Mohon tunggu...
Iradah haris
Iradah haris Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - We do not need slogan anymore, we need equality in reality

Wanita yang selalu hidup di tengah keriuh-riangan rumah dan sekitar lingkungan. "Happy live is about happy wife" 😍

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Anak Kolong" Itu Menjadi Ibu Semua Orang

16 November 2020   12:26 Diperbarui: 18 November 2020   13:50 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Artur Ihnatov on Unsplash

Sur memiliki 4 saudara. Seorang kakak perempuan yang hanya terpaut 2 tahun lebih tua dan dua orang adik, perempuan berusia 7 dan lelaki 5 tahun. Mereka semua diasuh abang sulungnya yang baru saja berkeluarga. 

"Kakak perempuan saya sudah 3 bulan ini jadi 'kembang bayang' (bunga tempat tidur). Kakinya sakit tidak bisa digerakkan sehingga hanya bisa terbaring di tempat tidur," kisah Sur lagi.

"Baik, kamu boleh ikut ibu tapi harus tetap sekolah. Biaya sekolahmu, bismillah semoga ibu mampu membantu," putus ibu.

Setelah kelulusan, Sur melanjutkan sekolah dan tinggal di rumah kami. Jarak kapungnya dengan rumah kami sekitar 6 Km.

Anak ibu baru tiga. Aku, sulung usia 8 tahun dan dua adikku yang masih balita. Di rumah juga sudah ada 2 anak laki-laki kelas 2 SMP yang diasuh ibu. Tambah anak, makin ramailah penghuni rumah.

Suatu malam Sur menangis di balik pintu kamar. Ia mendapat kabar tentang kondisi Kar, kakak perempuannya. Lutut Kar membengkak besar. Membusuk dan mengeluarkan nanah.

Atas persetujuan ayah, ibu membawa Kar ke rumah untuk diobatkan. Ayah yang mengantar ke dokter maupun tabib. Ibu juga membawa pulang dua adik Sur lainnya.

Menurut analisa medis, Kar menderita tumor tulang. Harus segera dioperasi. Orangtuaku membawanya ke RSU Dokter Sutomo Surabaya. 

Selama proses pengobatan Kar dititipkan pada kerabat ibu. Operasi berhasil. Kar bisa berjalan. Setelah sembuh Kar memutuskan bekerja di Surabaya.

Sementara itu, anak-anak asuh ibu di rumah terus bertambah. Jika ditotal semuanya ada 9 anak. Ibu selalu mengajarkan hidup bersama, berbagi dan berempati. Dengan fasilitas yang sama tanpa beda. Kami bertiga anak ibu, pun mereka juga. 

Setiap usai maghrib, kami mengaji dan belajar bersama. Pagi hari berbagi tugas, ada yang membantu ibu masak, membersihkan rumah dan mencuci piring.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun