Mohon tunggu...
M. Iqbal
M. Iqbal Mohon Tunggu... Penulis - Part Time Writer and Blogger

Pengamat dan pelempar opini dalam sudut pandang berbeda. Bisa ditemui di http://www.lupadaratan.com/ segala kritik dan saran bisa disampaikan di m.iqball@outlook.com. Terima kasih atas kunjungannya.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Big Data, Harta Karun Berharga di Era Digital

19 Agustus 2019   14:06 Diperbarui: 24 Agustus 2019   14:55 2407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi big data digital (SHUTTERSTOCK) | Kompas.com

Bisa dibayangkan bagaimana berharganya nilai sebuah data untuk saat ini. Peran data mampu memberikan segudang informasi yang dibutuhkan manusia modern.

Big Data berupa data skala, keragaman, dan kompleksitasnya memerlukan beragam arsitektur, teknik, algoritma hingga analisis. Sehingga akan dilakukan proses ekstrak nilai dan pengetahuan di dalamnya secara tersembunyi.

Memangnya siapa yang membuat sebuah data menjadi besar?

Jawabannya adalah diri kita sendiri. Di awali sejak kita kecil hingga dewasa ada begitu banyak data yang tertulis. Bisa dibayangkan setiap manusia punya data yang sangat besar. Itu mulai kita semua lahir, saat itulah semua data dalam diri kita mulai tercatat. Mulai dari tanggal lahir, berat badan hingga data lainnya. Semuanya akan tercatat di lokasi kita lahir, itulah awal mula kita mengoleksi data.

Kebiasaan sang ibu atau bapak pun tak ada hentinya memfoto bayi, ia mulai menghasilkan data berupa foto kita kecil hingga akhirnya beranjak dewasa. Mungkin dahulunya data yang kita miliki masih sangat manual dan konvensional, ditulis pada buku besar atau disimpan dalam album foto. Hingga akhirnya era digital datang, mengubah persepsi dalam penggunaan data yang lebih efisien.

Semua data tersebut terangkum secara keseluruhan, ia punya keunikan dan perbedaan dari setiap manusia. Saya mencoba menganalogikan seperti kertas, mungkin kamar kita sudah sangat penuh dengan tumpukan kertas. Kumpulan data itu sangat berharga dan menjadi sebuah preferensi yang digunakan dalam berbagai hal kini.

Big Data memberikan sebuah warna baru yang berbeda dalam setiap aktivitas manusia yang berhubungan dengan dunia digital. Semuanya tercatat jelas bahkan secara real time.

Di era internet lonjakan data semakin besar. Setiap kali kita membuka sebuah situs, melakukan pencarian hingga berapa lama Anda datang ke sana menjadi data bukti pencarian kita di internet. Bisa dibayangkan berapa juta orang yang melakukan pencarian setiap harinya dan data yang dihasilkan, semua termasuk dalam konteks Big Data.

Misalnya sebagai perbandingan di tahun 2010 dipindahkan dalam bentuk keping DVD, andai saja dikumpulkan dan disusun data tersebut secara vertikal. Ia akan mencapai bulan dan kembali lagi ke Bumi. Itu karena ada 1,7 MB data setiap detik data dari setiap orang, bahkan di tahun 2020 diprediksi ada 4,3 triliun data setiap tahunnya.

Makin populernya Big Data berbanding lurus dengan volume data yang terus meningkat di era saat ini. Apalagi makin banyak dan makin beragam layanan online yang bekerja di bawah data. Kemudahan yang ditawarkan seakan menawarkan kapasitas penyimpanan data yang relatif sangat besar, meskipun sebagian besar data tersebut adalah data informasi yang nantinya akan diolah lebih lanjut. Namun data tersebut sangat bermanfaat termasuk dalam pengembangan berbagai bidang yang memudahkan hajat manusia.

Bagaimana data bisa berharga dan menghidupkan sejumlah perusahaan teknologi?

Saat pertama sekali kita menginstal sebuah aplikasi, maka ia akan meminta segala akses yang Anda punya. Mulai dari data diri, informasi penting lainnya hingga nomor rekening Anda. Data yang mereka miliki dari pengguna punya nilai yang sangat berharga. Data tersebut kemudian adalah Big Data yang diolah dan dianalisis sehingga bisa membaca keinginan dari konsumen.

Apa saja kriteria yang ada pada Big Data?

Sebuah Big Data harus punya kriteria mendasar, ada empat komponen penyangga yang ada pada Big Data. Berikut ulasan lengkapnya:

Volume (jumlah), saat ini jumlah data sangatlah besar penyebabnya karena ledakan volume data  yang tak terkontrol saat ini. Di awal milenium saja ada 800.000 Petabyte data yang tersimpan kala itu. Meningkat jauh dibandingkan sekarang yang mencapai 35 Zettabyte. Akibat data yang sangat besar, butuh proses analisa yang cepat  atau penyimpanannya.

Penyimpanannya berbasis sistem database atau gudang penyimpanan yang menampung data dalam jumlah besar. Sifat Big Data bukan hanya sebagai network storage saja tapi menyediakan solusi dalam mengolah dan menganalisis data dalam jumlah besar. 

Salah satu penerapan yang dilakukan ada pada sistem distribusi berbasis hardware dan software dalam mendukung penampungan volume data. Pada arsitektur yang dibutuhkan seperti software Linux dan Hadoop. Dalam melakukan proses pengawasan dilakukan proses mengontrol dan analitik yang real time.

Sekilas mengenai Hadoop, ia merupakan sebuah software berbasis open source yang bertugas untuk mengumpulkan dan menganalisis data. Ia makin bekerja optimal pada layanan open source berbasis Linux. Sedangkan pada Hardware dibutuhkan jaringan dan server aplikasi yang punya infrastruktur memadai. Supaya bekerja dengan optimal.

Volume  data yang sangat besar dan tidak bisa diolah dengan perangkat sederhana namun menggunakan komputer khusus. Pengguna HPC (High Performance Computing) adalah salah satu cara dalam mengolah data tersebut. Ia diolah dengan sangat cepat sehingga mampu menghasilkan beragam data seperti prediksi cuaca, harga saham, titik kemacetan, penyebaran penyakit hingga prediksi lainnya dalam hitungan detik

Variety (Variasi), pada jumlah yang sangat besar tersebut, tersemat beragam data, segala aktivitas manusia mulai dari pencarian ia di internet hingga rutinitasnya tergolong di dalam data. Segala data yang terangkum mulai dari data penghubung seperti tabel dan transaksi. Data teks dari pencarian di web, data semi struktur (XML) hingga data streaming.

Kebiasaan seperti aktivitas mengirim data mulai dari data dokumen, foto, video, hingga suara terekam di dalam Big Data. Data yang terstruktur bukan hanya data angka atau deretan huruf yang ada di dalam database. Termasuk juga data multimedia yang sangat kompleks yang dikenal sebagai data tak terstruktur.

Velocity (kecepatan), Sebuah data sangat perlu diakses dengan sangat cepat termasuk dalam proses hasil analisa. Prosesnya berlangsung secara online dan tidak boleh ada keputusan yang telat karena bisa menghilangkan momentum. Data tersebut menjadi sebuah pedoman dalam penerapan setiap harinya, salah satu yang mempermudahnya ada dengan adanya Internet of Things (IoT).

Misalnya saja data kecelakaan yang terjadi di lalu lintas yang terekam cctv, korban yang terluka langsung diketahui penanganannya di rumah sakit dari data suhu tubuh, detak jantung hingga kondisi terakhirnya setelah kecelakaan. Semuanya akan terhubung satu sama lain dan bekerja dengan cepat untuk menyelamatkan korban yang mengalami kecelakaan.

Makin banyaknya perangkat pintar serta perangkat teknologi jaringan, makin sulit data tersebut disimpan secara bebas. Segala hal seperti aktivitas di internet, sosial media, email hingga data sensor seakan menjadi kumpulan data bernama Big Data. 

Semuanya harus ditangani dengan cepat baik melalui hardware dan software. Semuanya berharga mahal dan jangan heran perusahaan dengan segudang data pengguna punya nilai keuntungan sangat besar di lantai saham.

Veracity (kejujuran), Dalam sebuah data mengacu pada kepercayaan dari sebuah data yang ada dan terkumpul. Kita bisa mengetahui bahwa data tersebut benar merupakan fakta yang bisa digunakan atau hanya representasi saja. Untuk itulah harus ada manajemen yang baik dalam proses klarifikasi data yang terkumpul.

Sebagai contohnya yang paling akrab dari data tersebut adalah pengelompokan sebuah data. Seperti yang kita sering temui di Twitter yang mengenalkan istilah Hashtag. Saat ada isi ciutan yang jadi sebuah trending, akan ada pengelompokan atas isu yang diangkat, sehingga kita bisa melakukan pengamatan dari Hashtag tersebut.

Hanya saja, tidak semua ciutan yang ada di Twitter terkait dengan isu tersebut. Bisa saja ada yang mencari perhatian dan popularitas Hashtag tersebut, yang tidak sesuai dengan isu tersebut hingga butuh proses klarifikasi data. Manakah yang benar-benar faktual terkait dengan isu tersebut dan mana yang hanya tergolong pada spam saja.

Value (nilai), tujuan akhir dari sebuah data adalah nilai yang ia hasilnya. Perannya sebagai hasil akhir dari sebuah pengolahan data yang optimal. Pada tahap ini segala proses sudah dilalui, dalam segi bisnis harus ada yang dicapai. Misalnya saja bagaimana cara bisa menciptakan sebuah lini produk baru atau memperbarui lini produk sebelumnya.

Di era saat ini, data sangat berharga dan bernilai sangat mahal. Perusahaan yang bergerak menghimpun data kebanjiran pesanan dari perusahaan lainnya dalam mengelola dan mengubah data menjadi beragam kebutuhan dan analisa. Data yang diolah tadi ibarat bahan mentah yang menghasilkan uang tak terbatas.

Pentingnya kemajuan Big Data
Di awali dengan ledakan data, perubahan komponen penyimpanan teknologi yang makin besar, peningkatan proses analisa data hingga persaingan memperebutkan data. Siapa saja yang paling superior akan merasakan dampak, jangan heran perusahaan saat ini yang bergerak menghasilkan data pelanggan menjadi pemuncak perusahaan paling berharga di muka  bumi.

Data saat ini sangat kompleks perannya, ia tidak lagi menjadi sesuatu yang tertutup namun menjadi salah satu cara menganalisis segala perilaku yang terjadi.  Salah satunya di bidang bisnis yang bisa dimanfaatkan pada berbagai hal. Data bisa menekannya berbagai hal seperti biaya, waktu, pengembangan produk hingga pengambilan keputusan cerdas terhadap perusahaan.

Segala perilaku manusia semuanya punya nilai ekonomi, Big Data jadi alat dalam membaca dan menganalisis perilaku tersebut jadi nilai ekonomi yang bernilai. Sebagai contoh adalah sosial media, kita menulis segala macam biodata kita.

Segala preferensi tersebut akan memberikan informasi mengenai kita. Seperti ketertarikan pada olahraga tertentu, nantinya data tersebut akan digunakan untuk para pengiklan memberikan penawaran iklan pada produk olahraga tersebut pada Anda.

Bahkan segala aktivitas kita di internet seperti status akan diterjemahkan menjadi penawaran produk iklan.  Misalnya saja kita menuliskan: Pengen beli sepeda baru.....!

Dalam sekejap akan banyak penawaran iklan sepeda yang muncul di sela-sela status Anda di sosial media. Memang proses ini sangat kompleks dan tidak terstruktur, beda halnya dengan menganalisis data trafik dan struk. Misalnya saja contoh lainnya, sebuah supermarket melakukan proses analisa terhadap barang apa saja yang paling laku yang ada di supermarket ini dan nominal rata-rata pengunjung. Data yang dihasilkan tersebut dinamakan data driven marketing (pemasaran berbasis data).

Pada komponen Big Data, sebelumnya sudah diketahui 5V (Volume, Variety, dan Velocity, Veracity, dan Value) yang ada di dalam data. Kini selaku pengembangan bisnis menerapkan Prinsip Pareto untuk menaikkan penjualan atas data yang didapatkan. Aturan ini dikenal sering dikenal dengan 80 -- 20, alasannya karena 80% dampak hanya dihasilkan oleh 20% penyebab saja. Misalnya saja 80% keuntungan yang didapatkan sebuah perusahaan hanya dari 20% pembeli saja.

Makanya perusahaan hanya memfokuskan 20% tersebut, salah satunya melalui Big Data. Tujuannya adalah melakukan survei dari 20% pengguna saja. Sehingga ia bisa membaca keinginan dan target baru yang ditawarkan. Survei ini efektif dalam menghemat waktu dan menentukan konsumen potensial dari pengetahuan yang didapatkan.

Itulah yang menjadi alasan setiap perusahaan Data memanfaatkan berbagai cara menggali data dengan berbagai cara seperti dengan proses Face Recognition (pola visual dari pengguna) mengolah data dalam pengambilan keputusan. Hanya saja tidak sebuah data di Big Data bermanfaat, malah sebagian hanya sampah dan informasi yang tidak diperlukan. Proses pengolahan menggunakan konsep DIKW Pyramid, yang dimulai dari data, informasi, pengetahuan, dan kearifan dalam mengalami sebuah fenomena.

Misalnya data terjadinya kebakaran hutan, itu ditandai dengan beragam informasi seperti kemarau, aktivitas pertanian di dekat hutan hingga aksi pembakaran hutan, semua itu terkumpul menjadi pengetahuan. Di tahap akhir kita bisa mencapai kearifan khususnya menjaga hutan dari tindakan kebakaran yang merenggut hutan tersebut.

Berharganya data di masa depan
Big Data bukan hanya di bidang ekonomi saja, ada beragam hal terkait dengan Big Data. Misalnya saja memprediksi cuaca, harga saham, titik kemacetan, penyebaran penyakit hingga prediksi pertandingan olahraga. Seakan membuat Big Data sangat penting termasuk mengawasi tindak-tanduk warganya di internet. Jejak digitalnya bisa diawasi secara langsung di internet, termasuk bisa dimanfaatkan hal yang baik dan hal buruk.

Saat ini kita hidup di era keterbukaan informasi dan data, kita harus membatasi atau tidak menyebarkan sesuatu yang bisa dimanfaatkan oleh orang jahat. Menyebar hoaks hingga setiap menginstal aplikasi baru seakan ada banyak informasi yang diminta oleh pemilik layanan tersebut. Salah satunya adalah segala aktivitas di internet terlacak dan terdokumentasi sebagai data pribadi Anda.

Apa yang terjadi andai data kita jatuh ke tangan yang salah?
Data yang banyak akan diolah menjadi sebuah data berharga yang bisa menyelesaikan masalah. Namun kebalikannya bila data jatuh ke orang yang salah. Masih ingatkah dengan kasus kebocoran data Facebook yang terjadi beberapa tahun silam?

Data yang bocor atau hilang jadi masalah yang mengintai di era digital. Bisa saja data tersebut dimanfaatkan oleh pihak tak bertanggung jawab, salah satunya dalam kampanye yang dilakukan oleh Donald Trump pada pemilu USA beberapa tahun silam. Kebocoran data ini sangat membuat gempar dan tak jarang jadi momok menakutkan di era digital. Segala data kita baik koleksi foto, video, percakapan hingga segala akses password hingga keuangan bisa saja jatuh ke pihak tak bertanggung jawab.

Memanfaatkan data kita sebagai ladang pencurian data, aksi kriminal hingga pemerasan. Belum lagi dengan data tersebut bahkan mampu menyamar dan berpura-pura menjadi diri Anda. Pencurian data memang sangat riskan karena segala aktivitas kita terekam menjadi kumpulan data. Di era Big Data, sistem keamanan kita juga harus Big, sehingga jauh dari tindakan orang-orang tak bertanggung jawab.

Mengelola Data menjadi Harta Berharga
Harga data di masa depan sangat berharga termasuk akses data tersebut, jangan heran akan ada perang data yang dalam kesuksesan perusahaan di masa depan. Kepercayaan dan pengelolaan yang baik akan menguntungkan perusahaan data tersebut. Apalagi fokus di masa depan akan mengarah ke nilai jual data yang sangat berharga.

Landasan kuat data pengguna yang besar menjadi sebuah harta karun berharga, alasan itulah banyak penyedia yang memberikan keamanan data pengguna. Mereka mengandalkan penyimpanan awan (cloud) dan server dengan kapasitas serta kecepatan ngebut. 

Tujuannya adalah akses Big Data yang cepat, semua pihak bisa menggunakan data tersebut untuk pengolahan informasi baru. Tak perlu lagi ada rasa takut karena atas kebocoran data karena semua pihak saling berkoordinasi dan berkolaborasi. Menjaga tambang digital data tetap aman buat diolah menjadi harta karun buat siapa saja.

Semoga saja postingan ini memberikan informasi berharga dan mengedukasi, Have A Nice Day Guys.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun