Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hawa Dingin di Depan Masjid

15 Oktober 2022   03:28 Diperbarui: 15 Oktober 2022   03:33 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku teringat selalu di tempat itu, udara dingin dekat masjid, anak kita bercengkrama dengan lantunan lagu qasidah, dia masih bayi, bersama mu untuk menjalani diklat. Rumah kost sementara, yang mungil dan menginspirasi jiwa. Kutitipkan engkau disana di ruang-ruang yang kini tetap menjadi kenangan indah.

Pagi, di subuh itu, para santri berjalan bergegas, untuk melakukan kewajiban, dalam udara dingin berkabut terbayang sebuah kehidupan harmoni, ke haribaan Sang pencipta, banyak belajar untuk bersedekah

Disana aku menemukan kebahagian, bahwa mendapatkan sebentuk kebahagiaan bukan berarti segalanya sempurna. Disana engkau berbisik jika kita telah memutuskan untuk melihat melampaui ketaksempurnaan. Semuanya akan menurunkan ego dengan tangan menengadah,

Ruang -ruang kebijaksanaan tersintesa dalam setiap alunan nafas, membentuk persenyawaan baru dalam meramu cinta dan hasrat pengabdian, engkau berjalan mulus menuju tempat seberang, berlatih dalam banyak keterampilan, meningkatkan profesi sebagai bekal meniti hidup, Aku ingat pesan Ibu padamu, Ketika dia membopong anak kita yang bayi itu, Ketika kamu menyenangi apa yang kamu miliki, kamu mendapatkan semua yang kamu perlukan.

Suara ibu terdengar berdekah-dekah.

Aku Bahagia menatapmu, meniti jenjang kehidupan, untuk membangun suatu. Sudah hampir dua belas tahun silam itu terjadi. Oh.... Bahagia rasanya saat itu, saat dimana kita berjuang bersama meraih mimpi -mimpi itu, tempat itu menjadi zona kebaikan berkecambah.

Namun , kenangan itu selalu menjadi tanda bahwa kita terus Bersatu dalam asa, membangun jiwa , dan merindukanmu dalam setiap mimpi-mimpi indah. Tidak ada yang abadi, begitu juga hati dia akan lebur mengikuti perubahan alam, Jangan menunggu untuk ungkapkan isi hati, ketika kamu sadari hanya jeritan tangis yang menghiasi.tak ada diskusi dengan kata berbantah.

Semua yang telah kita lewati sudah berlalu begitu saja, tapi cuma satu yang ingin aku sampaikan. Aku masih menyayangi dirimu, "Aku bahkan masih selalu merindukanmu. Aku masih mengingatmu meski kamu sering melupakanku. Aku sadar bahwa sifat dualitas dunia sering membuat hati berceranggah.

Suka dan duka telah kita lalui, bersama, semuanya berjalan tanpa hambatan, dan semuanya menjadi kenangan indah membekas dalam hidup ini, pesona jiwa dan raga , dinda selalu menginspirasi kanda membuat jiwa kanda berbunga, dan berkarya, walau dalam kondisi berlelah-lelah.

Kehadiranmu dengan ketulusan berpeluk dalam energi semesta seakan terus hadir dalam banyak kesempatan. Itulah yang Aku rasakan selama ini. Aku sering menyesal karena kerap lupa membuatmu Bahagia, rahmat itu terasa dihati ini berlimpah ruah.

Kalau kematian itu datang, pada Ku, aku akan memanggil namamu pertama untuk membantuku membisikkan suara Asma Ilahi pada telingaku. Setelah itu Aku akan bahagia selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun