Aku ambil handuk dan gayung yang berisi alat mandi. Didalamnya ada sabun batang, sikat gigi, pasta gigi dan sampo. Setelah mengantri dua kali, yang satu mandi dan yang satunya buang air besar. Sial, kamar mandi ini bau rokok. Tapi itulah resiko kalau mandi bekas orang BAB apalagi habis merokok namun aku sudah tidak peduli.Â
Tujuanku hanyalah mandi, untunglah kamar mandi umum ini airnya selalu mengalir deras jadi aku bisa mandi dengan boros. Sial, sampo aku sudah keluar. Aku masukan air kedalamnya, isinya hanya sisa busah yang sedikit yang lebih mirip air. Segar rasanya setelah mandi, hari liburku aku mulai dengan jam delapan pagi.
***
"Beli..."
"Beli..."
"Mana sih yang punya warung?"
"Beli.."
"Bentar, ya..." terdengar suara dari dalam rumah si pemilik warung.
Kenapa pemilik warung rumahan selalu meninggalkan barang jualannya, padahal aku atau orang lain bisa saja mencuri. Di kota besar ini selain tempat mengadu nasib, kota juga bisa membuka jalan pada kriminalitas. Jadi bisa disimpulkan, tuh -- kalau kota juga memiliki kriminogen.Â
Tapi pikiran jahatku selalu gagal karena aku orang baik. Karena sekali saja aku berbuat jahat, orang bisa habis-habisan memukulku sebelum akhirnya aku di kantor polisi. Bukan karena soal apa, tapi ini karena pelampiasan penegak hukum yang loyo-loyo. Akhirnya, perasaan itu dilampiaskan ke maling kecil deh.
"Beli apa, Don?"