Mohon tunggu...
Ismail Rasulong
Ismail Rasulong Mohon Tunggu... Dosen - Seorang Pembelajar

Sadar bahwa hidup lebih berarti jika dapat berbagi, mengalirkan kasih untuk semua. Pribadi pembelajar yang selalu ingin saling membelajarkan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

BUMDes, Menciptakan Wirausahawan Muda dari Desa

15 Februari 2016   22:59 Diperbarui: 15 Februari 2016   23:10 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyimak masalah yang diceritakan oleh pak desa kawan saya tersebut, saya teringat dengan satu tools atau alat yang biasa digunakan dalam kelas kewirausahaan terapan, terutama untuk mematangkan ide bisnis yang akan dijalankan, yaitu apa yang disebut Busniess Model Canvas (BMC). Tools atau alat ini merupakan peraga penting untuk membantu siapa saja yang memiliki niat untuk memulai usaha, khususnya dalam rangka mematangkan atau memastikan dengan benar bahwa ide bisnis tersebut benar-benar layak dan bisa dilakukan. Dalam BMC, terdapat sembilan aspek yang perlu mendapat perhatian meliputi:

  1. Identifikasi Segmen Pelanggan yang akan dituju (sebaiknya spesifik), yaitu kita harus bisa menentukan pasar sasaran dari bisnis yang akan dijalankan dengan memperhatikan geografis, demografis, dan psikografis;
  2. Identifikasi Value Proposition atau nilai apa yang akan ditawarkan kepada pelanggan;
  3. Identifikasi Chanel atau Saluran Distribusi, dalam arti dengan atau melalui apa barang/jasa yang dihasilkan bisa sampai kepada pelanggan;
  4. Identifikasi Customer Relationships, dalam arti dengan cara bagaimana kita mencari pelanggan, termasuk bagaimana caranya kita akan bisa mempertahankan pelanggan-pelanggan kita;
  5. Identifikasi Revenue Streams, yaitu bagaimana kita akan mendapatkan pemasukan uang dari bisnis kita, apakah dari penjualan barang dan jasa kita, atau adakah cara-cara lain di luar core business (bisnis inti) yang dilakukan;
  6. Identifasi Key Resources, yaitu sumber daya utama apa yang kita butuhkan atau yang sudah kita miliki untuk menjalankan bisnis kita;
  7. Identifikasi Key Activities, yaitu identifikasi aktifitas-aktifitas apa saja yang akan dilakukan untuk menjalankan bisnis kita;
  8. Identifikasi Key Partnerships, yaitu menentukan siapa saja partner atau mitra utama kita untuk memasok bahan baku, dan bahan lainnya yang menunjang kegiatan bisnis yang dijalankan; dan
  9. Identifikasi Cost Structure, yaitu identifikasi struktur biaya atau biaya apa saja yang kita butuhkan atau yang akan kita keluarkan agar bisnis tersebut berjalan.

Paparan tentang BMC tersebut memang terasa sangat teoritis dan normatif, tetapi dalam implementasinya sesungguhnya sangat praktis dan mudah dilakukan karena BMC ini akan menjadi pengarah bagi kita yang akan memulai bisnis untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan mematangkan ide bisnis yang menjual.

Tentu menyusunnya tidak isntan, atau sekali duduk langsung selesai, semua membutuhkan proses berpikir yang benar-benar matang karena substansinya, tools ini juga menjadi lembar kerja evaluasi sampai bisnis yang dijalankan tersebut benar-benar sudah berjalan, dalam arti jika capaiannya tidak sesuai yang direncanakan maka harus kembali memastikan apakah cara atau identifikasi kita terhadap 9 (sembilan) aspek dalam BMC itu konsisten kita jalankan ataukah tidak. Mungkin proses "jatuh bangun" ide bisnis akan kita temui dalam memulai bisnis, bukankah "pencapaian 1000 km pasti akan selalu dimulai dari langkah pertama".

Bahkan jika kita membaca kisah-kisah orang sukses dalam dunia bisnis, tidak ada satupun yang meraihnya dengan hanya bertopang dagu, semua melalui proses jatuh bangun dalam bisnis, dan kunci sukses mereka adalah karena mau terus belajar dari kegagalan-kegagalan sebelumnya, terus bergerak, dan berinovasi.

Jujur, saya tidak mungkin bisa memberi "khotbah" yang panjang lebar kepada pak desa kawan saya itu, karena memang ide pertemuannya bukan untuk membicarakan BUMDes. Tapi karena merasa bertanggungjawab secara moril, maka tulisan ini dibuat dengan harapan agar bisa dibaca dan menginspirasi lebih banyak orang.

Sebagai anak yang lahir dan besar di Desa, tentu saya sangat paham dengan kondisi di perdesaan, bahwa sesungguhnya potensi ekonomi yang bisa dikembangkan banyak terdapat di perdesaan, yang dibutuhkan hanyalah anak-anak muda desa yang energik, kreatif, dan berani mandiri menantang risiko bisnis untuk menggerakkan kegiatan ekonomi produktif di perdesaan. Apabila sumber daya anak-anak muda di desa didorong sedemikian rupa untuk memiliki mental wirausahawan, kita yakin kemajuan ekonomi akan tercipta dan desa akan menjadi pusat-pusat pertumbuhan wirausahawan-wirausahawan muda di Indonesia. Semoga !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun