Mohon tunggu...
Irfan Hamonangan Tarihoran
Irfan Hamonangan Tarihoran Mohon Tunggu... Dosen - STKIP Paracendekia NW Sumbawa

Menulis karya fiksi dan mengkaji fenomena bahasa memunculkan kenikmatan tersendiri apalagi jika tulisan itu mampu berkontribusi pada peningkatan literasi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Secuil Petuah Kolibri

18 April 2024   15:30 Diperbarui: 18 April 2024   15:52 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar Pixabay.com

Seekor lebah madu merasa kagum dengan suara burung kolibri yang merdu. Suara melengking mendayu dipamerkan burung itu di sebuah kontes. Kebetulan si lebah sedang ditugaskan untuk mencari nektar tidak jauh dari tempatnya berada.

Sepulang dari mencari nektar, lebah menjumpai ratunya dan menyampaikan keinginan untuk belajar bahasa burung.

"Untuk apa kau belajar bahasa mereka?"

"Suaranya indah, Ibu Ratu. Semua manusia terpesona dan membuat kontes mencari suara yang termerdu."

Karena terus mendesak, ratu lebah pun mengijinkan tugas belajar bagi si prajurit lebah. Selama 1 bulan si lebah belajar bahasa burung di tempat kontes yang dilaksanakan setiap hari. Dia pun akhirnya fasih dan bisa berkomunikasi dengan seekor burung kolibri.

"Aku mau ikut kontes nyanyi," pungkas lebah.

"Biarkan aku mengganti posisimu dalam sangkar itu," lanjutnya.

Kolibri hanya mengangguk saja tanda setuju. Dimintanya si lebah untuk membuka sangkar dan berganti posisi dengannya. Seketika, kolibri terbang bebas maju mundur mengepakkan sayap. Tampak senang raut wajahnya.

Lebah yang sudah mahir dengan bahasa burung dan bisa bernyanyi seperti kolibri akhirnya berada dalam sangkar. Dia berlatih siang malam untuk persiapan kontes di esok hari.

Tiba saat kontes berlangsung, si pemilik sangkar terkejut melihat sangkarnya kosong dan tidak melihat kolibri jagoannya. Hanya ada seekor lebah yang sedang menunjukkan kehebatannya bernyanyi. Bukannya mendapat pujian, si pemilik sangkar ketakutan dan berlari memanggil orang-orang di sekitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun