Mohon tunggu...
irfan busrah
irfan busrah Mohon Tunggu... -

Sebaik-baik manusia adalah yang berguna buat orang lain. dan sebaik-baik informasi adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Hasil Pileg 2019: Laga Klasik Pertarungan Ideologi

18 April 2019   14:09 Diperbarui: 18 April 2019   14:33 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Hasil Pemilihan Legislatif 2019 lewat Hitung Cepat telah Rilis. Walau rata-rata masih ada di angka 85 persen lebih tapi angka ini cenderung sudah stabil. Jika kita mencermati hasilnya, maka dapat dilihat bahwa pertarungan Parpol pasca reformasi dari tahun 1999 hingga 2019 punya trend yang tidak berubah dari pemilu pertama di tahun 1955 di masa Orde lama hingga sekarang, yakni pertarungan ideologi. Pada saat itu, pemilu dimenangkan oleh Masyumi, PNI, NU dan PKI. namun kali ini kekuatan politik Masyumi yang bisa kita asumsikan wujudnya saat ini ada di PAN, PKS,  PPP, dan PBB tidak mampu menandingi kedidgdayaan PDI-P dan Golkar yg juga merupakan warisan politk masa lalu (Orde Baru).

PKB sebegai wajah keterwakilan NU relatif cukup meyakinkan performanya dengan dukungan basis massa tradisionalnya. PDI-P yang keluarga sebagai jawara tak bisa dipungkiri juga punya basis massa ideologis yang kuat khususnya di jawa tengah dan ini yang membuatnya bisa bertahan sebagai partai papan atas di Indonesia. Begitupun dengan golkar yang mampu meraup suara yang berarti khususnya di Sumatera, Sulawesi atau diluar pulau jawa. Gerindra punya "Prabowo effect " yang membuat partai ini sukses mendulang suara.

PAN dan PKS walaupun mendapat suara elektoral yang cukup meyakinkan tetap tak bisa menembus posisi papan atas partai terbesar di indonesia. Dari sejak pemilu era reformasi dimulai keduanya hanya berada di angka 6 sampai 8 persen. itupun seandainya tak ada fenomena 212 dan PPP tidak kena kasus di penghujung laga kampanye, keduanya diprediksi  nyungsep ke papan bawah. PAN dan PKS juga mencerminkan sebagai kekuatan partai politik Islam modern di indonesia tapi keduanya belum bisa terlalu meyakinkan pemilih mayoritas muslim di indonesia dan belakangan terganjal dengan isu pendirian negara Islam (Khilafah). 

Partai- Partai Islam sepertinya tak punya terobosa/ ide besar, tak punya figur kuat dan senang main dengan  simbol -- simbol keislaman. Walaupun kerap dibantah tapi dalam realitasnya PAN dan PKS adalah Penyokong utama gerakan 212 dan menjadi referensi bagi Ijtma Ulama. Saat ini , khususnya PKS memang secara elektoral suaranya lebih baik dari 2014 lalu tapi dengan mencermati tren pemilu yang mereka ikuti, ini seperti ada di wilayah psikologis Comfor Zone, "Wilayah aman yang sesungguhnya tidak aman". Kedua partai suaranya amat tergantung dari politik situasional belaka.

Bagaimana dengan partai Partai yang baru Ikut serta di 2019 ini. Tampaknya daya magnet pertarungan Ideologi  yang kali ini memang lebih panas membuat semua partai baru  tidak berdaya. PSI yang paling banyak menarik perhatian sudah lebih dulu mengangkat bendera putih. Ide ide millenial belum jadi barang yang laku dijual. Apalagi PSI dalam kampanyenya cenderung  "cari musuh " dan tampil dengan konten  kontroversial.

Trend yang ada saat ini sampai lima sampai sepuluh tahun akan datang mungkin masih sulit berubah. PDI-P dengan Jokowi yang saat ini diunggulkan di quick count  sangat mungkin untuk bisa berkuasa lagi apalagi partai ini punya stok kaderisasi yang cukup mapan dan berkualitas. Variabel yang mungkin bisa merubah situasi  jika Megawati tidak lagi berada di pucuk pimpinan PDI-P sebagai tokoh sentral dengan trah Soekarno yang melekat pada dirinya membuat partai ini Solid dan jauh dari kisruh dan gonjang ganjing internal partai yang kerap melanda hampir semua partai di Indonesia. Secara umum partai nasionalis warisan masa lalu tetap menjadi preferensi politik utama di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun