Kegiatan yang dilakukan si Ndhuk terhenti sejenak, merasa terusik dengan topik pembicaraan yang kurang nyaman untuknya didengarkan. Si Ndhuk memutuskan untuk pergi ke kamar kecil sejenak
Masih dengan baju dinasnya, isak tangis tak terhindarkan ketika sang anak tengah, Ayu namanya. Ia tak mampu menahan tangisnya sampai lemas hingga pingsan sebelum sampai pintu rumah. Banyak cacian terdengar saat itu. Si Ndhuk bergegas membantu membopong Ayu bersama dengan pemuda lainnya. Si Ndhuk dengan sigap melepas jasnya untuk menutupi bagian roknya agar tak menjadi tontonan.
"Rasah mbak! Njenengan niku ngopo nulungi bocah ora toto ngono kui!" seru seorang ibuk-ibuk
Langkahnya dihalang-halangi, hampir terinjak-injak sampai akhirnya menampar salah satu warga yang terlihat sangat provokatif saat itu. Semua terdiam hingga di Ndhuk dan pemuda lainnya dapat meneruskan membopong Ayu hingga menuju tempat yang aman yaitu kamar Ayu sendiri.
***
Ayu tersadar dari pingsanya tadi, terlihat memegang keningnya pusing. Ia melihat ada jas hitam menutupi ujung roknya yang harumnya tak asing lagi baginya. Perlahan ia ambil posisi duduk, maraih jas hitam itu melihat-lihat jasnya yang kemudian ia hirup harumnya. Saat itu juga si Ndhuk datang membawakan secangkir teh hangat dan sedikit nasi laukpauknya terhenti didaun pintu. Mereka berdua sama-sama terdiam saling bersatu pandang.
"Apakah kita pernah bertemu?" Tanya Ayu yang sejenak mengehentikan aktifitas si Ndhuk
"Sebelum itu, kamu ngobrolnya pake Bahasa Indonesia atau Bahasa Jawa?" lanjutnya
"Apakah kamu percaya dunia pararel itu ada?" Tanya si Ndhuk serius
***
Krinngggg