Mohon tunggu...
Irfan Fandi
Irfan Fandi Mohon Tunggu... Menulis dan Membaca adalah suatu aksi yang bisa membuat kita terlihat beda dari orang yang disekitar kita

Email : irvandi00@gmail.com || Suka Baca dan Nonton Film || Pekanbaru, Riau ||

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sebelum War Takjil, Ingat Pesan Orangtua!

6 Maret 2025   07:28 Diperbarui: 6 Maret 2025   07:28 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bazar Ramadhan Melayu (Pasar Ramadan) di Malaysia, dengan banyak hidangan lezat, di bawah New Norm (sumber foto : Pixels/Davian Chang)

Terkadang kita selalu berburu takjil pasti melihat mana dagangan yang rame, biasanya kalo ada yang rame pasti enak. Itu mindset yang sudah terbangun dan melekat ke dalam pikiran banyak orang. Tapi kita lupa dalam menilai aspek lain, yaitu menolong dan mencari berkah sesungguhnya.

Tidak benar juga tempat dagangan yang sepi makanannya tidak enak, banyak sekali saya temukan salah satu tempat jualan keliatan sepi. Sekali saya datangi dan membeli satu atau dua macam bentuk makanan takjilnya, pas dicoba dirumah sungguh enak sekali.

Pernah gak sih kalian melakukan hal yang sama dengan penulis, ketika menemukan salah satu tempat dagangan yang mana jualannya enak-enak, kemudia kita tandai dan akan repeat order lagi dan merekomendasikan kepada rekan-rekan sejawat atau orang-orang terdekat kita. Saya sering sekali melakukan hal tersebut, walau tempat jualannya jauh, pasti tertempuhi hehehe

Kembali ke pesan orang tua diatas tadi, pesan kalimat itu selalu saya pegang dan lakukan dimanapun saya berada. Sebagai contoh kemarin saya berkunjung ke pasar Ramadan yang ada di tepi jalan dekat tempat saya bekerja, saya membeli beberapa gorengan dan tanpa sengaja saya melihat ada salah satu nenek yang duduk dengan mata nanar melihat kiri dan kanan ramai sekali pembelinya.

Sontak saya langsung tergerak dengan sendirinya ketika teringat pesan dari orang tua pada masa kecil dulu. Saya beli beberapa makanan ringan yang manis untuk pembuka makan sebelum makan makanan yang berat. Nenek itu tersenyum dan tidak lupa mengucapkan terimakasih dan saya membalas dengan senyuman dan doa kepada dagangan nenek "semoga laris ya nek"

Tanpa saya sadari ketika saya balik badan kembali ke parkiran dan balik menuju kos. Saya melewati dagangan nenek tadi dan melihat sudah ramai orang mengunjungi dagangannya seperti penjual yang lainnya. Hati saya terasa penuh dan senang sekali, ketika niat baik dilakukan, Allah punya cara untuk membuktikan dan membuat kita percaya akan kekuasaannya.

Rezeki mungkin kita percaya sudah ada yang mengaturnya, tapi niat menolong dan ikhlas membantu tidak ada beratnya kalo dilakukan dengan niat yang tulus. Mulailah mencoba untuk melakukan apa yang sudah saya lakukan dan buktikan sendiri kehebatannya.

Dilain kesempatan saya teringat juga momen ketika kalapnya membeli takjil untuk berbuka puasa. Sontak saya kaget dengan amukan orang tua terutama Ibu saya. Ia sangat marah sekali jika makan terbuang dan mubazir. Karena waktu itu saya membeli takjil banyak banget dan sampai kekenyangan dan terbuang juga.

Waktu itu saya sadar akan kesalahan yang sudah saya perbuat dan tidak akan mau lagi mengulanginya. Banyak dampak negatif yang timbul karena hal tersebut, pertama saya kekenyangan dan tidak sanggup lagi untuk melakukan sholat berjamaah. Kedua saya membuang makanan alias mubazir, itu perbuatan setan yang sangat dibenci oleh Allah Swt.

Saya masih ingat betul omongan orang tua saya ketika marah kala itu. Salah satu contohnya : "Makanya jadi manusia itu jangan rakus dan kayak orang kelaparan. Puasa itu memang menahan lapar dan dahaga, bukan berarti pas waktu buka, kamu makan seenaknya sampai kekenyangan kayak sapi bunting". Kala itu saya hanya bisa diam dan merenung dalam tunduk penyesalan atas perbuatan saya yang bodoh.

"Itu sama saja puasa kamu balas dendam namanya, nggak ada nilai dan pelajaran yang bisa kamu ambil dari hikmah puasa itu. Tujuan puasa itu untuk kita belajar bagaimana bisa berempati kepada orang-orang disekitar kita yang susah makan dan ikut merasakan bagaimana cara bertahan dan mensyukurinya".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun