Mohon tunggu...
Intan Rifiwanti
Intan Rifiwanti Mohon Tunggu... Guru - Human-ist

Menulis adalah salah satu cara yang baik untuk bicara.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menjemput Pelangi Melalui Bidikmisi

30 Mei 2020   21:00 Diperbarui: 30 Mei 2020   21:07 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ya, aku seringkali kehilangan kesempatan emas lantaran perasaan takut akan ini dan itu. Hingga pada akhirnya, aku hanya berjalan di zona aman dan menerima takdir dalam penyesalan. Tidak pernah mengalami perubahan. Selalu saja statis. Kendati begitu, aku masih merindukan pelangi yang bisa mengubah warna hidup keluarga kami.

Aku tidak percaya pelangi akan datang begitu saja. Harus ada sebab mengapa pelangi muncul di atmosfer bumi. Aku sama sekali tidak menginginkan diriku tumbuh besar menjadi seorang anak dengan kapasitas otak yang tak pernah berkembang. Aku akan tetap bertekad, menjemput pelangi yang aku impikan.

Masa sekarang adalah masa kejayaan teknologi. Tidak ada alasan bagiku untuk tidak punya teman. Tidak ada alasan bagiku untuk menggerutu penuh kekesalan pada masa lalu. Karena sejatinya masa lalu hanya boleh untuk dikenang dan dijadikan pelajaran, bukan untuk diingat-ingat. Ya, masa lalu bukan lagi menjadi milikku. Aku hanya punya waktu sekarang. Aku sepakat dengan kalimatku sendiri.

"Maafkan putrimu, Umi. Ia harus melanggar janjinya padamu. Percayalah, ia ingin memuliakanmu dengan mahkota pelangi yang cepat atau lambat akan ia dapatkan," tuturku dalam sepotong pesan sebelum aku pergi meninggalkan surga duniaku.

*****

Aku memang telah kalah telak di permainan pertama. Aku mengakui kebodohanku dalam menyusun strategi. Namun, kali ini aku harus menang. Apapun yang terjadi, aku harus tetap kuliah. Tidakkah aku melihat orang-orang yang tidak seberuntung aku telah mampu menikmati bangku perguruan tinggi dengan kegigihan dan semangat yang tak pernah padam?

Rencana A dan B telah berhasil aku lalui dengan tangis kesedihan. Tapi aku sudah menyiapkan rencana C beserta kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Bagaimanapun aku harus melawan rasa takutku terhadap masa depan yang boleh jadi melukaiku.

Aku tidak takut. Aku latih otakku untuk berpikir yang baik-baik. Aku juga berhak menggenggam pelangi. Sama seperti orang-orang yang lebih dulu sukses yang bahkan telah melewati masa-masa sulit melebihi aku di saat sekarang.

Baiklah, aku siap menyusun strategi di rencana C. Bidikmisi masih menjadi sasaran utamaku untuk bisa kuliah. Melalui jalur manapun, aku harus mampu melewati salah satunya.

SNMPTN dan SPAN-PTKIN telah kuhapus dari memoriku. Tidak akan aku biarkan ingatan pilu menghalangiku untuk bergerak maju. Aku telah siap berjalan di jalur berikutnya: SBMPTN.

Kali ini aku berhitung secara matang. Peluang manakah yang paling besar yang akan menguntungkan diriku? Aku tidak mau salah strategi lagi. Dari tiga pilihan, aku sama sekali tidak tertarik untuk berkalkulasi pada tiga opsi yang ditawarkan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun