Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Pembantaian PKI di Bawah Pohon Besar

21 April 2021   13:10 Diperbarui: 21 April 2021   13:27 1711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: harianmassa

"Ganja ?" Tanyaku dengan bingung.

"Ia, ini." Kembali menyodorkan.

Aku menolaknya dan langsung berpamitan kepada mereka. Bukan aku tidak suka ganja, tapi dikonsumsi tanpa anjuran dari medis aku tidak mau. Walaupun banyak fakta yang menunjukkan bahwa ganja dapat bermanfaat untuk medis, tapi Jalal bukanlah ahli medis. Ia hanya menggunakan ganja, hanya untuk rekreasi.

Tidak habis pikir, kenapa mereka menghisap ganja di balik pohon itu. Mereka pasti tau betapa angker dan tragisnya peristiwa di bawah pohon itu. Mereka malah tertawa, seakan-akan tempat itu adalah wahana.

Sampai aku di rumah, dengan segera aku mengecek kompor kemudian melanjutkan pekerjaan ku. Sial, kerjaanku belum aku kirimkan. Untung saja waktu masih tersisa satu jam. Masih bisa aku kirim sekarang juga.

Mengingat kembali ceramah tadi, membuat aku terbayang. Betapa tragisnya masa itu, masa pembantaian orang-orang PKI. Mungkin orang yang membunuh dan dibunuh sudah bertemu di alam sana, mereka. Entah siapa yang dihakimi atau malah mereka saling mengasihi karena mereka tau kehidupan disana akan kekal selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun