Mohon tunggu...
Intan Rimbe Raaina
Intan Rimbe Raaina Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Bimbingan Belajar dan pengajar privat untuk semua mata pelajaran, tingkat TK hingga SMA

Lulusan S1 Teknik Informatika, spesialisasi Teknik Animasi Grafis Komputer, hobbi desain animasi dan mengajar anak anak dri tahun 2000 hingga sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lentera di Balik Senja

7 Juli 2022   14:36 Diperbarui: 7 Juli 2022   14:42 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kedua orang yang menemaniku tadi menarik tanganku untuk berdiri. 

masih belum selesai atas kebingungan ku, mereka mengajak ku keluar masjid. 

kami keluar melalui pintu sebelah kiri. Baru saja beberapa turun dari tangga masjid.. Suasana sudah berubah lagi. 

berupa lorong panjang dengan beberapa pintu di sebelah kiri. Pintu itu terbuat dari baja yang sangat kuat. Pintu itu terlihat kokoh dan menakutkan. 

tempat apalagi ini...gumamku.

di pintu pertama, tertulis besar di pintu nya "orang yang tidak sholat". Lalu aku bertanya pada orang di sebelah kanan ku. " Bolehkah aku membuka pintunya? ", mereka tidak melarang ku. Mereka tersenyum, seolah mengizinkanku untuk membuka nya. 

seketika tubuhku serasa hangus terbakar ketika ku buka sedikit saja pintu itu. Ku lihat sekilas didalamnya, ada ribuan bahkan jutaan orang yang di siksa di dalamnya. Teruskan mereka amat sangat memekakkan telingaku. Tubuhku sekali lagi bergetar sangat hebat.  Kemudian aku terduduk dan menangis. Kaki ku seolah tak mampu berdiri. 

Kedua orang itu memapahku berdiri. Iya, aku dipaksa untuk melanjutkan perjalanan melewati pintu kedua. 

Tulisan nya ku baca "orang yang durhaka pada ibu". Entah mengapa aku ingin melihatnya, iya melihat isinya. Ku buka lagi, siksaan dan jeritan yang membuat tubuhku serasa hancur berkeping-keping keping. 

kemudian aku harus berjalan lagi, sampailah di pintu ke tiga. " Orang suka bohong", ku lakukan lagi. Membuka pintunya, melihat penghuninya. Lalu berjalan lagi di pintu ke empat, bertuliskan "orang suka fitnah", kubuka lagi pintu nya, ku lihat lagi penghuninya, sekali lagi kaki ku rasa tak sanggup berdiri. Kengerian demi kengerian yang aku lihat, tak mampu membuatku berdiri. Tapi, ada satu pintu lagi diujung sana. Mereka berdua masih tetap berdiri di sampingmu, sambil memegang tanganku, seolah berkata.. Kamu bisa dan kuat. 

aku melangkah lagi di pintu terakhir, tulisannya besar sekali "istri yang nusyus pada suami". Sekali lagi aku memberanikan diri membuka pintu itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun