Berbagai peristiwa, mulai dari penganiayaan yang menimpanya hingga hilangnya Buku Indigo yang dicari Janaka, semakin memperumit konflik dalam hidup Lalita. Bahkan, konflik antara Lalita dan Janaka memuncak ketika kakaknya menembak Yuda saat dalam tahanan polisi, karena Janaka mencari Buku Indigo tersebut.Â
Pada akhirnya, terungkap bahwa buku Indigo yang dicari Janaka ada di tangan Jisheng, yang mencurinya dari ibu Lalita, dan kemudian buku itu berpindah ke tangan Parang Jati. Situasi yang kacau ini, ditambah dengan diskusi Lalita tentang masalah buku tersebut dengan teman-temannya, membuat Parang Jati tergesa-gesa membawa buku itu ke rumah Lalita, dan akhirnya Lalita menghilang.Â
Kesimpulan
Kondisi kejiwaan Lalita dalam novel Lalita sangat dipengaruhi oleh konflik internal dan eksternal yang dialaminya. Dorongan id-nya yang kuat di awal cerita, yang membuatnya dipenuhi sifat dan keinginan yang tidak pernah puas, perlahan terkikis. Peristiwa traumatis seperti perampokan dan pemerkosaan menjadi titik balik yang membuka hati nuraninya. Superegonya akhirnya mampu mengalahkan id dan egonya.Â
Semua konflik yang mewarnai kehidupannya membawa Lalita pada proses penyempurnaan diri, melepaskan semua atribut duniawi demi kedamaian dan kenyamanan abadi, yang puncaknya ditunjukkan dengan keputusannya menjadi seorang biksuni. Â Novel ini tidak hanya menyajikan misteri, tetapi juga sebuah perjalanan psikologis mendalam tentang bagaimana trauma dan konflik dapat membentuk karakter dan membawa seseorang pada pencarian makna hidup yang lebih tinggi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI