada Allah. Maka Allah menganggap mereka sebagai orang yang mempersekutukan Allah.

Dalam ayat tersebut juga ada makna yang tersirat bahwa orang yang meneliti segala ciptaan Allah, segala kekuasaan Allah, segala rahmat yang Allah berikan dapat meningkatkan iman seseorang. Dapat meningkatkan rasa cintanya kepada Allah karena atas segala apa yang ada di muka bumi ini Allah ciptakan untuk orang-orang yang berakal. maka sangatlah tinggi derajat orang yang berakal dan meningkatkan keimanan pada agamanya Allah.

Dalam tafsir Al-Qur’an karya syaikh Abdurrahman bin nashir as-Sa’di juga sependapat mengenai ayat ini, dalam tafsirnya as-syaikh mengatakan “yang demikian itu karena didalamnya mengandung tanda-tanda yang menakjubkan yang membuat decak kagum orang-orang yang memandangnya dan memuaskan orang-orang yang memikirkannya, menarik hati orang-orang yang jujur, membangunkan akal yang jernih terhadap tuntutan-tuntutan ilahiyah.”

Kemudian Allah mensifati ulul albab, dengan firmannya “alladziina yadzkuruunallaha qiyaama waqu’uudawa’ala junuubihim” ((yaitu)orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring) yaitu orang yang berdzikir dalam segala hal, dalam segala kondisi denga hati dan lisan mereka. Kata “wayatafakkaruu na fii khalqissamaawaa ti walard” (dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi) yakni mereka yang memahami hikmah-hikmah yang terkandung pada keduanya yang menunjukkan keagungan sang Khaliq, kodrat, ilmu, hikmah, kehendak, dan rahmat-Nya. Abu sufyan bin ‘uyainah berkata “merenung ke adalah sebuah cahaya yang masuk ke ralung hatimu”

Ini menunjukkan berfikir adalah ibadah yang merupakan salah satu dari sifat-sifat para wali Allah yang berilmu. Apabila mereka memikirkannya, niscaya mereka akan mengetahui bahwa Allah SWT tidaklah menciptakan mereka dengan sia-sia.

Maka sangatlah jelas orang yang berfikir atas segala kuasanya Allah maka merekalah yang semakin kuat imannya. Orang-orang yang dituntut utntuk memikirkan segala apa yang ada dimuka bumi ini baik di masa modernisasi ini maka mereka pada hakikatnya semakin tebal keimannya. Karena di dalam segala ciptaan manusia terdapat campur tangan Allah.

Maka Al-Quran tetaplah Al-Qur’an yang mana didalamnya terdapat sifat likulli zaman wal makan. Yang mana Allah telah memberikan teguran yang bahwasannya orang yang berakal namun tidak menggunakan akalnya atas segala ciptaan Allah mereka berpaling dari padanya maka Allah mengaggap mereka telah mempersekutukan Allah. Mereka yang berfikir dan menganggap hasil suatu ciptaanya sendiri tanpa campur tangan Allah maka mereka adalah orang yang musyrik.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun