Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Produk Teknologi yang Didiseminasikan pada Masyarakat: Kopi Luwak Tanpa Hewan Luwak

7 November 2021   00:38 Diperbarui: 7 November 2021   05:48 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kolase -- ilustrasi pribadi

Desa wanagiri memiliki wilayah yang sebagian besar digunakan  sebagai areal perkebunan kopi dan cengkeh.  Berbagai kegiatan telah dilakukan seperti  Dinas Pertanian Buleleng sudah menyiapkan 2.000 bibit tanaman kopi Arabica. Bibit ini diberikan kepada petani secara cuma-Cuma (Oktober 2018).  Bantuan bibit tanaman kopi untuk petani Wanagiri dan sekitarnya merupakan salah satu upaya Pemkab Buleleng mengembalikan lahan pertanian yang dijadikan lahan semusim oleh petani. Hal itu pun lima tahun belakangan menyebabkan labilnya tanah di daerah pegunungan yang sangat berpotensi  bencana longsor dan banjir bandang.

Kopi yang dihasilkan oleh Desa wanagiri, dari sentra perkebunan kopi, dan dikenal kopi Wanagiri. Ada dua jenis kopi yaitu arabika dan robusta. Selama ini pengolahan kopi dilakukan secara sederhana dan bersifat tradisional. Permintaan kopi Wanagiri terus meningkat, karena desa Wanagiri sebagai obyek wisata

Penduduk setempat sangat menyukai menanam kopi Arabica, selain mudah tumbuh, juga  memiliki nilai jual lebih mahal, biasanya dikembangkan di ketinggian 800 meter keatas. 1 kg kopi Arabica dalam bentuk gilingan kasar (kopi beras) saat ini laku dengan harga Rp 100.000. Hasil panennya pun sangat menggiurkan jika satu hektare lahan kopi dapat menghasilkan 450 kg kopi beras, sedangkan varietas kopi robusta dengan hasil panen 600 kg kopi beras per hektarenya laku dengan harga Rp 40.000/kg.

Kopi Luwak  Wanagiri 

Kopi luwak merupakan kopi yang dihasilkan dari  hasil pencernaan usus luwak atau kopi yang telah melewati usus luwak.  Keterbatasan produksi kopi luwak ini, pada aspek :   produksi masih skala kecil, lambat, sehingga hasilnya tidak pasti. 

Awalnya perkebunan  kopi masih alami, sehingga hewan luwak (Paradoxurus hermaphrodites)  masih berkeliaran menikmati buah kopi yang matang, sehingga mudah menemukan kopi bercampur dengan   kotoran luwak  di perkebunan kopi penduduk, Namun kini  harga kopi luwak yang menggiurkan, karena  sangat  tinggi didunia , maka banyak orang memburu hewan luwak  untuk ditangkarkan,  agar bisa memproduksi 'kopi luwak yang banyak.  Kondisi ini  berangsur-angsur membuat hewan  luwak  di habitatnya  yang asli di  alam mulai terganggu, akibatnya terasa amat sulit untuk menemukan luwak di alam, dan praktis kopi luwak tak mudah ditemukan di  areal perkebunan kopi  saat ini. 

  Usaha untuk memproduksi kopi luwak pun dilakukan dengan proses penangkaran hewan luwak, atau dikandangkan, lalu  diberikan makanan  berupa buah kopi.  Kelihatan hewan luwak (musang kelapa di Bali disebut Lubak)  semacam  dipaksa " untuk makan kopi' setiap hari.  Kondisi demikian kerap  menyebabkan hewan luwak mengalami stress, sehingga kualitas kopi yang dihasilkannya pun kurang bagus dan tidak stabil. Selain itu, peningkatan permintaan kopi luwak original terus meningkat, sehingga  luwak yang dibutuhkan pun meningkat. Kondisi ini membutuhkan biaya pemeliharaan, sehingga kurang efisien untuk  industri kopi. Langkah terobosan sangat diperlukan untuk mengatasi persoalan ini. 

ilustrasi pribadi
ilustrasi pribadi

  Di salah satu sisi, permintaan kopi luwak ini terus  meningkat  sehingga menimbulkan beberapa  kendala yaitu, (1) proses alaminya terkendala hewan luwak (musang), yang terbatas dan laju penangkaran mengganggu habitat luwak di alam, (2) kendala kedua, kopi luwak yang diproduksi  lewat usus luwak, prosesnya lama,dan jumlahnya terbatas, (3) produksi kopi  secara fermentasi yang sepadan dengan kondisi hewan luwak jarang dilakukan.Oleh karena itu terobosan yang dilakukan untuk meningkatkan peran masyarakat industri kopi adalah memuat kopi fermentasi dengan menambahkan konsorsium mikroorganisme yang telah ditemukan formulasinya lewat penelitian (Tika dkk, 2017 dan Tika dkk, 2020).

Sebagai desa Wisata, membutuhkan sentuhan teknologi baru untuk sebagai penikmat kopi, lebih -lebih pada saat COVID-19, beragam sentuhan yang menarik sangat dibutuhkan untuk menarik wisatawan domestik maupun mancanegara agar perekonomian masyarakat lekas bangkit. Terobosan baru, dilakukan oleh penulis  dengan langkah mengisolasi  mikroorganisme dari mikroba dari usus luwak,  mikroorganisme itu diidentifikasi, sebagai Bacillus Sp dan berbagai jenis ragi, lalu ditumbuhkan dan kemudian diformulasikan dalam bentuk konsorsium mikroorganisme lokal.

FERMENTASI DENGAN KONSOSIUM MIKOORGANISME LOKAL  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun