Kalau mengingat masa kecil dulu ketika menyambut hari raya, banyak sekali memori indah terpancar didalam ingatan saya. Baik itu membantu Ibu didapur dengan aktifitas memasak, buat kue, dan makanan khas edisi lebaran yang wajib selalu ada dirumah sebagai simbolis atau tradisi dikeluarga kecil kami.
Sebut saja makanan yang selalu ada di momen lebaran adalah lontong sayur, rendang, wajik (makanan khas orang minang dibuat dari ketan dan gula aren), soto dan masih banyak lagi. Semua itu sudah terhidang rapi dimeja makan, semua disantap setelah melaksanakan sholat ied dilapangan.
Tadi pagi pemandangan di jalan menuju ke tempat kerja, semua pasar ramai dibanjiri oleh masayarakat Jambi untuk membeli segala kebutuhan untuk lebaran. Kalo dibeli pas H-1, kita semua tahu bahwa pasar akan lebih ramai dan sesak dibanjiri oleh orang-orang yang ingin sama-sama beli kebutuhan jelang lebaran.
Ini ide yang baik untuk mempersiapkan jelang lebaran, dari awal kita harus prepare untuk membeli segala kebutuhan dijauh-jauh hari agar tidak kehabisan. Dengan demikian, kita sudah curi star dan kita akan lebih aman untuk menstok barang-barang yang diperlukan.Â
Kejadian diatas tadi, pernah saya alami sendiri dimasa kecil dulu disuruh oleh Ibu untuk membantu menemaninya pergi ke pasar. Ibu sangat terorganisir orangnya, semua dicatat dan tidak ada satu pun yang terlewat dari apa yang ia butuhkan.
Memiliki banyak anak bukanlah sebuah beban atau tekanan yang harus selalu dipikirkan, ia selalu berdoa bahwa ia memiliki banyak anak karena Allah sayang dengan dirinya dan diberikan amanah didunia ini sangat besar dengan menitipkan banyak anak kepada dirinya.
Menyambut jelang lebaran, merupakan sebuah momen yang paling bahagia bagi semua orang. Tidak terkecuali juga untuk saudara-saudara kita yang non muslim. Mereka juga ikut senang dan bahagia dengan adanya hari lebaran, saling jaga komunikasi dan toleransi antar uat beragama.
Bulan Syawal merupakan bulan dimana kita terlahir kembali menjadi manusia yang suci, setelah satu bulan lamanya berpuasa untuk melatih diri dengansegala macam ujian dan cobaan yang harus kita hadapi dari terbit fajar hingga terbenam matahari yang menandakan kita berbuka puasa.
Jangan lupa pula, setelah kita merayakan Hari Raya Idul Fitri. Untuk lebih sempurna lagi kita ahrus melakukan puasa sunah enam hari dibulan Syawal. Setelah kita berhasil melaksanakan puasa enam hari ini, pahalanya sebesar dosa kita diampuni selama setahun kedepan. Setelah itu kita akan kembali merayakan lebaran kedua atas pencapaian kita yang berhasil melakasanakan puasa sunah enam bulan syawal.
Saya berharap kita semua sehat selalu, agar bisa menuntaskan ibadah puasa ramadan dengan rasa kegembiraan dan bahagia yang luar biasa. Kita rayakan kemenangan ini dengan suka cita dan bergembiralah untuk berharap agar bisa dipertemukan lagi bulan ramadan dan syawal di tahun berikutnya. Amin
Salam Inspirasi, Irfan Fandi