Mohon tunggu...
M. Iqbal
M. Iqbal Mohon Tunggu... Penulis - Part Time Writer and Blogger

Pengamat dan pelempar opini dalam sudut pandang berbeda. Bisa ditemui di http://www.lupadaratan.com/ segala kritik dan saran bisa disampaikan di m.iqball@outlook.com. Terima kasih atas kunjungannya.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Big Data, Harta Karun Berharga di Era Digital

19 Agustus 2019   14:06 Diperbarui: 24 Agustus 2019   14:55 2407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi big data digital (SHUTTERSTOCK) | Kompas.com

Segala preferensi tersebut akan memberikan informasi mengenai kita. Seperti ketertarikan pada olahraga tertentu, nantinya data tersebut akan digunakan untuk para pengiklan memberikan penawaran iklan pada produk olahraga tersebut pada Anda.

Bahkan segala aktivitas kita di internet seperti status akan diterjemahkan menjadi penawaran produk iklan.  Misalnya saja kita menuliskan: Pengen beli sepeda baru.....!

Dalam sekejap akan banyak penawaran iklan sepeda yang muncul di sela-sela status Anda di sosial media. Memang proses ini sangat kompleks dan tidak terstruktur, beda halnya dengan menganalisis data trafik dan struk. Misalnya saja contoh lainnya, sebuah supermarket melakukan proses analisa terhadap barang apa saja yang paling laku yang ada di supermarket ini dan nominal rata-rata pengunjung. Data yang dihasilkan tersebut dinamakan data driven marketing (pemasaran berbasis data).

Pada komponen Big Data, sebelumnya sudah diketahui 5V (Volume, Variety, dan Velocity, Veracity, dan Value) yang ada di dalam data. Kini selaku pengembangan bisnis menerapkan Prinsip Pareto untuk menaikkan penjualan atas data yang didapatkan. Aturan ini dikenal sering dikenal dengan 80 -- 20, alasannya karena 80% dampak hanya dihasilkan oleh 20% penyebab saja. Misalnya saja 80% keuntungan yang didapatkan sebuah perusahaan hanya dari 20% pembeli saja.

Makanya perusahaan hanya memfokuskan 20% tersebut, salah satunya melalui Big Data. Tujuannya adalah melakukan survei dari 20% pengguna saja. Sehingga ia bisa membaca keinginan dan target baru yang ditawarkan. Survei ini efektif dalam menghemat waktu dan menentukan konsumen potensial dari pengetahuan yang didapatkan.

Itulah yang menjadi alasan setiap perusahaan Data memanfaatkan berbagai cara menggali data dengan berbagai cara seperti dengan proses Face Recognition (pola visual dari pengguna) mengolah data dalam pengambilan keputusan. Hanya saja tidak sebuah data di Big Data bermanfaat, malah sebagian hanya sampah dan informasi yang tidak diperlukan. Proses pengolahan menggunakan konsep DIKW Pyramid, yang dimulai dari data, informasi, pengetahuan, dan kearifan dalam mengalami sebuah fenomena.

Misalnya data terjadinya kebakaran hutan, itu ditandai dengan beragam informasi seperti kemarau, aktivitas pertanian di dekat hutan hingga aksi pembakaran hutan, semua itu terkumpul menjadi pengetahuan. Di tahap akhir kita bisa mencapai kearifan khususnya menjaga hutan dari tindakan kebakaran yang merenggut hutan tersebut.

Berharganya data di masa depan
Big Data bukan hanya di bidang ekonomi saja, ada beragam hal terkait dengan Big Data. Misalnya saja memprediksi cuaca, harga saham, titik kemacetan, penyebaran penyakit hingga prediksi pertandingan olahraga. Seakan membuat Big Data sangat penting termasuk mengawasi tindak-tanduk warganya di internet. Jejak digitalnya bisa diawasi secara langsung di internet, termasuk bisa dimanfaatkan hal yang baik dan hal buruk.

Saat ini kita hidup di era keterbukaan informasi dan data, kita harus membatasi atau tidak menyebarkan sesuatu yang bisa dimanfaatkan oleh orang jahat. Menyebar hoaks hingga setiap menginstal aplikasi baru seakan ada banyak informasi yang diminta oleh pemilik layanan tersebut. Salah satunya adalah segala aktivitas di internet terlacak dan terdokumentasi sebagai data pribadi Anda.

Apa yang terjadi andai data kita jatuh ke tangan yang salah?
Data yang banyak akan diolah menjadi sebuah data berharga yang bisa menyelesaikan masalah. Namun kebalikannya bila data jatuh ke orang yang salah. Masih ingatkah dengan kasus kebocoran data Facebook yang terjadi beberapa tahun silam?

Data yang bocor atau hilang jadi masalah yang mengintai di era digital. Bisa saja data tersebut dimanfaatkan oleh pihak tak bertanggung jawab, salah satunya dalam kampanye yang dilakukan oleh Donald Trump pada pemilu USA beberapa tahun silam. Kebocoran data ini sangat membuat gempar dan tak jarang jadi momok menakutkan di era digital. Segala data kita baik koleksi foto, video, percakapan hingga segala akses password hingga keuangan bisa saja jatuh ke pihak tak bertanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun