Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Salah Kaprah Penggunaan Statistik Sepak Bola (Bagian 1)

21 Januari 2021   15:11 Diperbarui: 21 Januari 2021   15:19 1188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah kaprah penggunaan statistik sepak bola. | foto: Dokumen Pribadi

Tangkapan layar statistik Inter vs Juventus dari understat.com/match/15600
Tangkapan layar statistik Inter vs Juventus dari understat.com/match/15600
Ingat, semakin rendah, semakin dominan, maka Juventus yang punya nilai PPDA lebih rendah bisa dikatakan lebih mendominasi Inter? Jangan terburu-buru kawan, belum tentu kenyataannya demikian.

Inilah kelemahan dari penilaian PPDA, soalnya PPDA hanya dihitung di 60% lapangan akhir lawan saja. Selain itu, PPDA tidak memperhitungkan tipe tindakan bertahan yang diterapkan sebuah tim. Bisa jadi sebuah tim punya nilai PPDA tinggi karena sistem bertahannya lebih fokus untuk menutup ruang, bukan menekan dengan duel fisik.

Itulah yang terjadi dengan intruksi Antonio Conte di Derby d'Italia. Pertahanan Inter cukup dalam. Hal ini dibuktikan oleh FotMob yang mencatat bahwa Juventus dibiarkan membuat 260 operan di wilayah Inter.

FotMob juga mencatat bahwa pemain Inter lebih banyak membuat tekel sukses ketimbang Juventus, yaitu 5 berbanding 3. Saat momen bertahan itulah, Inter mampu mengunci pemain Juventus di wilayah mereka dan melancarkan serangan balik yang efektif.

Fakta tersebut terukur dalam statistik tembakan yang dibuat pemain Inter ke gawang Juventus. Inter mampu melancarkan 17 tembakan dengan 5 tembakan mengarah tepat sasaran. Sementara itu, Juventus hanya dibolehkan menembak 9 kali dan hanya 4 tembakan saja yang mengarah tepat ke gawang Inter. 

Singkatnya, dari statistik yang termuat, Inter lebih banyak membuat peluang ketimbang Juventus meskipun kalah dalam penguasaan bola. Whoscored juga mencatat bahwa Inter berhasil melakukan 2 kali serangan balik kepada Juventus, sementara Juventus tidak.

Lalu, apakah analisisnya cukup sampai disitu untuk menilai Inter lebih dominan ketimbang Juventus?

Tunggu dulu, Kawan. Dari analisis kuantitatif di atas, datanya belum cukup untuk menyatakan siapa yang lebih mendominasi dalam Derby d'Italia. Masih diperlukan data lain dalam statistik sepak bola dan data tersebut adalah xG.

Mengenal lebih jauh istilah Expected goals (xG)

Expected goals atau xG masih belum familiar di telinga pecinta sepak bola tanah air. Padahal, data yang disajikan xG sangat berguna dan memperlihatkan efektivitas sebuah serangan.

Mengutip dari bundesliga.com, statistik xG digunakan untuk menilai dan memperhitungkan sebuah peluang tembakan menjadi gol. xG adalah sebuah model prediksi yang menghitung setiap peluang berdasarkan berbagai variabel peristiwa.

xG dapat menggambarkan kualitas peluang yang diciptakan sebuah tim. Adapun variabel berbasis peristiwa yang diperhitungkan antara lain; jarak tembakan ke gawang, sudut tembakan, peluangnya berupa tendangan atau sundulan, hingga dalam situasi apa peluang tersebut tercipta.

Semakin tinggi nilai xG, semakin tinggi probabilitas terciptanya gol. Untuk mengetahui nilai xG, kita tak perlu repot-repot. Tinggal akses saja penyedia statistik sepak bola seperti understat.

Kembali ke statistik Inter vs Juventus, siapa yang nilai xG-nya paling tinggi? Ya, tentu saja Inter, bukan Juventus!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun