Mohon tunggu...
Arman Maulana Iqbal
Arman Maulana Iqbal Mohon Tunggu... Mahasiswa S1 Ilmu Ekonomi Uin Sunan Ampel Surabaya urabaya

seorang mahasiswa yang suka berbusana

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Baju Bekas, Gaya Kelas! Kenapa Thrifting Jadi Tren?

23 Februari 2025   15:21 Diperbarui: 23 Februari 2025   17:10 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Selain itu, munculnya bisnis reseller thrift juga membuka peluang usaha baru. Banyak anak muda yang mulai melihat thrifting bukan hanya sebagai gaya hidup, tetapi juga sebagai peluang bisnis yang menguntungkan. Dengan modal yang relatif kecil, mereka bisa membeli pakaian dalam jumlah besar, melakukan kurasi, dan menjualnya kembali dengan harga lebih tinggi. Berkat media sosial dan marketplace online, para reseller bisa menjangkau lebih banyak pelanggan, bahkan hingga ke luar kota atau luar negeri. Tak sedikit pula thrift shop yang berkembang menjadi brand sendiri dengan konsep curated thrift, di mana mereka hanya menjual barang-barang pilihan yang masih dalam kondisi sangat baik. Hal ini menciptakan lapangan pekerjaan baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif di kalangan anak muda. 

Namun, di balik popularitasnya, tren thrifting juga menuai kontroversi, terutama terkait persaingan dengan industri lokal. Beberapa pihak berpendapat bahwa maraknya pakaian bekas impor dapat merugikan produsen pakaian dalam negeri, karena masyarakat lebih memilih barang thrift yang lebih murah dibandingkan produk lokal yang masih baru. Di sisi lain, ada juga perdebatan mengenai legalitas pakaian bekas impor, karena dalam beberapa kasus, barang yang masuk ke Indonesia tidak melalui jalur resmi dan bisa berpengaruh pada regulasi perdagangan. Meski begitu, banyak pelaku bisnis thrift yang berupaya menghadirkan sistem jual beli yang lebih transparan dan legal, sehingga industri ini tetap bisa berkembang tanpa merugikan pihak lain. 

Dengan berbagai dampak sosial dan ekonomi yang dibawanya, thrifting kini bukan sekadar tren sementara, tetapi telah menjadi bagian dari perubahan cara masyarakat dalam berbelanja dan melihat fashion.

Kesimpulan

Tren thrifting telah berkembang pesat dan menjadi bagian dari gaya hidup banyak orang. Dengan harga yang jauh lebih terjangkau, pakaian thrift menawarkan kesempatan bagi siapa saja untuk tampil modis tanpa harus mengeluarkan banyak uang. Selain itu, keunikan dari barang thrift yang sering kali tidak pasaran menjadikannya pilihan menarik bagi mereka yang ingin tampil beda. Tak hanya soal gaya, thrifting juga semakin diminati karena mendukung fashion berkelanjutan, membantu mengurangi limbah tekstil, serta memberikan solusi terhadap dampak negatif fast fashion terhadap lingkungan. 

Melihat dampak positif dari tren ini, sudah saatnya masyarakat lebih sadar dalam berbelanja dan memilih fashion dengan lebih bijak. Thrifting bisa menjadi salah satu cara untuk tetap stylish tanpa harus terus-menerus membeli pakaian baru yang berkontribusi pada peningkatan limbah. Dengan semakin berkembangnya kesadaran akan sustainable fashion, diharapkan semakin banyak orang yang memilih thrifting sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis. 

Kedepannya, thrifting di Indonesia diprediksi akan terus berkembang, baik dalam bentuk thrift shop fisik maupun platform online. Inovasi dalam dunia thrifting, seperti konsep thrift premium, hingga integrasi dengan teknologi digital, akan semakin menarik minat masyarakat. Namun, tantangan seperti regulasi impor pakaian bekas dan dampaknya terhadap industri lokal perlu diperhatikan agar tren ini bisa terus berkembang tanpa menghambat pertumbuhan fashion dalam negeri. Jika dikelola dengan baik, thrifting bukan hanya sekadar tren sementara, tetapi bisa menjadi bagian dari perubahan besar dalam industri fashion yang lebih berkelanjutan dan inklusif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun