Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tangis Layonsari di Antara Gerimis Malam

25 September 2020   01:09 Diperbarui: 25 September 2020   01:17 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah yang selalu  menyentuh hati, hingga masyarakat membuat tanda. Bahwa mereka masih ada dan nyata. Tanda itu diyakini sebagai bentuk petilasan hingga kini masih menjadi saksi bisu, bahwa  Romeo dan Yuliet  dari Buleleng Bali, Jayaprana dan Layonsari terus melegenda hingga kini.

Memandang petilasan Layonsari di bawah pohon asam di Banjar sekar Desa Banjar, Buleleng, masih terasa getar-getar duka lara. Seberkas kerinduan memancar entah sampai kapan?

Petilasan itu seakan bertutur bahwa kerinduan seorang wanita muda yang sedih ditinggal suaminya saat kebahagiaan dipuncak ekskalasi kehidupan, adalah elegi yang diakibatkan oleh tirani kekuasaan, yang membuncahkan ego tak menghargai hakikat sebuah cinta, menjadi hikayat yang sulit dilupakan.

Layonsari adalah korban tirani itu, karena kecantikannya seharusnya milik sang penguasa, raja Kalianget ketika itu, namun sayang cinta itu dilabuhkan pada seorang rakyat biasa, yakni I Nyoman Jayaprana.

Layonsari malam itu, ketika suaminya tak datang. Sambil bibirnya terkatup dalam doa. Layonsari membayangkan sosok Jayaprana yang belum sampai juga tiba di rumahnya. Walaupun hari sudah mendekati lewat tengah malam.

Dia pun tertidur lelap, dan bermimpi. Berkelebat bayangan suaminya, Nyoman Jayaprana hadir. Lalu dia mengigau tak sadar. Dia berkata Engkau datang jua dari tadi aku menunggumu,Bli. Sebab aku pikir ketika menghalau  orang asing  yang bikin ulah di pinggiran wilayah Bali barat engkau tersisih dan aku khawatir engkau terbunuh oleh mereka.

Jayaprana tersenyum dan berkata lembut, " jangan bersedih hidup memang selalu menampilkan suka duka, istriku. Hidup, mati pasangannya. Senang sedih, baik buruk. Kehidupan, selalu dibayangi dengan kematian. Kita lahir, dan kita tidak tahu, dengan cara apakah kita meninggalkan dunia ini.

Oleh karena itu selalulah berdoa. Bukankah kematian terlahir dari kehidupan dan bukankah kematian itu sendiri hidup. Engkau tidak perlu bersedih, kalau hari ini kita bersama, mungkin saat berpisah akan datang, entah besok atau hari lain, perpisahan itu selalu menjadi bagian dari pertemuan itu.

Kita berpisah, mungkin karena penyakit, umur tua, kecelakaan, dibunuh orang, atau bunuh diri. Kalau kita tidak dipersiapkan, maka alam memaksa kita untuk bisa berpisah, tentu karena bumi ini membuat kita renta. Lalu renta membuat kita mati walau pelan-pelan.

Istriku, kita lahir sendiri dan pergi juga sendiri. Dunia ini adalah ibarat  ruang tamu. Kita berkumpul sementara, untuk melanjutkan perjalanan kita, menuju kearibaan Ilahi, bersatu dengan-Nya.

Layonsari berkata lirih, Bli, malam ini ditemani suara belalang malam, aku terbangun teringat dirimu, engkau hadir dalam mimpi-mimpi ini, kehadiranmu saat ini menjadi penghias rasa rindu dihati, dalam mimpi membuat hatiku terobati, aku tidak tahu, dan sampai kapan kebersamaan ini terus berlangsung.

Jayaprana berkata, walaupun kita bertemu hanya sementara dalam hidup, bersyukurlah bahwa kita masih bisa bertemu. Oleh karena itu, jangan sekali-kali saling menyakiti, aku katakan bahwa kita semua hidup dengan cinta, sebagaimana ikan yang hidup di air. Ia bisa meringankan pekerjaan dan menjadikan duka menjadi sesuatu yang indah.

Layonsari berkata dengan penuh rayuan, Bli... senyummu yang manis, jiwa mu yang halus sebagai penghias laku, terus hadir menyibak jiwaku yang lelah dan terkapar dalam ruang doa ini.

Perlu Bli tahu, aku berdoa, semoga engkau bahagia bisa kembali hadir bersama, kita menyusuri pantai idaman kehidupan ini, oh..... sayang, moga senyummu selalu merekah untukku yang merindukan dirimu.

Bli, cinta memiliki jemari yang sehalus pasir putih pantai, tapi kuku-kukunya yang runcing meremas jantung dan membuat manusia menderita karena duka. Dan cinta adalah seonggok duka  yang terangkum dalam pujian doa, yang kerap terbang ke angkasa bersama aroma dupa dupa pemujaan.

Jayaprana memeluk Layonsari, sambil mengelus rambutnya, dan berkata" hidup selalu memiliki sisi indah untuk kita nikmati, oleh karena itu selalulah bergembira dalam suka maupun duka. Suatu saat, kamu akan melihat kebelakang, saat kamu menemukan penyesalan yang manis.

Kamu akan melihat duka dan hati yang hancur, tetapi pada akhirnya hidupmu berubah. Kita adalah titik-titik kecil yang terkorelasi oleh Alam Semesta. Duka mereka, duka kita. Sakit mereka, sakit kita. Doa mereka, doa kita. Semuanya itu satu adanya.

Layonsari berkata lagi, Oh... cintaku, tiada yang bisa membuat jiwaku, bangkit selain nafas yang diberikan oleh senyum bahagia olehmu, moga engkau selalu bisa hadir dalam berbagai ruang yang terjepit dalam jiwaku, Oh.... cintaku, Jika harus memilih, antara nafas dan cinta.Maka aku memilih nafas terakhir untuk mengatakan, "Aku cinta padamu."

Itulah reaksi metabolisme dalam diriku yang agung, semoga engkau hadir selalu dalam benakku yang terus bersenandung keindahan akan cinta, sebab disana aku memaknai cinta sejati yang dalam, 'yakni, cinta sejati bukanlah bagaimana kamu memaafkan, tetapi bagaimana kamu melupakan, bukan apa yang kamu lihat tetapi apa yang kamu rasakan, bukan bagaimana kamu mendengarkan tetapi bagaimana kamu mengerti, dan bukan bagaimana kamu melepaskan tetapi bagaimana kamu bertahan.

Itulah yang selalu hadir dalam jiwaku ini, jiwa yang selalu ingin hadir bersamamu untuk mengisi hidup ini, hidup yang selalu manis untuk dikenang dan disia-siakan,"

Layonsari terus mengingatkan kata-kata kenangan yang diucapkan Jayaprana, "Jika kamu benar-benar sedang jatuh cinta, apa yang nampak di luar tidak akan penting. Karena rumah terbaik adalah tempat yang kamu bangun di hati masing-masing, itu semakin tampak memukau dalam deburan jiwaku yang selalu merindu.

Layonsari berkata dengan sendu, Sayang dengarkanlah bisikan hatiku, hari ini, tengah malam ini, aku merindukan dirimu, selalu ada bayangan seakan-akan datang menggoda tidurku, aroma rambutmu dan liuk tubuhmu selalu membuat aku terjaga, sebab itulah kebiasaanku mengenangmu bila hati lelah berjibaku dalam kenangan lamaku.

Kini malam sepi ditemani suara jangkrik malam yang larut, seakan engkau hadir dalam pusaran kerinduku yang dalam, menghiasi pelataran jiwaku yang semakin resah dan galau, ingin bertemu denganmu, engkau dan aku tak ada waktu, terjepit dalam pusaran kehidupan sesak.

Disitu kadang bahasa alam selalu menemaniku dengan seribu cahaya keindahan ketika engkau selalu bersamaku. Diriku sangat damai, oleh belantara hutan-hutan yang kerap engkau tampilkan dalam rona kehidupan bersama, mencintai alam yang kita miliki bersama

Disana terbesit sentuhan jiwa untuk mengatakan bahwa, 'Keberuntungan itu hebat, tapi sebagian besar dari kehidupan adalah kerja keras, begitulah engkau selalu berkata lirih melalui kerdip matamu yang indah dan mempesona jiwaku.

Layonsari pun berkata dalam sepi: "Dalam mengarungi kehidupan , selalu engkau sematkan didada ini, bisikanmu terasa indah, Ambillah resiko, kalau menang, kamu akan senang. Kalau kamu kalah, kamu akan jadi orang bijak, itulah selalu yang membuat aku bangkit, dan berdiri tegar berada dalam 'keterasingan ruang doa yang dalam" namun berbahagialah selalu, hidup memberikan banyak keinsyafan untuk beranjak, namun perlu engkau ketahui diriku selalu bahagia menantimu"

Sebelum menendang, perlu engkau sadari bahwa engkau akan berdiri dengan satu kaki saja. karena itu tak ada jalan pintas ke tempat yang layak dituju, bersamamu,kelak dalam suka dan duka, impitanmu dinanti, menembus bianglala pelangi jiwaku yang mendambakan sebuah keindahan.

Bli Jayaprana, kata Layonsari lagi, rasa kehidupan tak beraksi jauh 'gerimis itu selalu menandakan bahwa engkau selalu hadir ketika hari-hari bersamamu telah tiba, begitulah kehidupan, sebab lebih baik kehilangan sesuatu demi Tuhan.

Daripada kehilangan Tuhan demi sesuatu, Tuhan telah berikan sebuah kehangatan cinta dan pemberian kasih oleh dirimu sangat berharga bagiku, semoga engkau damai selalu,

Ku menunggu di ruang dan jeda waktu, ketika sore hari di suatu tempat yang indah sebuah hamparan hati, teronggok sebuah kesucian mendongak dalam pusaran yang membuat dahaga hati, penuh asa kasih  yang menanti , untuk ditiup bagaikan lilin menyala,serta dikecup dalam kerinduan yang membara, semoga benih kerinduan menjadi 'jiwa dari sosok generasi yang indah tampan dan mempesona dalam deburan ombak jiwaku yang damai.

Senyuman pelangi dalam gerimis malam seakan membuatku melayang ke angkasa raya, oh.... sayangku, engkau segalanya bagiku.... aku mencintaimu, Bli Jayaprana.

Jayaprana tersenyum, Layonsari..... besok pagi utusan Baginda raja datang, lalu berangkatlah menghadap beliau, karena beliau junjungan kita, beliau telah menyelamatkan diriku..... aku pamit... Layon sari terjaga, ternyata hari telah pagi. Dia menangis..... Jayaprana tidak datang lagi

Setelah, terbangun ,hujan gerimis pagi tersembul pelangi indah, namun dihati layonsari hanya duka nestapa.Dia berkata lirih.... Oh... Bli itu hanya mimpi namun engkau tiada disampingku lagi , engkau telah pergi, pergi untuk sementarakah?, atau untuk selamanya, aku tak tahu, secara fisik engkau telah pergi menghilangkan jejak untukku, aku sedih sendiri, dalam ruang-ruang doa, ku rangkai sebuah kata untuk menghibur hati ini, hati yang kerap luka karena engkau tak bersama lagi, entah sampai kapan ?.Om Gam Ganapataye namaha

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun