Pepaya tanaman yang menarik dan mudah tumbuh di halaman rumah. Keberadaanya lumayan bisa memenui kebutuhan akan buah segar yang kaya  gizi terutama karoten dan vitamin C. Kini pepaya merupakan tanaman yang prosfektif untuk dikembangkan di pekarangan rumah, maupun dikembangkan secara profesional karena harganya stabil dan  banyak peminatnya.
Saya memiliki 3 pohon pepaya, dan kebetulan jenis pepaya California, buah  matang manis , berbuah sangat lebat, dan cepat berbuah, tahan hama, tidak membutuhkan pemeliharaan khusus,  sehingga saban hari di keluarga saya  selalu ada pepaya matang, sebagai  pendamping setia panganan  cuci mulut.Artinya kebutuhan buah segar untuk  keluarga terpenuhi dengan adanya  pepaya itu. Di samping juga kerap yang masih mentah digunakan rujak, sehingga pepaya memang mengasyikkan.
Ketika saya studi banding ke Papua, salah satu restoran yang saya kunjungi menyajikan sayur bunga pepaya, rasa pahit, menurut yang menjual, ini baik untuk mengusir nyamuk. Namun di Bali Utara orang lebih banyak menggunakan  daun pepaya muda untuk sayur urab dan pecel. Daun pepaya muda memberikan rasa pahit,  sensasi rasa pahitnya memang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan selera makan.
PEPAYA DIMANFAATKAN DI KELUARGA SAYA
Pepaya selain yang matang atau masak, pepaya muda banyak digunakan untuk sayur. Ada beberapa jenis sayur yang ada di keluarga kami di desa antara lain. Pertama (1)  Sayur urab. atau plecingan. Komposisinya adalah  pepaya muda  direbus, kemudian diparut dengan  giginya yang lebih kasar dari parutan kelapa (di rumah saya, disebut direkrek,) lalu diisi bumbu , cabe, kencur bawah putih dan kelapa parut dan biji kacang merah direbus. Kalau diisi dengan daging cincang menjadi lawar gedang, dan  kerap ditambahi  dengan  sarang lebah (royal jely) sehingga rasanya, mak yus.
Kedua (2) Sayur kuah. Isinya adalah buah pepaya  muda di iris -iris ditambah dengan biji kacang merah direbus,diisi bumbu lengkap, sereh, daun salam,  digodok sampai pepayanya lunak, kalau ada tetelan ayam, atau daging lainnya bisa juga, sehingga kaldunya banyak mengandung vitamin dan mineral, sehingga bertambah  nikmat apa lagi  dimakan engan  nasi panas-panas. Waduh..... mantap.
Ketiga (3), penggunaan buah pepaya muda, digunakan untuk mengambil minyak dari kelapa (di bali disebut nandusin). Kelapa muda biasanya ikut di parut  bersaan memarut kelapa. Kata ibu saya waktu itu adalah  untuk mendapatkan minyak kelapa lebih banyak atau memudahkan mengeluarkan minyak kelapa  dari santannyaatau bahas ilmiahnya lebih mudah mengekstraksi minyak, sehingga rendemen yang dihasilkan tinggi.
Keempat (4), Daging  mentah sebelum di masak biasanya dibungkus dengan daun pepaya, kata ibu saya, tujuannya  agar daging cepat  lunak., dan buahnya juga dimasukkan ketika daging itu direbus. Setelah mempelajari enzimologi, saat kuliah di ITB, baru saya tahu mengapa ayah dan ibu menggunakan pepaya muda, karena mengandung enzim proteolitik, yang diberi nama papain yang memecah serabut daging liat dan telah dimanfaatkan selama ratusan  tahun oleh penduduk asli Amerika Selatan.
SISI MISTIS POHON Â PEPAYA DI BALI.
Di desa saya di Bali, khusus di Kabupaten  Klungkung menanam pepaya di pekarangan banyak yang  tidak mau, karena tanaman ini sangat disenangi oleh orang yang punya ilmu "leak". Entahlah, karena dalam ceritera calon arang, pohon pepaya dari  jenis gedang renteng dengan ciri pohonnya  tinggi dan buahnya kecil-kecil jarang yang bisa dimakan, itu digunakan dalam pentas seni calon arang itu.
Pohon gedang digunakan  tempat bersandarnya, murid-murid dari ratu Datu (Calonarang), baik dalam bentuk cluluk, rangda maupun rarung. Maka diyakini di bawah sadar  gedang itu tempat  orang yang sedang ngelekas'ngeraga sukmo' khususnya yang mau merubah rupa menjadi leak, seperti rangda, celuluk, leak barak dan lain-lain.
Dalam pertunjukkan kisah itu, Calonarang  dalam wujudnya berupa Rangda penantangnya keluar rumahnya disana ada pohon pisang saba, dan pohon gedang, sang penantang memporakporandakan dan memotong pohon Biu /pisang Saba dan pohon Gedang itu, sehingga Sang Calonarang marah  besar dan keluar, disinilah terjadi perkelahian itu, yang di Bali ditunjukkan dalam calonarang( Rangda) dan tari barongnya. Tarian ini memang menjadi suguhan wisata yang sangat terkenal.
Pohon gedang ini menurut yang punya cerita, akan mempercepat meninggikan ilmu. Itu sebabnya, entah benar entah tidak asal  ada pohon pepaya di pekarangan rumah tumbuh, sudah wanti-wanti, dibilangin hati-hati nanti bisa berubah menjadi gedang renteng. Kita menanam pepaya biasa bisa berubah, ilmu biologinya menyebut  mengalami mutasi (punah) menjadi gedang renteng. Oleh karena itu, gebyah uyah, maka asal ada pepaya di pekarangan rumah pasti dihilangkan atau dipindahkan di tempat lain.
Kini, seiring dengan berkembangnya zaman, kemajuan  ilmu dan teknologi, telah mengalami perubahan, khususnya di Bali utara, yang lebih egaliter, kepercayaan itu sudah mulai berkurang, karena ada pemaknaan baru bahwa pohon pepaya itu merupakan simbol kegelapan atau kebodohan , sehingga perlu dipotong (dalam kisah calonarang) mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, perlu memotong kegelapan atau menghancurkan kebodohan yang disimbulkan gedang renteng. Akibatnya kini, tanaman pepaya banyak menghiasi pekarangan rumah warga, termasuk pekarangan rumah saya.
SELAYANG PANDANG POHON PEPAYA.
Pepaya (Carica papayaL.) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Tengah. Pepaya dapat tumbuh dengan baik di daerah yang beriklim tropis dan sub tropis. Tanaman pepaya oleh para pedagang Spanyol disebarluaskan ke berbagai penjuru dunia. Negara penghasil pepaya antara lain Costa Rica, Republik Dominika, Puerto Riko, Brazil, India, Indonesia merupakan penghasil pepaya yang cukup besar.
Lebih jauh dlaporkan oleh Haryoto (1998) Â bahwa tanaman papaya (Carica papaya L.) baru dikenal secara umum sekitar tahun 1930 di Indonesia, khususnya dikawasan Pulau Jawa. Tanaman pepaya ini sangat mudah tumbuh di berbagai cuaca.
Tanaman pepaya merupakan tanaman  menahun, dan termasuk semak yang berbentuk pohon. Batang, daun, bahkan buah pepaya bergetah, tumbuh tegak, dan tingginya dapat mencapai2,5-10 m. Batang pepaya tak berkayu, bulat, berongga, dan tangkai di bagian atas terkadang dapat bercabang Pepaya dapat hidup pada ketinggian tempat 1 m-1.000 m dari permukaan laut dan pada kisaran suhu 22C-26C. Karena  batangnya berongga ini maka di desa saya banyak digunakan sebagai sarang tawon lebah. Batang yang berongga yang sudah kering tentunya.
Pepaya, yang di Bali dan dalam bhasa Sunda Jawa Barat  disebut gedang  adalah buah yang populer.  Pepaya tergolong buah populer yang digemari masyarakat, dan mendunia, pepaya merupakan buah yang disajikan di hotel berkelas, menemani buah melon, dan semangka dan nenas menemani  sebagai pencuci mulut.
Perlu diketahui, bahwa produksi terbesarnya terjadi di daerah tropis dan subtropis. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) melaporkan bahwa  lebih dari  6,8 juta ton buah di produksi di dunia setiap tahunnya,  dengan luas areal tanam berkisar  440 ribu ha. Amerika  tengah dan selatan, terutama Brasil, memproduksi  47% kebutuhan dunia, setiap tahunnya Pepaya dikonsumsi baik dalam bentuk alaminya , maupun telah  diproses dalam bentuk selai, permen dan bubur dagingnya. Selain itu  bagian lain dari tanaman (daun dan biji) ditambahkan ke beberapa produk dalam bentuk teh dan tepung.
Di Indonesia, total produksi nasional pepaya menduduki peringkat kedua setelah pisang dengan luas panen nasional rata-rata mencapai 8.000-10.000 ha/tahun. Posisi ini bisa terjadi karena harga pepaya relatif stabil dan sangat terjangkau oleh masyarakat, kandungan nutrisi lengkap, serta manfaat dan khasiatnya sangat baik bagi kesehatan.
 Saat ini, kontribusi pepaya terhadap pasokan buah nasional baru mencapai 4 persen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2018) Tingkat konsumsi pepaya di Provinsi Bali tergolong tinggi. Menurut Sutarno, pebisnis sekaligus pembuat bibit pepaya ini, kebutuhan per hari mencapai lebih dari 50 ton, namun dari kondisi tesebut baru terpenuhi sebesar 50 ton per hari dan itu pun dominan dipasok dari perdagangan antarpulau
KANDUNGAN SENYAWA BIOAKTIF Â BUAH DAN DAUN PEPAYA.
Kandungan senyawa bioaktif pepaya , seperti buah, biji, akar, daun, batang, dan getah sungguh berbeda.  Misalnya ekstrak metanol dari buah pepaya  mentah menunjukkan aktivitas antioksidan in vivokarena aanya senyawa bioaktif  quercetin dan sitosterol.
Jumlah total fenol yang cukup besar (203 mg 100 g/ ekstrak)  dalam ekstrak metanol daging pepaya, sedangkan terpenoid, alkaloid, flavonoid dan saponin diidentifikasi dalam ekstrak air. Selain itu, dalam ekstrak biji pepaya dibuktikan  keberadaan benzyl isothiocyanate  dan jumlah yang cukup besar dari senyawa  glukosinolat.
Komposisi daging buahnya mengandung 3 komponen penting yaitu vitamin dengan aksi antioksidan potensial, A, C dan E, kedua mineral, seperti magnesium dan potasium, dan vitamin B kompleks, seperti asam pantotenat dan folat. Selain itu, kaya akan senyawa fenolik, seperti benzyl isothiocyanate, glukosinolat, tokoferol ( dan ), -cryptoxanthin, -karoten dan karoten. Ketiga, serat makanan, Selain nutrisi ini, pepaya mengandung enzim papain, efektif dalam meningkatkan motilitas usus dan waktu transit, dan juga digunakan dalam pengobatan trauma, alergi
Beberapa penelitian mengamati adanya enzim proteolitik, seperti chymopapain, dengan sifat anti-virus, antijamur dan antibakteri, antioksidan, anti-hipertensi, hipoglikemik, dan hipolipidemik, yang, pada gilirannya, dapat berkontribusi pada pencegahan dan pengobatan obesitas.
Minyak juga dapat dihasilkan dari pepaya , khsusnya  yang diekstraksi dari biji yang tersusun  dari  asam lemak oleat, asam palmitat, linoleat dan stearat. Sedangkan daun pepaya  memiliki kandungan serat makanan dan senyawa polifenol yang tinggi, flavonoid, saponin, pro-anthocyanin, tokoferol, dan benzil isotiosianat. Kandungan demikian  memiliki efek menguntungkan pada sistem kardiovaskular,dan mencegah kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas
ISOLASI ENZIM PAPAIN DARI Â PEPAYA
 Enzim papain (EC 3.4.22.2) adalah Enzim protease serin  dan bersifat endolitik  yang diisolasi dari getah  pepaya (Carica pepaya L.). Getah pepaya  yang mengandung papain diperoleh dengan memotong kulit dari pepaya mentah.
Enzim papain ini mampu memecah molekul organik polipeptida  yang terbuat dari asam amino terutama yang tersusun dari  asam amino basa, terutama arginin, lisin dan residu yang mengikuti fenilalanin. Dengan demikian memainkan peran penting seperti pada  proses biologis dalam keadaan fisiologis dan patologis, desain obat, penggunaan industri seperti pelunak daging dan sediaan farmasi.
Enzim Papain yang bersifat proteolitik ini  memiliki kemampuan mencerna secara optimal sehingga dapat memecah protein menjadi asam-asam amino yang dapat diserap oleh usus. Selain itu sifat papain yang tetap aktif dalam kisaran pH yang luas dapat membantu seseorang yang tidak cukup memproduksi asam lambung untuk mencerna protein sehingga dapat diserap. Di samping itu, aksi enzim proteolitik papain sebagai pelarut lendir membantu membersihkan dinding usus dari jaringan mati dan bahan-bahan terbuang sehingga penyerapan berlangsung optimal. yang mampu memecahkan ikatan peptida, sehingga protein bisa dihidrolisis. Atas dasar ini rajinlah mengkonsumsi pepaya.
EKSTRAKSI DAN PENGUMPULAN GETAH PEPAYA
Getah (Lateks)  pepaya dikumpulkan dan diekstraksi seperti yang dijelaskan oleh Rathi dan Gadevar (2007). Buah matang mentah disadap  pagi  hari dan selesai pada tengah hari. Potongan atau sayatan  dilakukan secara  vertikal sedalam 1-2 mm dibuat menggunakan pisau stainless steel. Getah yang mengucur kemudian di tampung  pada alat mangkok  plastik. Lateks kemudian dikerok ke dalam box  plastik yang ditutup rapat. Lateks yang menempel pada buah dengan hati-hati dikerok dan dipindahkan ke kotak pengumpul menggunakan sendok plastik. Lateks yang terkumpul dicampur dengan Kalium Meta-Bisulfit (K2S2O5) dengan rasio 0,5% W / W.
PENGERINGAN DAN PENYIMPANAN GETAH PEPAYAÂ
Lateks (getah pepaya)  dikeringkan seperti yang dijelaskan oleh Puig et al. (2008). Lateks yang terkumpul disusun dalam baki aluminium dan dikeringkan dalam pengering baki pada suhu 40 C, tekanan 746,6 mbar untuk 2 jam. Setelah pengeringan, lateks dipindahkan ke botol plastik dan disimpan pada suhu -20 C  siap untuk  analisis (Nitsawang et al., 2006).
PERSIAPAN EKSTRAK Â PAPAIN DAN PARTISI Â TIGA FASE
Persiapan ekstrak kasar (crude) papain dan partisi tiga fase dilakukan mengikuti metode modifikasi Vetal dan Rathod, (2015). Papain kasar dibuat dengan melarutkan 10 g lateks yang dicairkan dalam 100 mL buffer fosfat 0,1 M pH 7. Homogenat disaring kertas  saring  Whatman No.1 dan disentrifugasi pada 5.000 rpm selama 30 menit. Setelah sentrifugasi, supernatan dikumpulkan dan dianalisis untuk kandungan dan aktivitas protein, sedangkan pelet dibuang.
Untuk partisi tiga fase, dilakukan sebagai berikut. Sebanyak 10 mL ekstrak kasar (crude) papain ditambahkan ke dalam 50 mL labu, dicampur dengan 10 mL t-butanol diikuti dengan penambahan 8 g amonium sulfat (= 40%, b / v) pada 45 C. Kemudian, pH campuran diatur sampai 7 dan diaduk pada 200 rpm selama 100 menit dan disentrifugasi pada 5000 rpm selama 20 menit untuk memudahkan pemisahan fasa. Akhirnya, campuran disimpan pada suhu kamar dalam corong pemisah selama 1 jam untuk pemisahan fasa. Tiga fase berbeda diamati dan dipisahkan dengan hati-hati. Fase atas dibuang sementara fase menengah dan bawah digunakan untuk studi lebih lanjut. Fase antara dilarutkan dalam 0,1 M dapar fosfat pH 7 dengan perbandingan 1: 0,5 (v / v), masing-masing. Kandungan protein, aktivitas enzim,tingkat  pemurnian dan pemulihan aktivitas persentase ditentukan untuk fase-fase tersebut
PENGUKURAN KANDUNGAN PROTEIN
Konsentrasi protein menggunakan metode  lowry , dengan memakai reagen Folin (Lowry et al., 1951). Larutan sampel ekstrak kasar  papain dicampur dengan baik menggunakan vorteks dan 1,5 mL larutan sampel  dipindahkan ke tabung centrifuge volume  10 mL. Kemudian, 2,2 mL larutan lowry segar ditambahkan ke masing-masing tabung sampel dan larutan dicampur secara bertahap menggunakan  vortex.
Setelah 20 menit inkubasi pada suhu kamar dalam ruang gelap, sebanyak  0,3 mL 0,5 mM Folin reagen ditambahkan ke setiap tabung dan segera dicampur menggunakan vortex. Larutan i diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar dalam ruang gelap. Kemudian, larutan dicampur diaduk dengan  vortex dan 4mL masing-masing dipindahkan ke kuvet. Absorbansi diukur pada 660 nm. Bovine serum albumin (BSA) digunakan sebagai standar. Larutan stok 10 mg / ml disiapkan menggunakan larutan buffer. Stok larutan dibuat konsentrasinya menjadi 0,5, 1, 1,5, 2, 2,5 mg / mL
PENGUKURAN AKTIVITAS PROTEASE
Uji aktivitas  enzim papain dilakukan menggunakan protokol yang dijelaskan oleh Cupp-Enyard (2008). Yakni sebanyak 5 mL Larutan kasein 0,65% ditambahkan 15 ml sampel dan tabung reaksi kosong, dan diseimbangkan dalam air suling  pada suhu 37 C selama 5 menit.
 Kemudian, 500 L ekstrak papain  ditambahkan ke tabung reaksi sampel, tetapi tidak ke tabung reaksi blanko. Kemudian larutan  dicampur dikocok dengan vorteks  dan diinkubasi selama 37 C selama 10 menit. Setelah inkubasi, 500 L sampel ekstrak papain adalah ditambahkan ke tabung reaksi kosong dan secara bersamaan, 5 mL larutan asam Trichloroacetic (TCA) ditambahkan ke dalam kedua tabung reaksi untuk menghentikan reaksi.
Larutan  diinkubasi selama 30 menit. Setelah inkubasi, 2 mL larutan disaring menggunakan filter kertas saring  ke tabung centrifuge kapasitas 10 mL. Setelah itu, 5 mL natrium karbonat ditambahkan ke dalam tabung centrifuge dan dicampur dengan puter dengan vorteks  diikuti oleh penambahan segera reagen Folin 1ml.
Kemudian, tabung diinkubasi pada suhu 37C selama 30 menit. Itu absorbansi larutan sampel diukur dengan a spektrofotometer menggunakan panjang gelombang 660 nm.
Larutan Tirosin digunakan sebagai standar dan larutan stoknya (10 mg / ml) disiapkan menggunakan larutan buffer. Stok diencerkan menjadi 200 g / mL, 400 g / mL, 600 g / mL dan 800 g / mL konsentrasi. Satu unit protease adalah didefinisikan sebagai jumlah kasein yang dihidrolisis untuk menghasilkan warna setara dengan 1,0 mole (181 g) tirosin per menit pada pH 7 dan 37 C (diwarnai oleh Folin dan Ciocalteu's reagen) dan dihitung kemudian dihitung aktivitas unit dan aktivitas spesifiknya. Moga bermanfaat *****
REFERENSI
- Santana, L. F., Inada, A. C., Espirito Santo, B. L. S. do, Fili, W. F. O., Pott, A., Alves, F. M., Hiane, P. A. (2019). Nutraceutical Potential of Carica papaya in Metabolic Syndrome. Nutrients, 11(7), 1608. doi:10.3390/nu11071608
- Urgessa, O. E., Itana, D. D., & Raga, T. O. (2019). Extraction of Papain from Papaya (Carica papaya L.) Fruit Latex and Its Application in Transforming Tannery Raw Trimming. Ethiopian Journal of Sciences and Sustainable Development, 6(2), 22-32.
- Sagadevan, P., Selvakumar, S., & Raghunath, M. (2019). Medicinal properties of Carica papaya Linn: Review. Madridge J Nov Drug Res, 3(1), 120-125.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI