Mohon tunggu...
Ira Oemar
Ira Oemar Mohon Tunggu... lainnya -

Live your life in such a way so that you will never been afraid of tomorrow nor ashamed of yesterday.

Selanjutnya

Tutup

Money

Uang Kembalian Diganti Permen, Menghidupkan Kembali Sistem Barter

4 Juni 2012   09:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:24 3259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_185738" align="aligncenter" width="300" caption="Coin 100 Yen"]

1338800482249301931
1338800482249301931
[/caption]

SOLUSI AGAR KEMBALIAN PERMEN TETAP BERDAYA BELI

Untuk mengatasi hal itu, ada baiknya jaringan super market dan minimarket itu menyediakan permen yang mereka kemas dengan merk mereka sendiri lalu di bungkusnya diberi nominal. Misalnya Rp 75,-, Rp. 100,-. Saya sering melihat di mini market ada produk tissue, kapas, cotton buds, air minum kemasan, cemilan dan aneka produk toiletteries yang diberi kemasan ber-label nama mini market itu. Memang jaringan mini market itu tak memproduksi sendiri, mereka hanya bekerjasama dengan pabrikan untuk menyediakan produk yang mereka inginkan – mungkin dengan kualitas yang sedikit diturunkan standarnya – lalu dikemas dan dilabeli nama mini market. Itu sebabnya harga produk ber-merk mini market itu biasanya harganya lebih murah. Jadi, ide untuk memproduksi permen sendiri ber-merk mini market itu, sebenarnya tidaklah sulit direalisasikan.

Sedangkan pemberian nilai nominal untuk menunjukkan nilai nominal dari permen itu setara dengan uang kembalian berapa rupiah. Selanjutnya, konsumen bisa saja mengumpulkan permen-permen itu dan kelak bisa ditukarkan untuk membeli barang di mini market yang sama. Bukankah dengan demikian permen kembalian itu tak kehilangan fungsinya sebagai nilai tukar? Pun juga hak konsumen tak ada yang terkurangi. Uang kembalian yang diganti permen selama beberapa kali berbelanja, tetap bisa ditukar barang yang dikehendaki, sesuai kebutuhan konsumen. Misalnya ditukar sebotol air minum kemasan atau sebungkus tissue travel pack bahkan sekantong cemilan.

[caption id="attachment_185739" align="aligncenter" width="576" caption="Kepingan sen dan 1-2 Ringgit Malaysia"]

1338800553819672942
1338800553819672942
[/caption]

Prinsip “kesepakatan” pun tak diabaikan. Sebab konsumen sepakat untuk menerima kembalian berupa permen yang kelak bisa ditukar dengan barang yang dia butuhkan dan penjual sepakat untuk menerima kembali pembayaran berupa permen untuk nantinya digunakan kembali untuk membayar kembalian. Ide macam ini tentu baru bisa diaplikasikan jika ada itikad baik dari pemilik jaringan mini market dan super market, untuk menghargai hak konsumen dan menghargai uang sebagai nilai tukar yang memiliki daya beli.

[caption id="attachment_185740" align="aligncenter" width="452" caption="50 sen Malaysia"]

13388006091378050913
13388006091378050913
[/caption]

Praktik mengganti kembalian dengan permen ini hanya ada di Indonesia. Di negara lain, pihak penjual konsekuen menyediakan uang kembalian sampai nilai terkecil. Di Jepang misalnya, kembalian 1 Yen pun diberikan kepada konsumen. Di depan kasir memang tersedia kotak kaca – semacam kotak amal di sini – jika konsumen berniat ingin memasukkan uang recehan, itu keputusan konsumen sendiri. Bukan seperti di sini, dimana konsumen digiring untuk mengiyakan saja ketika kasir menanyakan : “kembaliannya didonasikan saja ya Pak/Bu?”.

Di beberapa negara lain juga tersedia coin pecahan sen. Misalnya 50 sen Malaysia. Jadi tak ada hak konsumen yang diambil paksa dan ditukar dengan benda yang belum tentu setara nilai. Kalau bukan kita yang menghargai nilai uang kita sendiri, siapa lagi?

[caption id="attachment_185741" align="aligncenter" width="300" caption="Uang 1 Riyal Saudi"]

13388007251581221959
13388007251581221959
[/caption]

[caption id="attachment_185742" align="aligncenter" width="300" caption="Uang 1 Riyal Saudi sisi sebaliknya"]

13388007811514948284
13388007811514948284
[/caption]

-----------------------------------------------------------------------------

CATATAN :

Foto-foto dalam tulisan ini didedikasikan untuk Weekly Photo Challengge (WPC-7) yang mengambil thema Macro Photography. Berhubung saya masih sangat awam soal foto makro sedangkan peserta lainnya sudah sangat jago dalam menampilkan foto-foto bunga dan serangga, maka saya mencoba mencari obyek lain untuk difoto makro. Terimakasih Grup Kampret, berkat WPC – 7 ini saya jadi punya ide membuat tulisan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun