Mohon tunggu...
Moh Iqbal NB
Moh Iqbal NB Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mencatat aneka perjalanan, merekam kesan dan menghayati indahnya alam

Memetik Hikmah Kebesaran-MU disetiap Petualanganku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Jadinya Kehidupan Modern Tanpa BBM, Listrik, dan Internet?

27 April 2019   12:45 Diperbarui: 27 April 2019   14:32 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Teringat pada bencana alam, Gempa Bumi, Tsunami dan Likuifaksi pada 28 September 2018 yang menimpa Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala yang dikenal dengan sebutan PASIGALA di Provinsi Sulawesi Tengah, saya berkesimpulan, selain sembako dan air bersih sebagai kebutuhan dasar, ternyata ada tiga kebutuhan sekunder yang membuat aktivitas manusia lumpuh, bila ketiganya hilang dalam sekejap.

Pertama: Bahan Bakar Minyak,

Sehari saja BBM hilang, sudah bisa dilihat, bagaimana memanjangnya antrian bensin hingga berjilid jilid, semua bagaikan anak ayam kehilangan induknya, sebab jarak yang jauh, dirasakan begitu dekat dengan berkendara, semua aktivitas masyarakat modern akan menjadi buntu, karena seluruhnya terpaku dengan kendaraan, bayangkan saja bila hal ini semakin berlarut lebih lama.

Maka saya heran, banyak orang berkendara seenak maunya, ugal-ugalan hingga bergaya bak pangeran berkuda di masa lampau, seakan banyaknya jumlah kendara menjadi tolak ukur keuangan, semakin keren dandanan roda dua dan empat menjadi cerminan ketebalan dompet, padahal kita tidak menyadari, ternyata kita salah satu alumni antrian panjang kala musibah gempa bumi, Tsunami dan likuifaksi melanda daerah kita, bahkan jergen aku, kamu dan dia mungkin satu barisan dalam rentetan tali rafia untuk menertibkan antrian, masihkah kita sombong.

Kedua: Listrik

Sejak dicanangkan Listrik Masuk desa berpuluh tahun silam, kebutuhan terhadap listrik sulit tergantikan,,, kita sadari benar, sejak musibah kemarin, begitu bingungnya manusia mencari sumber energi satu ini, dalam sekejap, kehidupan mulai terasa hampa, sangat berasa bila malam hari, seperti kembali ke zaman lampau. Bila direnungkan, maka seperti inilah kehidupan orangtua kita dahulu, semuanya serba manual, tanpa bahan elektronik, sumber cahaya berasal dari terangnya pijaran lampu pelita dan petromas.

Kata mereka, untuk mengetahui siswa yang rajin belajar, ditandai dengan lubang hidung yang hitam, karena siswa yang belajar dimalam hari, pasti berdekatan dengan lampu yang bahan bakar minyak tanah tersebut, karena asapnya mengenai hidung. Lantas, bila pemadaman listrik terjadi secara terus menurus, sejatinya kita kembali ke zaman tempo doloe yang penuh ketentraman,,, nah, bagi kita yang selalu boros listrik apa kabarnya? Padahal kamu juga alumni antrian pengisian charger hp ditempat yang ada generatornya. Stop boros listrik

Ketiga: Signal Internet

Sejam tanpa Handphone, memungkinkan kiamat begitu dekat. Menggunakan smartphone tanpa kuota dan jaringan internet, di situlah hape pintar kembali ke pengaturan awal, yakni cukup jadi kalkulator dan senter. Bisa dirasakan keresahan masyarakat yang tinggal ditenda pengungsian tanpa hiburan, baik sekedar menonton konten sesuai selera, meski terkadang, kehadiran Smartphone, justru menggantikan peran benda yang populer di masanya.

Peran TV mulai kurang dilirik, bila ingin mencari tayangan nostalgia dan mencari tahu ending sebuah sinetron yang dahulu belum sempat diketahui, karena keberadaan TV hanya dimiliki satu rumah tangga dalam satu desa, maka dismartphone, cukup ketik dan search saja, maka kamu kan menemukannya dalam aplikasi Y******, semua serba mudah dengan handphone, serasa dunia dalam genggaman. 

Namun silaturrahmi lebih terjalin di dunia maya dan mengabaikan orang-orang di sekitar, maka, disaat jaringan internet hilang, ternyata kitalah alumni pendaki bukit, pemanjat pohon mencari signal kehidupan,,, lantas, coba kita biasakan sehari tanpa handphone, dan rasakan kesan dan keceriaan yang dulu ada namun telah lama hilang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun