Mohon tunggu...
intan rahmadewi
intan rahmadewi Mohon Tunggu... Wiraswasta - bisnis woman

seorang yang sangat menyukai fashion

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Generasi Muda Indonesia bukan "Generasi Micin"

20 Februari 2018   05:45 Diperbarui: 20 Februari 2018   05:53 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dasar generasi micin!". Begitu kalimat yang sering kita dengar, sebuah ungkapan
yang sedang ngetren yang ditujukan kepada generasi muda Indonesia. Generasi yang saat ini
banyak dinilai bertindak tanpa berfikir terlebih dahulu, generasi 'bodoh' yang berkelakuan di
luar batas. Sebenarnya, setujukah anda dengan pernyataan tersebut?
Apabila dikaji lebih dalam, ungkapan generasi micin yang kini dilabelkan pada
generasi muda Indonesia tidaklah benar. Masih banyak insan muda yang berwawasan luas,
mampu menghasilkan karya luar biasa sehingga mengharumkan nama bangsa. Kita bisa
melihat bahwa pada berbagai bidang, orang-orang mudalah yang dapat menciptakan
terobosan baru. Generasi mudalah yang memiliki semangat luar biasa. Contoh sederhana,
banyak pemimpin di negeri ini yang sukses membawa perubahan bagi daerahnya, terkategori
usia muda. Sebut saja TGB Muhammad Zainul Majdi, Gubernur NTB yang terpilih di usia 36
tahun, mampu meningkatkan pembangunan di NTB secara cepat. Selain muda, gubernur
yang memimpin pulau wisata halal tersebut juga seorang hafidz Al-Qur'an. Masih banyak
lagi contoh pemimpin-pemimpin muda yang sukses di Nusantara.
Melihat bukti-bukti tersebut, tidak elok bila menilai pemuda dan pemudi negeri ini
'sekelas micin'. Sebutan ini mengacu pada penilaian dengan memukul sama rata generasi
muda kini sebagai generasi yang bodoh karena terlalu banyak mengkonsumsi micin atau
penyedap rasa yang banyak terdapat pada makanan ringan yang beredar hingga pelosok
negeri ini. Sebagai masyarakat yang mencintai tanah airnya, harusnya kita tidak melabelkan
tren negatif atau pesimis pada generasi yang akan menjadi tonggak kemajuan bangsa.
Pelabelan yang negatif hanya akan membuat generasi muda semakin tidak percaya diri atau
bahkan risiko buruknya generasi muda akan 'nyaman' dengan pelabelan tersebut. Mereka
akan enggan bergerak maju, toh walaupun berinovasi akan tetap disebut generasi micin.
Tetapi sebaliknya, semangat yang dibangun adalah kepercayaan bahwa generasi muda
Indonesia adalah generasi luar biasa, generasi yang akan menciptakan peradaban bagi bangsa
Indonesia. Bagaimana cara kita membangun semangat ini?
Tentu yang pertama adalah kesadaran dari generasi muda sendiri untuk berhenti
mengatakan atau nyaman dengan predikat 'generasi micin'. Genarasi muda harus memenuhi
dirinya dengan semangat memperkaya ilmu pengetahuan dan berkarya seluarbiasa mungkin.
Paradigma yang dibangun haruslah berupa kesadaran bahwa kita generasi muda yang akan
menciptakan peradaban bagi bangsa Indonesia. Tidak boleh lagi ada sikap individualis atau

apatis terhadap persoalan negeri ini. Karena mau tidak mau, suka tidak suka, tantangan ke
depan akan semakin besar.
Hal lain yang bisa dilakukan adalah gerakan positif yang berasal dari pemerintah.
Selaku pemangku kebijakan, seyogyanya para pemimpin yang menjadi representasi dari
pemerintah, lebih intens menyambangi generasi muda. Mengunjungi tempat di mana mereka
menuntut ilmu, akan memunculkan kesadaran pada generasi muda bahwa mereka
diperhatikan.
Cara berbeda bisa dilakukan dengan memberikan fasilitas yang dibutuhkan agar generasi
muda mampu menciptakan karya luar biasa. Di Indonesia hal ini sudah dilakukan, banyak
representative pemerintah yang senang mengunjungi generasi muda. Salah satunya TGB
alias Muhammad Zainul Majdi, akhir minggu lalu dia berkunjung ke Pondok Pesantren
Raudhatul Ulum, Pati, Jawa Tengah, tepatnya pada 17 Februari 2018. Gubernur yang akan
habis masa jabatannya tersebut memberikan motivasi agar generasi muda rajin memperkaya
ilmu sebagai bekal menciptakan peradaban karena tantangan ke depan semakin besar. Tentu
harapan kita adalah semakin banyak pemerintah yang bersikap demikian. Agar tak ada lagi
stigma yang mengatakan bahwa generasi muda Indonesia adalah generasi micin.@

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun