Mohon tunggu...
ioanes rakhmat
ioanes rakhmat Mohon Tunggu... Penulis - Science and culture observer

Our thoughts are fallible. We therefore should go on thinking from various perspectives. We will never arrive at final definitive truths. All truths are alive, and therefore give life, strength and joy for all.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Bom Bunuh Diri, Gangguan Mental, dan Cuci Otak

27 Mei 2017   21:34 Diperbarui: 29 Juni 2018   02:31 2521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cuci otak (charlessledge.com)

Pada kesempatan lain, saya akan mengupas segi-segi lain yang tidak tercakup dalam tulisan pendek ini. 

Stay blessed.

Silakan share. Tolong tidak di-copypaste. Thanks.


Jakarta, 27 Mei 2017
ioanes rakhmat

Editing mutakhir 1 Juni 2018

Sumber-sumber

/1/ Ambaranie N.K. Movanita, "Kapolri Sebutkan Ciri-ciri Orang Yang Berpotensi Jadi Teroris", Kompas.com, 27 Mei 2017.

/2/ Meredith Bennet-Smith, "Kathleen Taylor, Neuroscientist, Says Religious Fundamentalism Could Be Treated As A Mental Illness", Huffpost Religion, 31 May 2013, updated 6 Dec 2017.

/3/ Kathleen Taylor, Brainwashing: The Science of Thought Control (New York, N.Y.: Oxford University Press, 2004; edisi paperback 2006), hlm. ix-x.

/4/ Tara García Mathewson,
"How Poverty Changes the Brain", The Atlantic, 19 April 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun