Mohon tunggu...
intan rahmadewi
intan rahmadewi Mohon Tunggu... Wiraswasta - bisnis woman

seorang yang sangat menyukai fashion

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Intoleransi dan Pendidikan Kita

1 Agustus 2022   17:14 Diperbarui: 1 Agustus 2022   17:19 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang guru bertanya kepada siswa kelas 7 sebuah sekolah negeri." Apakah di sini ada yang tahu apa itu gereja dan siapa yang pernah ke gereja? " Beberapa anak mengangkat tangan, dan kebetulan semuanya adalah muslim. 

Seorang anak mengatakan bahwa dia tahu apa itu gereja dan pernah ke gereja beberapa kali meski bukan untuk ibadah.

Mendengar itu sang guru kaget dan menunjukkan raut yang tidak menyenangkan, lalu dia mencecar sang anak dengan berbagai pertanyaan yang intimidatif dan meredahkan sang anak di depan murid-murid lain. 

Seakan mengetahui perihal umat lain apalagi pergi ke rumah ibadah meski bukan untuk ibadah (untuk kasus itu karena mereka mengadakan bazar di halaman gereja dan tetangga rumahnya mengajaknya) adalah sesuatu yang hina dan tidak termaafkan.

"Kalau saya, setiap naik motor dan melewati gereja", demikian kata guru tersebut, "saya selalu memalingkan muka. Jangankan datang ke gereja. Melihat aja saya tidak mau!" 

Ucapan ini menunjukkan bahwa dia tidak mengakui keberadaan kelompok lain yang berbeda keyakinan.

Dia juga mengatakan bahwa jika anak tionghoa lumrah nakal, tetapi anak muslim seharusnya sopan dan mengerti agama dengan baik. Ini adalah cara guru memberi labeling pada orang tionghoa dalam hal ini minoritas dan  beragama lain dengan tidak adil dan diskriminatif.

Cerita ini hanya salah sedikit dari banyak cerita tentang sekolah di Indonesia. Sekolah-sekolah di negeri ini termasuk sekolah negeri dengan sengaja atau tidak, telah menanamkan bibit-bibit intoleransi, kebencian dan anti keragaman sejak anak masih sangat muda dan belum bisa membedakan mana yang baik dan tak baik. 

Para guru terutama guru agama seringkali mengajari murid untuk membenci agamat dan umat lain dengan nada mengolok dan melecehkan. 

Tak dipungkiri hal seperti ini kerap terjadi di TK sampai sekolah menengah atas. Sedangkan di perguruan tinggi, faham intoleransi masuk di beberapa ekstra kulikuler.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun