Mohon tunggu...
Intan Nuraini
Intan Nuraini Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Pernah menerbitkan buku antologi puisi Manusia-Manusia Surga bersama dosen. Dan saat ini sedang menggarap buku kumpulan cerpen.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Analisis Psikologi Sastra Tokoh Lalita dalam Novel Lalita Karya Ayu Utami

22 Juli 2025   21:20 Diperbarui: 22 Juli 2025   20:56 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Novel ini juga menyoroti pentingnya keterbukaan dalam hubungan sosial, kritik terhadap struktur sosial yang menindas, solidaritas dan empati terhadap sesama, perjuangan terhadap keadilan dan kesetaraan, serta penerimaan terhadap keberagaman. 

Analisis Psikologi dalam Novel Lalita: Id, Ego, dan Superego dalam Pertarungan Batin

Menurut Suwardi Endaswara (2011) pada bukunya yang berjudul "METODOLOGI PENELITIAN SASTRA" Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Begitupula dengan pembaca, dalam menanggapi karya juga tak akan lepas dari kejiwaan masing-masing. Bahkan sebagaimana sosiologi refleksi, psikologi sastra pun mengenal karya sastra sebagai pantulan kejiwaan. 

Menurut Sigmund Freud, dalam kajian psikologi sastra, akan berusaha mengungkap psikoanalisa kepribadian yang dipandang meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu: id, ego, super ego. Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas, dan tingkah laku manusia yang tak lain merupakan produk interaksi ketiganya. Id (das es) adalah sistem kepribadian manusia yang paling dasar. Ego adalah kepribadian implementatif, yaitu berupa kontak dengan dunia luar. Adapun super ego (das ueber ich) adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang bersifat evaluatif (menyangkut baik buruk).

Dalam novel Lalita, kondisi kejiwaan Lalita sangat terganggu oleh konflik-konflik yang ia alami. Bahkan, lingkungan terkecilnya, yaitu keluarga, sudah tidak baik baginya, terutama perlakuan dari saudara kembarnya. Inilah yang mendorong Lalita untuk hidup sendiri jauh dari kakaknya. 

Di awal cerita, id dan ego Lalita sangat mendominasi. Ia belum tersentuh hati nuraninya saat masih dikuasai oleh dorongan id dan egonya yang kuat, yang membuatnya selalu dipenuhi sifat dan keinginan yang tidak pernah puas. Namun, Lalita juga memiliki mekanisme pertahanan diri untuk meredam konflik yang memuncak. 

Puncak dari perkembangan psikologis Lalita terlihat saat superegonya mulai hidup dalam jiwanya.  Ini dibuktikan dalam kasus percintaannya dengan Yuda. Lalita menunjukkan kemarahan dan rasa sakit saat mengetahui Yuda memiliki pacar lain, mencerminkan superegonya yang mulai memengaruhi suara hatinya. Meskipun ia sendiri terlibat dalam perselingkuhan yang bertentangan dengan norma moral masyarakat dan nilai dalam jiwanya, ini menunjukkan awal dari pertarungan batin yang kuat. 

Konflik yang dialami Lalita tidak hanya dari dalam dirinya, tetapi juga konflik eksternal yang mendominasi hidupnya. Ketegangan dengan Janaka terkait Buku Indigo, peristiwa perampokan dan pemerkosaan yang menyakitkan di rumahnya, serta hilangnya buku tersebut, semua semakin memperkeruh konflik dalam dirinya. 

Pada akhirnya, setelah semua konflik dan pengalaman pahit yang ia alami, Lalita diceritakan menghilang dan di bagian akhir cerita menjadi seorang biksuni. Keputusan ini adalah bukti kuatnya pengaruh super ego dalam dirinya. Karakter Lalita menunjukkan tingkat moral dan hati nurani yang tinggi, meskipun baru terungkap di akhir novel. Id dan egonya yang dominan sebelumnya kini dapat terhapus oleh super egonya. Semua konflik yang mewarnai kehidupannya membawa pada proses penyempurnaan hidup, melepaskan atribut duniawi menuju kedamaian dan kenyamanan abadi. Super ego, sebagai bagian dari kepribadian yang mengandung nilai-nilai norma, berfungsi menyeimbangkan id dengan mempertimbangkan apakah keinginan tersebut bertentangan dengan norma moral masyarakat. 

Konflik Batin Lalita: Pergulatan dalam Diri

Konflik batin, atau konflik kejiwaan, adalah pergulatan yang terjadi dalam diri seorang tokoh, di mana ia melawan dirinya sendiri untuk menentukan dan menyelesaikan suatu masalah. Dalam novel 

Lalita, kami menemukan dua jenis konflik pendekatan yang terjadi dalam diri Lalita. 

1. Konflik Menghindar-Menghindar (Avoidance-Avoidance Conflict): Ini terjadi ketika Lalita dan Janaka diketahui oleh Yuda. Yuda dan Janaka sendiri adalah musuh bebuyutan. Konflik juga muncul saat Janaka menceritakan semua misteri Lalita kepada Yuda. 

2. Konflik Keinginan vs. Rasa Bersalah: Hal ini terjadi pada Yuda yang berselingkuh dari pacarnya, Marja, saat berduaan dengan Lalita. Lalita sendiri ingin bertengkar dengan Yuda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun