Mohon tunggu...
Intan Nuraini
Intan Nuraini Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Pernah menerbitkan buku antologi puisi Manusia-Manusia Surga bersama dosen. Dan saat ini sedang menggarap buku kumpulan cerpen.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengejar Pendidikan Bermutu: Bukan Hanya Tugas Pemerintah, Tapi Kita Semua

16 Agustus 2025   10:50 Diperbarui: 20 Agustus 2025   17:02 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak-anak sedang membaca buku bersama (Sumber: Freepik)

Webinar "Aspirasi Pendidikan Bermutu Untuk Semua" yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dan Kompasiana pada 15 Agustus 2025 memberikan perspektif baru tentang esensi pendidikan. Diskusi yang dimoderatori oleh Heru Margianto COO Kompasiana, ini menegaskan bahwa peran guru kini telah bergeser dari sekadar mengajar menjadi pendorong utama bagi anak-anak untuk meraih kehebatan. Sesi ini tidak hanya menghadirkan para narasumber yang hebat, tetapi juga suara-suara penting dari guru, orang tua, dan terutama siswa. Perbincangan yang hangat dan mendalam ini menegaskan satu hal, pendidikan bermutu adalah tanggung jawab kolektif, bukan hanya pemerintah.

Diskusi dimulai dengan mencoba mendefinisikan apa itu pendidikan bermutu. Menurut Bapak Ma’ruf Staff Khusus Mendikdasmen Bidang Komunikasi dan Media, menyampaikan bahwa, pendidikan bermutu adalah pendidikan berkualitas yang dapat diakses oleh semua anak bangsa, relevan dengan kebutuhan zaman, dan mampu membangun karakter serta memenuhi kebutuhan bangsa. Ini adalah visi yang ambisius dan inklusif. perspektif guru yang disampaikan oleh Yuli Nestiyaningrum, S.Pd., M.Pd., menyebut pentingnya pendidikan yang inklusif, relevan, berkualitas, dan efektif yang memberikan pengalaman belajar yang bermakna.

Suara siswa yang diwakili oleh Alfredo Eka Duta SMA Provinsi Bali 2024, semakin menguatkan pandangan ini. Ia berbagi pengalamannya tentang pembelajaran yang variatif dan praktik lapangan, seperti dalam pelajaran geografi, yang membuat belajar terasa lebih nyata dan menarik. Pengalaman ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak bisa lagi hanya berpusat pada teori, melainkan harus melibatkan pengalaman yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif.

Inovasi dan Tantangan: 'Learning' Bukan Hanya 'Schooling'

Kemendikdasmen telah melakukan berbagai inovasi, termasuk penyesuaian kurikulum dengan pendekatan yang lebih mendalam dan menyenangkan. Ada juga penambahan pelajaran pilihan seperti coding dan AI yang sangat relevan dengan tuntutan zaman. Upaya sosialisasi kebijakan ini dilakukan secara multi-channel, melalui diskusi langsung, pelatihan guru, kolaborasi dengan media, hingga pemuka komunitas untuk menjangkau seluruh wilayah.

Namun, di balik upaya ini, ada tantangan besar yang menguji konsistensi dan keberlanjutan. Perbedaan geografis dan kesiapan teknologi di berbagai daerah menjadi hambatan serius. Di sinilah saya sangat mengapresiasi penegasan dari kementerian bahwa pendidikan bukan hanya soal 'schooling' atau bersekolah, tetapi juga 'learning' atau belajar yang bisa diakses dari mana saja. Konsep ini membuka jalan bagi program-program seperti kejar paket dan pendidikan jarak jauh yang sangat penting bagi anak-anak di daerah terpencil atau mereka yang harus bekerja.

Peran Sentral Orang Tua dan Komunitas

Saya meyakini, peran orang tua adalah kunci dalam keberhasilan pendidikan. Dalam webinar ini, peran mereka diakui sangat penting, mulai dari penerapan kebijakan, pengembangan karakter, hingga mendukung pembelajaran anak di rumah. Kehadiran Sidina Community sebagai mitra kementerian juga menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi dengan komunitas. Mereka menjadi fasilitator, membantu sosialisasi kebijakan, dan menyediakan pelatihan literasi kesehatan serta digital. Meskipun demikian, orang tua juga menghadapi tantangan, seperti keterbatasan waktu akibat tuntutan ekonomi dan akses informasi yang tidak merata. Penting bagi mereka untuk tidak hanya menjadi role model, tetapi juga aktif dalam komunitas untuk mendapatkan informasi yang akurat dan dukungan. 

Suara Hati Guru yang Mengubah Mindset dan Mengatasi Kesenjangan

Dari sesi ini, saya merasakan optimisme dari para guru. Mereka mengapresiasi perubahan signifikan pasca pemisahan DIKTI dan Dikdasmen, khususnya dalam pengelolaan gaji dan pelatihan pembelajaran mendalam. Namun, pemerataan pelatihan masih menjadi PR besar, terutama dalam mengubah mindset dari 'fixed' ke 'growth'. Guru berharap adanya relaksasi anggaran dan administrasi yang lebih terpusat agar mereka bisa fokus pada peningkatan kualitas mengajar. Suara siswa juga tak kalah penting. 

Webinar ini tidak luput dari kritik konstruktif. Ada pertanyaan tajam tentang implementasi program "Tiga Dosa Besar Pendidikan" dan usulan untuk membuat bank kasus kekerasan sebagai referensi pelatihan guru. Pertanyaan tentang konsistensi kebijakan ASPD dan TKA di Yogyakarta juga menunjukkan kebingungan yang masih terjadi di lapangan. Semua ini adalah masukan berharga yang menunjukkan adanya kesadaran kolektif untuk terus memperbaiki sistem pendidikan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun